Bila mata sudah tertatap muka
kepada sang belahan jiwa suasana
mesra tersirat dibalik aura
cinta,seketika dunia akan
berderuh,memancarkan sinar abadi
sebuah anugrah terindah yang akan
di peruntukkan pada sebuah
pasangan manusia yang dimabuk
cinta.Ketika Semua asa,kasih,sayang
dan cinta bersatu dalam sebuah
kisah,Semua akan terlihat bahagia
nampak kesedihan akan berubah
suram karena terangnya sudah
tertutup oleh cinta,Aku ingin suasana
itu terjadi dalam satu hati ada satu
cinta tak ada yang lain tapi kadang
aku bertanya pada disriku sendiri
apakah aku mamapu?Walau sudah
terjadi aku akan tetep harapkan cinta
suci “Yah ocehanku sudah terlalu
lama mari aku akan ingatkan kisahku
yang akan aku ceritakan kali ini
adalah mengenai kisah
perselingkuhanku. Selama bertahun-
tahun aku berada dalam sebuah
kesenyapan,ingin sekali kadang aku
teriakkan pada dunia bahwa aku
ingin terbang membawa sebuah
kisah -kisah cinta bersama sang dewi
pujaan hatiku, namun apa daya Puji
Tuhan mengkin aku belum pantas
menerima apa yang itu yang
disebut”cinta”.
Rubrik cinta yang selama ini aku
tonton di stasiun TV menjadi inspirasi
untuk mengenal lebih jauh Sosok
Cinta secara logis bukan Cinta yang
anarkis.Kata-kata cinta kadang
membuat sebagian teman dan rekan-
rekan ku terjebur dalam nikmatnya
surga birahi,Tiada rasa sesal hanya
sebuah nafsu yang mampu menutup
rasa kesesakan jiwa.Mungin ini
dinamakn jaringan cinta buta yang
merudak naluri sang pecinta,ngeri
ternyata bergelut dan mengoreksi
‘Cinta”derita bahagia mungkin dan
akan pasti menyingahi.Kedepan aku
akan mememilih cinta yang
membuatku tidak mengenal patah
hati.Aku akan semaikan dan rajut ku
semaikan dengan buaian-
buaian,untaian cinta kasih biar rasa
cinta makin terpupuk dan tidak
pernah layu.Kini aku bersama
keluarga mereka mungkin sebagai
ganti dari cinta-cinta yang sedang
kunanti”mereka adalah cinta sejati”.
Setelah berjalannya waktu aku
mengalami banyak pengalaman
hidup.Singaktnya Kisah ini terjadi dua
tahun yang lalu yaitu ketika masih
umur 22 tahun dan masih kuliah di
tahun ke-tiga. Dalam libur Natal
selama seminggu, sepupu jauhku
(anak dari sepupu mamaku) dari
Semarang datang berkunjung ke sini
untuk menghadiri undangan
pernikahan sekalian mengisi liburan.
Namanya Yessica, dia lebih muda dua
tahun dariku dan sedang kuliah tahun
kedua di sebuah PTS di kotanya.
Setelah lama tidak bertemu, hampir
tujuh tahunan aku sendiri agak
pangling ketika menjemputnya di
bandara, soalnya penampilannya
sudah jauh berbeda. Dia yang
dulunya pemalu dan konservatif kini
telah menjadi seorang gadis belia
yang modis dan mempesona setiap
pria, tubuhnya putih langsing dengan
perut rata, rambutnya juga hitam
panjang seperti gadis Sunsilk. Dia tiba
di sini sekitar pukul tujuh malam, dari
bandara aku langsung mengajaknya
makan malam di sebuah kafe.
Ternyata dia enak juga diajak
ngobrol karena kami sama-sama
cewek gaul, padahal waktu kecil dulu
kami tidak terlalu cocok karena
waktu itu dia agak tertutup.
Keesokan harinya aku mengajaknya
jalan-jalan menikmati kota Jakarta
serta sempat berkenalan dengan
Ratna dan cowoknya yang kebetulan
bertemu waktu lagi shopping di TA.
Royal juga saudaraku yang satu ini,
belanjaannya banyak dan semuanya
bermerk, aku saja sampai geleng-
geleng kepala melihatnya. Malamnya
sepulang dari undangan yang
diadakan di sebuah restoran mewah
di ibukota, aku langsung
menjatuhkan diri ke kasur setelah
melepaskan gaun pestaku dan
menyisakan celana dalam pink saja.
Aku rebahan bugil di ranjang
merenggangkan otot-ototku sambil
menunggu Yessica yang sedang
memakai kamar mandi, dia tadi
minum alkohol lumayan banyak,
kemungkinan dia muntah-muntah di
dalam sana kali pikirku. “Yes,
sekalian ambilin kaos gua di
gantungan baju di dalam dong,”
pintaku ketika dia keluar limabelas
menit kemudian, matanya nampak
sayu karena pengaruh alkohol dan
kelelahan. Dia memberikan kaos itu
padaku lalu memintaku membantu
melepaskan kait belakang gaun
malamnya. Setelah memakai kaos,
aku membuka kait dan menurunkan
resleting gaunnya. Yessica pun
memeloroti gaunnya sehingga
nampaklah dadanya yang montok,
ukurannya tidak beda jauh dengan
milikku, cuma putingnya lebih kecil
sedikit dari punyaku. Hanya dengan
bercelana dalam G-string dia
berjongkok di depan kopornya
mencari pakaian tidur. “Kenapa Ci?
Kok ngeliatin gua terus, jangan-
jangan lu..?” katanya nyengir karena
merasa kulihat terus tubuhnya sambil
membanding-bandingkan dengan
tubuhku. “Yee.. Nggak lah yaw!!
Dasar negative thinking aja lo ah!”
ujarku sambil tertawa. Malam itu,
sambil berbaring kami ngobrol-
ngobrol, pembicaraan kami cukup
seru dari masalah fashion, kuliah,
cinta dan sex sehingga bukannya
tertidur, kami malah larut dalam
obrolan dan canda-tawa. Terlebih lagi
ketika memasuki topik seks dan aku
menceritakan secara gamblang
kehidupan seksku yang liar, dia
terkagum-kagum akan keliaranku
dan kelihatannya dia juga
terangsang.
Namun ketika gilirannya bercerita,
suasana jadi serius, di sini dia
menceritakan dirinya sedang ribut
besar dengan pacarnya yang
selingkuh dengan cewek lain, aku
dengan penuh perhatian
mendengarnya curhat padaku.
Nampak matanya berkaca-kaca dan
setetes air mata menetes dari
matanya yang sipit, dia memeluk
bantal lalu menangis tersedu-sedu
dibaliknya. Sebagai wanita yang
sama-sama pernah dikhianati pria,
aku juga mengerti perasaannya,
maka kurangkul dia dan kuelus-elus
punggungnya untuk
menenangkannya. Aku berusaha
keras menghiburnya agar tidak
terlalu larut dalam kesedihan dan
memberikan air putih padanya.
Beberapa saat kemudian tangisnya
mulai mereda, dengan masih
sesegukan dia memanggil namaku.
“Hh-mm.. Apa?” “Ci, tadi lu bilang lu
pernah bikin film bokep pribadi kan
ya “Mm.. Iya, so what?” jawabku
sambil mengangguk. “Boleh gua liat
nggak, hitung-hitung penghilang
stress.. Boleh ya?” “Ehh.. Eh.. Gimana
ya? Sekarang?” aku bingung karena
risih juga kalau film pribadiku dilihat
orang lain. Akhirnya karena didesak
terus dan mengingat sama-sama
cewek ini, akupun menyerah.
Kunyalakan komputer di seberang
ranjangku dan mengambil VCD-nya
yang kusimpan di lemari. Yessica
adalah orang pertama di luar geng-ku
yang pernah menonton vcd ini.
Gambar di layar komputer
memperlihatkan diriku sedang
dikerjai para tukang bangunan, serta
adegan seks massal dimana Verna
juga belakangan ambil bagian
didalamnya membuat jantung kami
berdebar-debar. Yessica nyengir-
nyengir ketika melihatku yang
tadinya berontak akhirnya takluk dan
menikmati diperkosa oleh empat kuli
bangunan itu. “Hi… hi… hi… Malu-malu
mau nih yee!” godanya yang
kutanggapi dengan mencubit
pahanya. Aku merasakan vaginaku
becek setelah menonton film yang
kubintangi sendiri itu, kurasa hal yang
sama juga dialami oleh Yessica
karena waktu nonton tadi dia sering
menggesek-gesekkan pahanya. “Ci,
gua juga mau dong bikin bokep
pribadi kaya lu” pintanya yang
membuatku kaget. “Ngaco lu, jangan
yang nggak-nggak ah, nanti gua
dibilang ngerusak anak orang lagi,
nambah-nambah dosa gua aja!” aku
menolaknya. “Aahh.. Ayolah Ci,
lagian gua juga sudah nggak
perawan ini, sudah basah jadi
tanggung sekalian aja mandi”
“Jangan Yes, gua nggak enak ke lu”
“Ayolah, gua cuma mau ngebales aja
kok, Napoleon juga membalas
berselingkuh waktu tahu istrinya
selingkuh, itu baru adil, ya kan”
katanya sok sejarah. “Ya.. illah..
Napoleon aja sampai dibawa-bawa,
kalaupun gua mau, bikinnya sama
siapa, cowoknya mana?” “Di villa aja
Ci, penjaga villa lu masih kerja di
sana kan? Sekali-kali gua mau coba
gimana rasanya kontol kampung nih,
please” Karena didesak terus dan dia
sendiri yang minta, maka akupun
terpaksa menyetujuinya, lagian aku
sendiri sudah lama tidak berkunjung
ke sana, pasti Pak Joko dan Taryo
senang apalagi aku ke sana
membawa ‘barang baru’. Kami tidur
sekitar jam duabelas dan bangun
jam delapan pagi. Setelah sarapan,
kami mengemasi barang bawaan,
lalu pamit pada mamaku
memberitahukan bahwa kami akan
ke villa. Aku memakai baju untuk
suasana rileks berupa halter neck
merah yang memperlihatkan
punggungku dipadu dengan celana
pendek jeans yang ketat. Yessica
memakai gaun terusan mini yang
menggantung sejengkal di atas lutut,
rambutnya yang panjang diikat ke
belakang dengan jepit rambut Tare
Panda.
Kami berangkat dari Jakarta sekitar
jam sepuluh dan tiba di tujuan jam
satu lebih, gara-gara liburan yang
menyebabkan jalan agak macet.
“Sudah siap lu Yes? Kalau mau
berubah pikiran belum telat sekarang,
tapi kalau mereka sudah ngerjain lu,
gua nggak bisa apa-apa lagi” tanyaku
ketika sudah mau dekat. “I’m ready
for it, lagian gua juga mau tahu
rasanya diperkosa itu kaya apa”
katanya yakin. Kamipun sampai ke
villaku, Pak Joko membuka pintu
garasi beberapa saat setelah
kubunyikan klakson. “Waduh Neng,
sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak
kangen nih!” sapanya menyambut
kami. “Iya Pak.. habis Citra sibuk
banget sih di Jakarta, kalau libur baru
bisa main,” kataku, “O.. Iya Pak,
kenalin itu sepupu Citra, namanya
Yessica” Pak Joko terkagum-kagum
memandang Yessica yang baru saja
turun dari mobil, Yessica juga
mengangguk dan tersenyum
padanya. Kusuruh Yessica
meletakkan dulu tasnya di kamar
sementara kami mengeluarkan
barang, setelah dia masuk, Pak Joko
berbicara dengan suara pelan
padaku. “Eh.. Neng, Neng Yessica itu
boleh dientot apa nggak, habis nge-
gemesin banget sih, ayunya itu loh”
“Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng
langsung mikirnya gitu” “Duh, maaf-
maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak
khilaf Neng” “Nggak kok Pak, Bapak
nggak salah, justru dia yang ngajak
ke sini minta digituin, malah minta
disyuting lagi Pak, Bapak mau kan
disyuting, tenang aja Pak buat
koleksi pribadi kok” Pria setengah
baya itu menunjukkan ekspresi
senang mendengar jawabanku, dia
langsung bergegas mau menemui
Yessica untuk langsung mulai. Tapi
buru-buru kutahan dengan menarik
lengannya. “Eh.. Sabar-sabar Pak
nanti dulu dong, kita harus cari
suasana dulu biar lebih hot, lagian
kita lapar nih mau makan siang dulu,
Bapak sekalian ikut makan aja yah”
kataku sambil menyerahkan sekotak
ayam goreng KFC dan menyuruhnya
menyiapkan nasi. “O iya Pak, si Taryo
ada nggak? Mau manggil dia juga
nih” tanyaku pada Pak Joko yang
sedang beres-beres. “Wah kurang
www.ceritakita.hexat.compun lalu menelepon vila sebelah, baru
kujawab teleponnya setelah
beberapa kali di sana bilang ‘halo..
Halo.. Siapa ini?’ untuk mengenali
suaranya. Setelah yakin itu suara
Taryo aku lalu mengundangnya ke
sini dan mengutarakan maksudku.
Tentu dia senang sekali ditawari
seperti itu, tapi dia cuma bisa
menemani hari ini saja karena dia
bilang besok siang majikannya mau
datang berlibur. Ketika kututup
telepon, dibelakangku Yessica baru
saja turun dari tangga lantai atas.
“Ngapain aja lu, lama amat beresin
barang, yuk makan dulu, lapar nih!”
kataku. “Duh sori tadi sakit perut,
kepaksa setor dulu ke WC deh” Aku
memberi usul bagaimana kalau kita
makan di taman belakang dekat
kolam renang saja, mumpung cuaca
juga bagus, juga kusuruh Pak Joko
menggelar tikar seperti piknik. Ketika
lagi beres-beres bel berbunyi, itu pasti
Taryo pikirku. Aku menyuruh Pak
Joko meneruskan beres-beres
sementara aku ke depan
membukakan pintu. Taryo, si penjaga
villa tetangga, muncul di depan pintu
dan langsung memelukku begitu
pintu kututup. Kami berpelukan
dengan bibir saling berpagutan,
tangannya mengelusi punggungku
turun hingga berhenti di pantat, di
sana dia remas bokongku yang
montok. Serasa sepasang kekasih
yang sudah lama tidak bertemu dan
saling melepas rindu saja deh, what..
Taryo jadi kekasihku? Nggak lah
yaw.. Just as sex partner! “Mmhh..
Jangan sekarang ah, mau makan
dulu, yuk sekalian gua kenalin sama
sepupu gua!” aku melepaskan
pelukannya sebelum dia bertindak
lebih jauh lagi mau memelorotkan
celanaku. “Ehehehe.. habis kangen
banget sama neng sih, apalagi neng
tambah cantik kalau rambutnya kaya
sekarang” katanya sambil
mengomentari rambutku yang sudah
lebih panjang dari yang dulu (kini
sudah menyentuh bahu) dan kembali
kuhitamkan. Aku memberikan piring
dan sendok garpu padanya dan
mengajaknya ke taman. Disana Pak
Joko dan Yessica juga baru
menyendok nasi dan fried chicken ke
piringnya. Kami mulai makan dalam
suasana santai, obrolan nakal mereka
meramaikan suasana, malah sekali
aku hampir tersedak karena tertawa.
Taryo menenangkan dengan
menepuk-nepuk punggungku dan
dadaku, ujung-ujungnya tetap
meremas payudaraku. “Apa sih
pegang-pegang malah tambah
kesedak tahu!” omelku sambil
menepis tangannya. Pelan-pelan
Yessica mulai terbiasa dengan
suasana seperti ini, dengan keudikan
kedua orang ini, bahkan dia pun
mulai berani jawab waktu ditanya
aneh-aneh oleh mereka. “Tuh,
pahanya satu lagi, habisin aja Pak!”
tawarku. “Paha? Mana paha?” celoteh
si Taryo pura-pura bego sementara
tangannya meraih pahaku. Langsung
kutampik lagi tangannya dan
disambut gelak-tawa. Setelah semua
selesai makan limabelas menit
kemudian kusuruh Pak Joko dan
Taryo membersihkan perangkat
makan dan mencucinya dahulu
sekalian menunggu makanan di perut
turun. “Dah nggak risih lagi kan, habis
ini kita action nih, siap nggak?”
tanyaku pada Yessica. “Siapa takut,
lagian gua seneng bisa ngebales si
brengsek itu, biar dia tahu cewek
juga bisa selingkuh, apalagi gua
selingkuhnya sama orang yang
nggak pernah dia duga” tegasnya.
“Tuh mereka sudah beres Yes,
showtime” kataku melihat kedua
penjaga villa itu keluar, “Pak Joko,
tolong handycamnya masih di meja
dalam” Pak Joko pun masuk lagi dan
keluar membawa handycamnya.
Kami duduk melingkar di tikar, aku
memberi instruksi bak seorang
sutradara. Kuperingatkan pada kedua
pria itu agar tidak menyentuhku dulu
selama aku mensyuting, agar
hasilnya maksimal, tidak goyang
seperti hasil syuting Verna. Setelah
semua siap, keduanya merapatkan
duduk mereka pada Yessica, terlihat
dia agak nervous dibuatnya. “Santai
aja Yes, ntar juga enjoy kok”
saranku. Kamera kunyalakan, tanpa
disuruh lagi keduanya sudah mulai
duluan. Pak Joko meletakkan
tangannya di paha Yessica yang
duduk bersimpuh, tangan itu merabai
pahanya secara perlahan dan
menyingkap roknya. Taryo di sebelah
kanan meremas payudaranya,
sepertinya agak keras karena Yessica
meringis dan mendesah lebih
panjang. Sementara lidahnya
menjilati leher jenjang Yessica, ke
atas terus menggelikitik kupingnya
dan menyapu wajahnya yang mulus.
Tangan Pak Joko sudah masuk ke
dalam rok Yessica yang tersingkap,
diremasinya kemaluannya yang
masih tertutup celana dalam putih
tipis yang memperlihatkan bulu
kemaluannya. Pria kurus itu juga
membuka resleting celananya hingga
penisnya yang sudah tegak
menyembul keluar, lalu tangan
Yessica digenggamkan padanya dan
disuruh mengocoknya. Bibir
mungilnya dipagut oleh Taryo,
mereka berciuman dengan hot, lidah
mereka keluar saling jilat dan belit.
Sambil berciuman Taryo menurunkan
resleting punggung Yessica lalu
memeloroti bajunya lewat bahu, juga
disuruhnya Pak Joko memeloroti
yang sebelah kiri, setelahnya bra-nya
mereka lucuti pula. Kini payudara
montok saudaraku yang cantik ini
terekspos sudah. Pak Joko langsung
mencaplok susu kirinya dengan liar
dan ganas, pipinya sampai kempot
menyedot benda itu, aku
mendekatkan handycam untuk lebih
fokus ke momen itu. “Gimana Pak?
Manis nggak susunya?” tanyaku
sambil mensyuting. “Mantap neng, ini
baru pas susunya!” dia melepas
sebentar emutannya untuk
berkomentar lalu kembali menyusu
dan mengorek-ngorek kemaluannya,
tangan lainnya mengelusi punggung
Yessica. Taryo masih terus
menciuminya, lidahnya terus
menyapu rongga mulutnya, begitu
pula Yessica juga dengan liar beradu
lidah dengannya. Jempol Taryo
menggesek-gesek putingnya diselingi
pencetan dan pelintiran. Yessica
sendiri makin intens mengocoki penis
Pak Joko sehingga penjaga villaku ini
terpaksa menghentikannya karena
tidak mau buru-buru keluar. Kini dia
suruh sepupuku merunduk (sehingga
posisinya setengah berbaring ke
samping) dan mengoral penisnya.
Dengan bernafsu, Yessica melayani
penis Pak Joko dengan mulut dan
lidahnya, mula-mula dia jilati buah
pelir dan batangannya dengan pola
naik-turun, sampai di kepalanya
sengaja dia gelitik dengan lidahnya
dan dikulum sejenak. Pemiliknya
sampai mengerang-ngerang
keenakan sambil meremasi
payudaranya yang menggantung.
Taryo menarik gaun itu ke bawah
hingga lepas, menyusul celana
dalamnya. Setelah menelanjangi
Yessica, dia melepaskan bajunya
sendiri. Diobok-oboknya vagina
Yessica dengan jari-jarinya, liang itu
pun semakin becek akibat
perbuatannya, cairannya nampak
meleleh keluar dan membasahi
jarinya. “Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!”
desah Yessica disela-sela aktivitas
menyepongnya. Kemudian Pak Joko
rebahan di tikar dan dia suruh Yessica
naik ke wajahnya, rupanya dia mau
menjilati vaginanya. Gantian
sekarang Taryo yang dikaraoke,
penisnya yang hitam berurat dan
lebih besar dari Pak Joko dikocok-
kocok oleh Yessica yang sedang
mengemut pelirnya. Dia menyentil-
nyetilkan lidahnya pada lubang
kencingnya sehingga Taryo
mengerang nikmat. “Ayo dong Neng,
masukin aja, jangan cuma bikin geli
gitu” kata Taryo sambil menekan
penis itu masuk ke mulutnya, lalu
wajahnya pun dia tekan dalam-
dalam saking tidak sabarnya
sehingga mata Yessica membelakak
karena sesak. Dia meronta ingin
melepaskan benda itu dari mulutnya,
tapi tangan Taryo yang kokoh
menahan kepalanya. “Sudah dong
Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati
tercekik dia, kontol lu kan gede”
bujukku agar Taryo memberinya
sedikit kelegaan. “Non Yessicanya
seneng kok Neng, tuh buktinya!”
tangkis Taryo memperlihatkan
Yessica yang kini malah memaju-
mundurkan kepalanya mengoral
penisnya, tapi kepalanya tetap
dipegangi sehingga tidak bisa lepas.
Kamera kudekatkan ke wajah
Yessica yang tengah asyik mengulum
penis Taryo, mulutnya penuh terisi
oleh batang besar itu sehingga hanya
terdengar desahan tertahan.
Kemudian kuarahkan ke bawah
mengambil adegan Pak Joko sedang
melumat vaginanya, dia menjulurkan
lidahnya menyapu bibir vaginanya.
Tangan kanannya mengelus-elus
pantat dan pahanya yang mulus,
tangan kirinya dijulurkan ke atas
memijati payudaranya. Ekspresi
keenakan Yessica terlihat dari gerak
pinggulnya yang meliuk-liuk. Lidah
Pak Joko menjilat lebih dalam lagi,
dipakainya dua jari untuk membuka
bibir vaginanya dan disapunya
daerah itu dengan lidahnya.
Kemaluannya jadi tambah basah baik
oleh ludah maupun cairan vaginanya
sendiri. Walaupun terangsang berat
aku masih tetap mensyuting mereka
sambil sesekali meremas payudaraku
sendiri, kemaluanku juga sudah mulai
lembab. “Emmh.. Emmhh.. Angghh!”
Yessica mendesah tertahan dengan
mata merem-melek, tangannya
meremasi rambut Pak Joko di
bawahnya. Cairan bening meleleh
membasahi vaginanya dan mulut Pak
Joko. Pak Joko makin mendekatkan
wajahnya ke selangkangannya dan
menyedot vaginanya selama kurang
lebih lima menit, selama itu tubuh
Yessica menggelinjang hebat dan
sepongannya terhadap penis Taryo
makin bersemangat. Puas menikmati
vagina, Pak Joko menarik keluar
kepalanya dari kolong Yessica. Dia
mengambil posisi duduk dan
menaikkan Yessica ke pangkuannya.
Tangannya yang satu membuka lebar
bibir vaginanya sedangkan yang lain
membimbing penisnya memasuki
liang itu. Taryo cukup mengerti
keadaannya dengan membiarkan
Yessica melepas penisnya yang
sedang dioral untuk mengatur posisi
dulu. Yessica menurunkan tubuhnya
menduduki penis Pak Joko hingga
penis itu melesak ke dalamnya
diiringi erangan panjang. Pak Joko
juga melenguh nikmat akibat jepitan
vagina Yessica yang kencang itu. Aku
mendekatkan kamera ke
selangkangan mereka agar bisa
meng-close-up adegan itu. Yessica
mulai naik-turun di pangkuannya,
payudaranya diremasi dari belakang
oleh Pak Joko. Kembali Taryo
memasukkan penisnya ke mulut
Yessica yang langsung disambut
dengan jilatan dan kuluman. Kurang
dari lima belas menit, Taryo sudah
mengerang tak karuan sambil
menekan kepala Yessica.
“Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!”
demikian erangnya panjang. Pipi
Yessica sampai kempot mengisapi
sperma Taryo, namun hebatnya
belum nampak setetespun cairan itu
meleleh keluar dari mulutnya,
padahal di saat yang sama Pak Joko
juga sedang menggenjotnya dari
bawah. Hingga erangan Taryo
berangsur-angsur mereda, dia pun
mulai melepas penis itu dan menjilati
sisa-sisa sperma di batangnya.
Penis Taryo kelihatan sedikit
menyusut setelah menumpahkan
isinya. “Wuihh.. Gile bener sepongan
Neng Yessica nggak kalah dari Neng
Citra” komentarnya. Kamera
kudekatkan ke wajah Yessica yang
sedang menjilati sisa-sisa sperma di
penis Taryo dengan rakus. Sambil
men-charge penisnya, Taryo bermain-
main dengan payudara Yessica,
kedua bongkahan kenyal itu dia
caplok dengan telapak tangannya
dan dihisapi bergantian. Kulit
payudara yang putih itu sudah
memerah akibat cupangan Taryo.
Suara erangan sahut-menyahut
memanaskan suasana. Yessica terus
menaik-turunkan tubuhnya dengan
bersemangat, semakin lama makin
cepat dan mulutnya menceracau tak
karuan. “Oohh.. Aauuhh.. Aahh!”
lolongnya dengan kepala mendongak
ke langit bersamaan dengan
tubuhnya yang mengejang,
didekapnya kepala Taryo erat-erat
sehingga wajahnya terbenam di
belahan payudaranya. Momen indah
ini terabadikan melalui handycamku
dan terus terang aku sendiri sudah
terangsang berat dan ingin segera
bergabung, tapi sepertinya belum
saatnya, nampaknya mereka berdua
sedang getol-getolnya menggarap
Yessica sebagai barang baru daripada
aku yang sudah sering mereka kerjai.
Yessica ambruk di atas tubuh Pak
Joko dengan penis masih tertancap.
Pak Joko mendekapnya dan
mencumbunya mesra, lidah mereka
berpaut dan saling menghisap. Kini
Taryo yang senjatanya sudah di
reload meminta gilirannya. Pak Joko
pun menurunkan Yessica dari
tubuhnya dan ke dalam mengambil
minum. Kedua pergelangan kaki
Yessica dipegangi Taryo lalu dia
bentangkan pahanya lebar-lebar.
Setelah menaikkan kedua betisnya
ke bahu, Taryo menyentuhkan kepala
penisnya ke bibir vaginanya.
Walaupun vagina itu sudah basah,
tapi karena penis Taryo termasuk
besar, lebih besar dari Pak Joko,
Yessica meringis dan mengerang
kesakitan saat liang senggamanya
yang masih rapat diterobos benda
hitam itu, tubuhnya tegang sambil
meremasi tikar di bawahnya,
mungkin dia belum terbiasa dengan
penis seperti itu. Taryo sendiri juga
mengerang nikmat akibat himpitan
dinding vaginanya “Uuuhh.. Uhh..
Sempit banget sih, asoy!” erangnya
ketika melakukan penetrasi. Aku
sebagai juru kamera sudah terlalu
menghayati sampai tak sadar kalau
tangan kiriku menyelinap lewat
bawah bajuku dan memijiti
payudaraku sendiri, kuputar-putar
putingku yang sudah mengeras dari
tadi. Taryo mulai menggerakkan
penisnya perlahan yang direspon
Yessica dengan rintihannya. Pak Joko
kembali dari dalam, dia bersimpuh di
samping mereka lalu meletakkan
tangan Yessica pada penisnya. Dia
menikmati penisnya dipijat Yessica
sambil meremas payudaranya. Taryo
menaikkan tempo permainannya,
disodoknya Yessica sesekali
digoyangnya ke kiri dan kanan untuk
variasi, tak ketinggalan tangannya
meremasi pantatnya yang montok.
Yessica semakin menggeliat
keenakan, desahannya pun semakin
mengekspresikan rasa nikmat bukan
sakit. Pak Joko merundukkan
badannya agar bisa menyusu dari
payudaranya, diemut-emut dan
ditariknya puting itu dengan
mulutnya. Sekitar limabelas menit
kemudian mereka berganti posisi
karena Pak Joko juga sudah mau
mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas
penisnya Taryo mengangkat tubuh
Yessica, dia sendiri membaringkan diri
di tikar sehingga Yessica kini
diatasnya. Kemudian Pak Joko
menyuruhnya agar mengangkat
pinggulnya, Yessica lalu
mencondongkan badannya ke depan
sehingga pantatnya menungging dan
payudaranya tepat di atas wajah
Taryo. “Bapak tusuk di pantat yah
Neng, tahan yah kalo agak sakit”
kata Pak Joko meminta ijin. “Jangan
terlalu kasar yah Pak, saya takut
nggak tahan” kata Yessica dengan
suara lemas. “Engghh.. Pak!”
erangnya saat Pak Joko
memasukkan telunjuknya ke
anusnya, lalu dia masukkan juga jari
tengahnya sambil diludahi dan
digerak-gerakkan untuk melicinkan
jalan bagi penisnya. Setelah merasa
cukup, Pak Joko mulai memasukkan
barangnya ke sana, kelihatannya
cukup susah sehingga dia harus pakai
cara tarik ulur, keluarin satu senti
masukkan tiga senti sampai
menancap cukup dalam dan setelah
setengahnya lebih dengan sedikit
tenaga dia hujamkan hingga mentok.
“Akkhh.. Sakit..!!” erangannya
berubah jadi jeritan ketika pantatnya
dihujam seperti itu. Kedua penjaga
villa ini bagaikan kuda liar
menggarap kedua liang senggama
sepupuku, kedua tubuh hitam yang
menghimpit tubuh putih mulus itu
seperti sebuah daging ham diantara
dua roti hangus, mereka sudah
bermandikan keringat dan nampak
sebentar lagi akan mencapai puncak.
Aku sejak tadi sibuk berpindah sana-
sini untuk mencari sudut yang bagus.
Yessica mulai mengejang dan
mengerang panjang menandai
klimaksnya. Tapi kedua penjaga villa
itu tanpa peduli terus menggenjotnya
hingga beberapa menit kemudian.
Mereka mencabut penisnya dan
menelentangkan Yessica di tikar.
Mereka cukup mengerti permintaan
Yessica agar tidak membuang di
dalam karena sedang masa subur,
Pak Joko menumpahkan ke wajah
dan mulutnya, sedangkan Taryo ke
perut dan dadanya. Meskipun masih
lemas, Yessica tetap menggosokkan
sperma itu ke badannya. Ketiganya
rebahan dan mengatur kembali
nafasnya. “Gimana Yes, puas nggak?”
tanyaku. “Aduh Ci.. Lemes banget,
kayak nggak bisa bangun lagi
rasanya deh!” jawabnya lemas
dengan sisa tenaganya. “Gimana
Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua
belum dapat nih!” kataku pada kedua
orang itu. “Iya ntar Neng, harus isi
tenaga dulu nih!” jawab Pak Joko.
“Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau
minum nih haus!” kataku
meninggalkan mereka dan menuju
ke dalam. Aku menuangkan air
dingin dari kulkas dan meminumnya.
Setelah menutup pintu kulkas dan
membalik badan tiba-tiba Taryo
sudah di belakangku, kaget aku
sampai gelas di tanganku hampir
jatuh. “Duh.. Ngagetin aja lu Tar,
dateng nggak kedengeran gitu kaya
setan aja!” omelku, “Ngapain? Mo
minum?” Tanpa berkata-kata dia
mengambil gelas yang kusodorkan
dan meminumnya. Aku melihat
tubuhnya yang telanjang, penisnya
dalam posisi setengah tegang,
pelirnya menggantung di pangkal
pahanya seperti kantung air. Setelah
berbasa-basi sejenak aku mendekati
dan memeluknya, berpelukan mulut
kami mulai saling memagut, lidah
bertemu lidah, saling jilat dan saling
belit, kugenggam penisnya dan
kupijati. Elusannya mulai turun dari
punggungku ke bongkahan pantatku
yang lalu dia remasi. Kemudian
kuajak dia ke ruang tengah lalu
kupersilakan dia duduk di sofa. Aku
berdiri di hadapannya dan melepas
pakaianku satu persatu hingga tak
menyisakan apapun di badanku
dengan gerakan erotis. Aku berhenti
tepat di depannya yang sedang
duduk, nampak dia terbengong-
bengong menyaksikan keindahan
tubuhku, tangannya merabai paha
dan pantatku. “Neng cukur jembut
yah, jadi rapih deh hehehe..”
komentarnya terhadap bulu
kemaluanku yang beberapa hari lalu
kurapihkan pinggir-pinggirnya hingga
bentuknya memanjang.
Menanggapinya aku hanya
tersenyum seraya mendekatkan
kemaluanku sejengkal dan sejajar
dari wajahnya, seperti yang sudah
kuduga, dia langsung melahapnya
dengan rakus. “Eemmhh.. Yess!”
desahku begitu lidahnya menyentuh
vaginaku. Kurenggangkan kedua
pahaku agar lidahnya bisa
menjelajah lebih luas. Sapuan
lidahnya begitu mantap menyusuri
celah-celah kenikmatan pada
kemaluanku. Aku mendesah lebih
panjang saat lidahnya bertemu
klitorisku yang sensitif. Mulutnya
kadang mengisap dan kadang
meniupkan angin sehingga
menimbulkan sensasi luar biasa.
Sementara tangannya terus meremas
pantatku dan sesekali mencucuk-
cucuk duburku. Aku mengerang
sambil meremas rambutnya sebagai
respon permainan lidahnya yang liar.
Puas menjilati vaginaku, dia
menyuruhku duduk menyamping di
pangkuannya. Dengan liarnya dia
langsung mencaplok payudaraku,
putingnya dikulum dan dijilat,
tangannya menyusup diantara
pahaku mengarah ke vagina.
Selangkanganku terasa semakin
banjir saja karena jarinya mengorek-
ngorek lubang vaginaku. Selain
payudaraku, ketiakku yang bersih
pun tak luput dari jilatannya sehingga
menimbulkan sensasi geli, terkadang
dihirupnya ketiakku yang beraroma
parfum bercampur keringatku.
Tanganku merambat ke bawah
mencari penisnya, benda itu kini telah
kembali mengeras seperti batu.
Kuelusi sambil menikmati
rangsangan-rangsangan yang
diberikan padaku. Jari-jarinya
berlumuran cairan bening dari
vaginaku begitu dia keluarkan.
Disodorkannya jarinya ke mulutku
yang langsung kujilati dan kukulum,
terasa sekali aroma dan rasa cairan
yang sudah akrab denganku.
Tubuhku ditelentangkan di meja
ruang tamu dari batu granit hitam itu
setelah sebelumnya dia singkirkan
benda-benda diatasnya. Nafasku
makin memburu ketika penis Taryo
menyetuh bibir vaginaku. “Cepet Tar,
masukin yang lu dong, nggak tahan
lagi nih!” pintaku sambil membuka
pahaku lebih lebar seolah
menantangnya. Karena mejanya
pendek, Taryo harus menekuk
lututnya setengah berjinjit untuk
menusukkan penisnya. Aku menjerit
kecil merasa perih akibat cara
memasukkannya yang sedikit kasar.
Selanjutnya kami larut dalam birahi,
aku mengerang sejadi-jadinya sambil
menggelengkan kepala atau
menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak
memegangi kedua pergelangan
kakiku, sehingga pantatku terangkat
dari meja. Payudaraku terguncang-
guncang mengikuti irama
goyangannya yang kasar. Dalam
waktu duapuluh menit saja aku
sudah dibuatnya orgasme panjang
sementara dia sendiri belum
menunjukkan tanda-tanda akan
keluar. Sekarang dia merubah posisi
dengan menurunkan setengah
tubuhku dari meja, dibuatnya aku
nungging dengan kedua lututku
bertumpu di lantai, tetapi badan
atasku masih di atas meja sehingga
kedua payudaraku tertekan di sana.
Dia kembali menusukku, tapi kali ini
dari belakang, posisi seperti ini
membuat sodokannya terasa makin
deras saja. Aku ikut menggoyangkan
pantatku sehingga terdengar suara
badan kami beradu yaitu bunyi plok..
plok.. tak beraturan yang bercampur
baur dengan erangan kami. Tak lama
kemudian aku kembali orgasme,
tubuhku lemas sekali setelah
sebelumnya mengejang hebat,
keringatku sudah menetes-netes di
meja. Namun sepertinya Taryo masih
belum selesai, nampak dari penisnya
yang masih tegang. Aku cuma
diangkat dan dibaringkan di sofa,
lumayan aku bisa beristirahat
sebentar karena dia sendiri katanya
kecapekan tapi masih belum keluar.
Kami menghimpun kembali tenaga
yang tercerai-berai. “Yessica sama
Pak Joko mana Tar? Kok nggak
masuk-masuk?” tanyaku pelan.
“Nggak tahu juga Neng, mungkin
sudah mulai ngentot lagi di luar, kita
lihat aja yuk!” “Oo… kalo gitu ntar aja
deh, masih lemas” Namun sebagai
jawabannya Taryo malah
menggendong tubuhku dan
membawaku ke kebun. Di sana
Yessica maupun Pak Joko sudah tidak
ada lagi yang ada hanya baju
mereka yang berceceran di atas tikar.
Sayup-sayup terdengar suara
desahan tak jauh dari sini, tepatnya
dari kolam renang. Dengan
menggendongku, Taryo berbelok ke
kanan menuju ke kolam. Di sana
kami melihat di kolam daerah
dangkal Pak Joko sedang asyik menggenjot sepupuku dari belakang
dengan doggy style. Yessica
mendesah-desah dan sesekali
menjerit kecil menerima sodokan Pak
Joko, rambut panjangnya kini basah
oleh air dan terurai karena ikat
rambutnya sudah dilepas. “Neng, kita
nyebur juga yuk, biar seger” ajak
Taryo. Aku menganggukkan kepala
menyetujuinya, diapun melangkah
turun ke air, di sana tubuhku dia
turunkan hingga terendam air. Hmm..
Rasanya dingin dan menyegarkan,
sepertinya keletihanku agak terobati
oleh air.
“Masih kuat juga Pak Joko, sejak
kapan mulai lagi nih?” sapa Taryo.
“Kuat dong, buat neng-neng cantik ini
kapan lagi,” sahut Pak Joko di tengah
aktivitasnya. Air kolam merendamku
hingga dada ke atas, aku sandaran
pada dinding kolam mengendurkan
otot-ototku. Taryo kembali
menghampiri dan menghimpit
tubuhku. Diciumnya aku dibibir
sejenak lalu ciumannya merambat ke
telinga dan leher sehingga aku
menggeliat geli. Penisnya kugenggam
lalu kukocok di dalam air. Dia angkat
satu kakiku dan mendekatkan
penisnya ke vaginaku. Dengan
dibantu tanganku dan dorongan
badannya, masuklah penis itu ke
vaginaku. Air semakin beriak ketika
dia memulai genjotannya yang
berangsur-angsur tambah kencang.
Kakiku yang satunya dia angkat
sehingga tubuhku melayang di air
dengan bersandar pada tepi kolam.
Aku menengadahkan wajah
menatap langit yang sudah mulai
senja dan mengeluarkan desahan
nikmat dari mulutku. Mulutnya
melumat payudaraku dan
mengisapnya dengan gemas
membuatku semakin tak karuan. Aku
menoleh ke sebelah untuk melihat
Yessica yang berada sekitar lima
meter dari kami, sekarang mereka
sudah berganti posisi, Yessica duduk
di atas pangkuan Pak Joko
menggoyang-goyangkan tubuhnya di
atas penis Pak Joko yang disaat
bersamaan sedang mengenyot
payudaranya. Tangan kiri Pak Joko
bergerilya mengelusi punggung dan
pantatnya. Taryo memang sungguh
perkasa, padahal kan sebelumnya dia
sudah menggarap Yessica sampai
orgasme berkali-kali. Aku sendiri
sudah mulai kecapekan dan setengah
sadar karena sodokan-sodokan
brutalnya. Gesekan-gesekan penisnya
dengan dinding vaginaku seperti
menimbulkan getaran-getaran listrik
yang membuatku gila. Mataku
mebeliak-beliak keenakan hingga
akhirnya aku klimaks lagi bersamaan
dengan Taryo. Spermanya yang
hangat mengalir mengisi rahimku.
“Neng.. Neng keluar nih saya!”
erangnya panjang sambil meringis.
Rasanya sungguh lemas, badan
seperti mati rasa, mataku juga makin
berat. Mungkin karena kecapaian di
perjalanan atau Taryo yang terlalu
bersemangat, akupun tak sadarkan
diri, padahal jarang sekali aku
pingsan setelah bersenggama. Aku
masih sempat merasakan diriku
digendong Taryo lalu dibaringkan di
pinggir kolam, juga menyaksikan
Yessica sedang mengoral Pak Joko
yang berdiri berkacak pinggang,
nampaknya mereka juga sudah mau
selesai, tapi entahlah karena aku
keburu tidak sadar. Aku terbangun
ketika langit sudah gelap di kamarku,
masih telanjang dan terbaring di
ranjang. Yessica lah yang
membangunkanku dengan
mengguncangkan tubuhku. Dia juga
masih telanjang, cuma ada kami
berdua di kamar ini. Aku mengucek-
ngucek mataku sambil menggeliat.
“Jam berapa Yes?” tanyaku dengan
pelan. “Setengah tujuh, mandi yuk,
gua juga baru bangun!” ajaknya.
“Entar ah, masih lemes sepuluh menit
lagi deh!” jawabku dengan malas dan
menarik selimut menutup tubuh
bugilku. “Ci, handycamnya mana?
Lihat dong hasilnya, bagus nggak?”
“Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir
gua taro sana, coba lihat aja” “O iya,
Yes.. Sekalian buatin air hangat yah,
tinggal buka krannya aja kok, itu
otomatis!” pintaku sebelum dia keluar
dari kamar. Dia kembali tak lama
kemudian dengan membawa
handycam dan segelas air putih.
Kugeser tubuhku duduk bersandar ke
ujung ranjang. Dia minta aku
menyalakan alat itu karena tidak
mengerti. Kami menyaksikan hasil
rekamanku tadi melalui layar kecil
pada alat itu. “Hot juga lu Yes
mainnya, bakat jadi bintang bokep
nih!” godaku melihat keliarannya, “By
the way, gimana perasaan lu
sesudah ngeliat ini?”
“Lega Ci, gua akhirnya bisa juga
ngebales cowok brengsek itu, biar
tahu rasa dia ceweknya main sama
orang-orang kaya gini, putus ya
putus, gua dah nggak peduli lagi kok”
katanya berapi-api. “Sudah dong
jangan nafsu gitu Yes, serem ah
liatnya!” kataku sambil mengelus-elus
punggungnya menenangkan. “Eh..
Gimana airnya, bisa tumpah nih!”
kataku mendadak baru ingat
limabelas menit kemudian gara-gara
asyik ngobrol sambil menonton
rekaman itu. Kami buru-buru ke
kamar mandi dengan berlari kecil dan
benar saja airnya sudah meluap tapi
sepertinya belum lama karena
lantainya belum terlalu banjir.
Terpaksa harus kubuang sedikit
airnya, lalu kutaburi buble bath dan
mengocoknya hingga berbusa.
Kusuruh Yessica agar membawa saja
handycamnya ke sini agar bisa
nonton sambil berendam. Hhmm..
Segarnya berendam di air hangat
berbusa itu, sepertinya segala beban
seharian hilang sudah oleh
kesegarannya. Di bathtub kami saling
menggosok punggung kami sambil
menonton handycam yang diletakkan
di tepi bak yang agak lebar, aku juga
membantu Yessica mengkramas
rambutnya yang panjang itu. Setelah
dua puluh menitan kamipun
menyelesaikan mandi kami, kuguyur
badanku dengan air membersihkan
busa-busa yang menempel lalu
mengelap badan dengan handuk.
Yessica ke kamar dahulu karena aku
mau buang air kecil dulu. Aku keluar
dari kamar mandi sambil mengikat
tali pinggang kimonoku, di ruang
tengah aku berpapasan dengan Pak
Joko yang juga baru masuk dari pintu
yang menuju kolam. “Eh Bapak,
Taryo mana Pak, kok nggak
keliatan?” sapaku. “Oo.. Tadi katanya
mau pulang dulu ke rumahnya, ndak
tahu deh ngapain,” jawabnya, “Tapi
nanti katanya mau ke sini lagi
sekalian bawain makanan” Aku lalu
meninggalkannya dan masuk ke
kamarku, di sana Yessica yang masih
memakai gulungan handuk di
kepalanya sedang mengoleskan body
lotion pada pahanya. Tak lama
kemudian terdengar bel berbunyi,
Taryo datang membawa empat
bungkus nasi uduk, dia bilang tadi dia
menengok istri dan orang tuanya
dulu di desa tak jauh dari sini. Kami
makan di meja makan, tidak terlalu
enak sih, tapi lumayan lah buat
sekedar ganjal perut. Di tengah
makan, terdengarlah suara dering HP
dari kamarku. “HP lu tuh Yes, sana
gih terima dulu!” kataku padanya.
Yessica bergegas ke kamar
meninggalkan makannya yang belum
habis sementara kami bertiga
meneruskan makan. Taryo selesai
paling awal, saat itu Yessica masih
belum kembali juga, lama juga
neleponnya pikirku. “Saya panggilin
Neng Yessi dulu yah!” kata Taryo
setelah meminum airnya seraya
melangkah ke kamarku. Pak Joko
sudah selesai makan, sedangkan aku
tidak habis karena nasinya
kebanyakan, tak enak pula jadi
sisanya kubuang. Kami berdua
membereskan sendok-garpu dan
gelas ke bak cucian, serta membuang
kertas pembungkus ke tempatnya.
“Yes, ini makannya habisin dulu dong,
dingin nanti!” teriakku padanya, “Wah
jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi
tuh, habis belum keluar-keluar sih”
Kami berdua pun segera ke kamarku
dan benar juga apa kataku tadi.
Taryo sudah telanjang, duduk
selonjoran di ranjang dan mendekap
Yessica yang duduk
membelakanginya bersandar pada
tubuhnya. Kimono putih bermotif
bunga-bunga kuningnya tersingkap
kemana-mana, payudara kirinya
yang terbuka dipencet-pencet dan
dimainkan putingnya oleh Taryo.
Pahanya terbuka lebar dan
dipangkalnya tangan Taryo bermain-
main diantara kerimbunan bulunya,
mengelusi dan mengocok dengan
jarinya. Tak ketinggalan bahu kirinya
yang terbuka dicupangi olehnya.
Yessica hanya mendesah dengan
ekspresi wajah menunjukkan
kepasrahan dan rasa nikmat. Pak
Joko yang terangsang sudah mulai
grepe-grepe pantatku dan mulai
menyingkap bagian bawah
kimonoku. Namun kutepis tangannya.
“Ntar dong Pak, baru juga makan,
masih penuh nih perutnya, nggak
enak” “Ya sudah nggak apa-apa
pemanasan aja dulu neng, boleh ya”
jawabnya sambil membuka bajunya
sendiri. Dia menyuruhku jongkok di
depan penis hitamnya yang setengah
ereksi. Akupun menggenggam penis
itu dan mulai memainkan lidahku,
kuawali dengan menjilati hingga
basah kepala penisnya, lalu menciumi
bagian batangnya hingga pelirnya.
Kantong bola itu kuemut disertai
mengocok batangnya dengan
tanganku. Perlahan tapi pasti benda
itu ereksi penuh karena teknik oralku.
Desahan Yessica tidak terdengar lagi,
kulirikan mataku melihatnya,
ternyata, keduanya sedang asyik
berfrech-kiss. Posisi mereka tidak
berubah, Yessica hanya
menengokkan kepalanya ke samping
saja agar bisa saling memagut bibir
dengan Taryo. Pak Joko menikmati
sekali permainan lidahku, dia terus
merem-melek dan mendesah tak
henti-hentinya saat penisnya
kukulum dan kuhisap-hisap. Lama
juga aku mengkaraokenya, sampai
mulutku pegal, akhirnya dia suruh
aku berhenti agar tidak cepat-cepat
keluar. Saat itu Taryo dan Yessica
sudah ber-posisi 69 dengan pria di
atas. Yessica masih mengenakan
kimononya yang sudah terbuka sana-
sini memainkan penis Taryo yang
menggantung dengan mulutnya.
Sedangkan Taryo sibuk melumat
vagina Yessica, klitorisnya dijilati
sehingga tubuh Yessica menegang
kenikmatan. Kulihat paha mulusnya
menegang dan menjepit kepala
Taryo. Setelah berdiri Pak Joko
memagut bibirku yang kubalas
dengan tak kalah hot, aku
memainkan lidahku sambil tanganku
memijat penisnya. Tangannya meraih
tali pinggangku dan menariknya
lepas hingga kimonoku terbuka.
Sambil terus berciuman tangannya
menggeser kain yang menyangga
pada kedua bahuku maka melorotlah
kimono itu, ditubuhku pun sudah
tidak menempel apapun lagi. Aku
melepas ciuman untuk mengajaknya
ke ranjang agar lebih nyaman. Di
sebelah Yessica dan Taryo yang
masih ber-69 kutelungkupkan tubuh
telanjangku dan menaruh kepalaku
di atas kedua lengan terlipat seperti
posisi mau dipijat, dari sini dapat
kulihat jelas ekspresi wajah Yessica
yang meringis menikmati vaginanya
dilumat Taryo, sementara dia
memainkan penis yang menggantung
di atas wajahnya. Pak Joko
menaikiku lalu mencium juga
mengelusi punggungku, aku
mendesah merasakan rangsangan
erotis itu. Ciumannya makin turun
sampai ke pantatku, disapukannya
lidahnya pada bongkahan yang putih
sekal itu, diciumi, bahkan digigit
sehingga aku menjerit kecil. Mulutnya
turun ke bawah lagi, menciumi setiap
jengkal kulit pahaku. Betis kananku
dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari
kakiku. Beberapa saat kemudian dia
menekuk paha kananku ke samping
sehingga pahaku lebih terbuka. Aku
mulai merasakan jari-jarinya
menyentuh vaginaku, dua jari masuk
ke liangnya, satu jari menggosok
klitorisku. Rambutku dia sibakkan dan
aku merasakan hembusan nafasnya
terasa dekat wajahku. Leher dan
tengukku digelikitik pakai lidahnya,
juga telingaku, aku tertawa-tawa
kecil sambil mendesah dibuatnya.
Aku suka rangsangan dengan sensasi
geli seperti ini. Sementara di sebelah
kami semakin seru karena Taryo
sudah menindih Yessica dan memacu
tubuhnya dengan cepat. Yessica
menggelinjang dan mengerang setiap
kali Taryo menyentakkan pinggulnya
naik-turun, tangannya kadang
meremasi sprei dan kadang memeluk
erat si Taryo. Pak Joko mengangkat
pantatku ke atas, kutahan dengan
lututku dan kupakai telapak tangan
untuk menyangga tubuh bagian
atasku. Sesaat kemudian aku
merasakan benda tumpul menyeruak
ke vaginaku. Seperti biasa aku
meringis dengan mata terpejam
menghayati moment-moment
penetrasi itu. Aku tak kuasa
menahan desahanku menerima
hujaman-hujaman penisnya ke
dalam tubuhku. Sensasi yang tak
terlukiskan terutama waktu dia
memutar-mutar penisnya di
vaginaku, rasanya seperti sedang
dibor saja, aku tak rela kalau sensasi
ini cepat-cepat berlalu, makannya
aku selalu mendesah:
“Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!”
Yessica dan Taryo berguling ke
samping sehingga kini Yessica yang
berada di atas dan lebih memegang
kendali. Dengan liarnya dia
menggoyangkan tubuhnya di atas
Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk
meremas payudaranya. Wow.. Kali ini
dia bahkan lebih binal dan agresif
dari tadi siang, di tengah erangannya
dia memaki-maki pacarnya yang
menyakiti hatinya. “Randy anjing..
Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak bisa..
Nyeleweng apa! Engghh.. Terus Bang..
Entot gua buat ngebales.. Aahh..
Cowok sialan itu!!” Kocokan Pak Joko
padaku bertambah cepat dan kasar,
otomatis eranganku pun tambah tak
karuan, sesekali bahkan aku menjerit
kalau sodokannya keras. Karena
sudah tak bisa bertahan lagi, aku
mengalami orgasme dahsyat,
sementara Pak Joko dia tak
mempedulikan kelelahanku, justru
semakin gencar menyodokku. Tanpa
melepas penisnya dia baringkan
tubuhku menyamping dan
menaikkan kaki kiriku ke pundaknya,
dengan begini penisnya menancap
lebih dalam ke vaginaku.
Selangakanku yang sudah basah
kuyup menimbulkan bunyi kecipak
setiap menerima tusukan. Dalam
posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo
dan Yessica tanpa menoleh.
Payudaranya yang berayun-ayun
akibat goyangan badannya
mendapat kuluman Taryo, beberapa
kali kulumannya lepas karena Yessica
menggoyangkan tubuhnya dengan
kencang, namun dengan sabar Taryo
menangkapnya dengan mulut dan
mengulumnya lagi. “Yahh.. Entot aku
Bang.. Sedot susuku sampai puas..
Ahh.. Perlakukan aku sesukamu.. Biar
bajingan itu tahu rasa!!” erangnya
terengah-engah melampiaskan
dendamnya Sambil terus
menggenjot, Pak Joko menyorongkan
kepalanya ke payudaraku, putingnya
ditangkap dengan mulut kemudian
digigit dan ditarik-tarik, aku merintih
dan meringis karena nyeri, namun
juga merasa nikmat. Sementara
situasi di sebelah nampaknya makin
seru, kalau tadi siang Yessica
didominasi oleh mereka berdua, kini
sebaliknya Yessicalah yang lebih
mendominasi permainan dan justru
Taryo dibuat ngos-ngosan oleh
keliarannya. Setelah menggelinjang
dan mendesah ketika mencapai
klimaks, dia mencabut penis itu dari
vaginanya, lalu menggeser dirinya ke
bawah dan menjilati serta mengulum
penis itu seperti orang kelaparan.
Taryo sampai merem-melek dan
mendesah-desah dibuatnya. Dalam
jangka waktu lima menitan cairan
putih kentalnya sudah menyemprot
bagaikan kilang minyak, bercipratan
membasahi wajah Yessica, Yessica
terus mengocok dengan tangannya,
mulutnya dibuka membiarkan
cipratan itu masuk ke mulutnya,
rambutnya yang panjang itu juga
terkena cipratan sperma. Setelah
semprotannya reda, dia menjilati
sisanya yang masih menetes, kepala
penis Taryo yang seperti jamur hitam
itu disedot-sedot. Sesudahnya dia
mengelap cipratan di wajahnya
dengan jarinya, dihisapnya jari-
jarinya yang belepotan sperma itu,
sisanya dibalurkan merata di
wajahnya. Kemudian dia rebahan di
atas tubuh Taryo, kepalanya
bersandar di dadanya, keduanya
berpelukan seperti sepasang kekasih.
Aku merasakan sebentar lagi giliran
aku klimaks, dinding vaginaku makin
berdenyut. “Ayoo.. Pak, terus.. Citra
sudah mau..!” desahku dengan nafas
tersenggal-senggal. Tak lama
kemudian aku merasakan tubuhku
makin terbakar, aku menggeliat
sambil memeluk guling erat-erat.
Desahan panjang menandakan
orgasmeku bersamaan dengan
mengucurnya cairan cintaku
membasahi selangkanganku. Dia
melepas penisnya dan menurunkan
kakiku, spermanya dikeluarkan di
dadaku, setelah itu dia ratakan cairan
kental itu ke seluruh payudaraku
hingga basah mengkilap. Belum habis
rasa lelahku, dia sudah tempelkan
kepala penisnya di bibirku, menyuruh
membersihkannya. Dengan sisa-sisa
tenaga aku genggam benda itu dan
menyapukan lidahku dengan lemas,
kujilat bersih dan sisa-sisa spermanya
kutelan saja. Akhirnya kami pun
terbaring bersebelahan, keringatku
bercucuran dengan deras, dadaku
naik-turun dengan cepat karena
ngos-ngosan. “Ck.. Ck.. Ck.. What a
naughty girl you are, Ci!” terdengar
Yessica berkata dari sebelahku. Aku
menoleh ke arahnya yang masih
berbaring di tubuh Taryo, dan
membalasnya tersenyum. Kami
masih sempat ngobrol-ngobrol
beberapa menit sebelum satu-persatu
tertidur kecapekan. Pagi jam
sembilan aku terbangun dan
menemukan diriku telanjang tertutup
selimut, tidak ada siapapun di kamar
semua sudah pergi. Jendela sudah
terbuka sehingga sinar matahari
menerangi kamar ini, dari luar
terdengar suara kecipak air. Aku
turun dari ranjang dan melihat ke
luar jendela, di kolam Yessica sedang
berenang sendirian, tanpa sehelai
benangpun. “Yes.. Ooii!” sapaku
sedikit teriak sambil melambai,
“Mana tuh dua orang itu!?” Dia
menoleh ke asal suara dan balas
melambai, “Nggak tahu tuh, kalau
Pak Joko tadi lagi nyapu di depan,
sini Ci, segar loh renang pagi gini!”
Aku keluar dari kamar dan
menyusulnya ke kolam. Baru turun
dari tangga, aku hampir bertabrakan
dengan Pak Joko yang muncul di
sebelah dengan memegang sapu, dia
baru masuk ke sini setelah selesai
membersihkan halaman depan.
“Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir
deh!” kataku sambil mengelus dada,
“O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke
sini ya katanya?” “Haduh.. Bapak
juga kaget Neng nongolnya
mendadak gini.. Taryo ya, tadi pagi
dia pulang ke kampungnya lagi, tapi
memang dia bilang hari ini nggak
bisa ke sini soalnya entar siang
majikannya datang!” Kebetulan dia
ingin minta ijin padaku untuk
menengok cucunya yang baru
sembuh di desa, tapi sesudah makan
siang dia berjanji akan kembali.
Setelah dia pergi tinggallah kami dua
gadis di villa ini. Hampir sejam
lamanya kami berenang dan
mengobrol di kolam. Setelah mandi
bersih aku memasak dua bungkus
mie Korea untuk sarapan. Habis
makan aku mengajaknya jalan-jalan
mengelilingi kompleks sekalian
menikmati suasana pegunungan
yang tenang dan sejuk. Sepanjang
jalan, hampir semua orang yang
kami temui (terutama pria)
memperhatikan kami, bahkan
beberapa sempat menggoda dengan
kata-kata. Tidak heran sih, karena
aku memakai pakaian kemarin yang
seksi itu, sedangkan Yessica
memakai rok mini warna hitam
dengan atasan kaos u can see kuning
yang ketat sehingga mencetak
bentuk badan dan payudaranya yang
menantang. Untung hari ini tidak
banyak angin, kalau tidak rok yang
bahannya lembut itu sudah tertiup
angin kemana-mana. Kami sih
berlagak cuek aja dengan tatapan-
tatapan nakal mereka. Siapa sangka
justru penjaga villa yang biasa
kurang dianggap malah lebih
beruntung dibanding om-om dan
pemuda kaya yang kami temui.
Ketika pulang kami melihat di villa
sebelah sudah terparkir dua buah
mobil dan beberapa anak-anak asyik
bermain di balik pagar. Majikan Taryo
dan familinya sudah datang, berarti
dia tidak bisa menemani kami lagi
karena sibuk melayani mereka. Di
rumah, Yessica meminta kalau nanti
ML lagi agar kembali disyuting, dia
juga menyayangkan kenapa aku
tidak mensyutingnya semalam,
padahal menurut dia semalam itu
sangat hot adegannya. Iya juga sih
pikirku, tapi kan waktu itu nafsu
sudah diubun-ubun sampai lupa mau
mensyuting juga. Jam tigaan, setelah
Pak Joko kembali, Yessica memintaku
mensyutingnya lagi. Kali ini
settingnya di ruang tengah tempat
Taryo menggarapku kemarin. Yessica
dan Pak Joko duduk bersebelahan di
sofa, begitu kuberi aba-aba, mereka
berpelukan, Pak Joko melumat bibir
Yessica dan lidah mereka mulai
beradu. Sambil berciuman tangan Pak
Joko meraba-raba paha mulusnya
semakin ke atas menyingkap roknya
yang pendek, Yessica pun tidak kalah
aktif, dia meremasi selangkangan
Pak Joko dari luar celananya.
Kemudian Pak Joko menjatuhkan
tubuhnya ke depan menindih Yessica.
Mereka mulai saling melucuti pakaian
pasangannya sampai bugil. Yessica
dua kali orgasme di atas sofa,
selanjutnya kami pindah ke kamar
mandi, mereka bercinta di bawah
siraman shower, Yessica
menyandarkan tangannya di tembok
menerima sodokan Pak Joko dari
belakangnya. Sambil menggenjot,
Pak Joko menyuruhku mengambil
sabun cair dekat bathtub, dia
menuangkannya ke tangannya lalu
membalurinya ke tubuh Yessica.
Tangannya yang kasar itu
menggosok seluruh tubuhnya, paha,
pantat, perut, naik ke payudaranya,
lama-lama tubuh sabun cair itu
semakin berbusa di tubuh Yessica.
Usai menyabuni Yessica, dia
membalik tubuhnya menghadapnya.
Kaki kanannya diangkat sepinggang,
penisnya diarahkan memasuki lubang
senggamanya. Dengan gencarnya dia
mengocok sepupuku dalam posisi
berdiri. Tak lama kemudian Yessica
menengadah dan mengerang
panjang mengalahkan suara shower.
“Oohh.. Keluar Pak!!” sambil
mempererat pelukannya. Yessica
berlutut dan menerima semprotan
sperma Pak Joko di wajahnya.
Adegan di kamar mandi ini
menyudahi persenggamaan siang ini.
Malam harinya kami main threesome
di kamarku. Pak Joko berbaring
sambil menikmati vagina Yessica
yang naik ke wajahnya, sementara
aku sibuk melayani penisnya dengan
mulut dan lidahku. Semakin kukulum
semakin keras dan berdenyut benda
itu, kulakukan itu sepuluh menit
lamanya. Sayang sekali kalau cepat-
cepat orgasme sedangkan aku belum
mencapai kepuasanku. Akupun naik
ke selangakangannya dan
memasukkan benda itu ke vaginaku.
“Uuugghh..!” desahku saat benda itu
menusuk ke dalam. Di sela-sela
kegiatan menikmati vagina
sepupuku, dia juga mendesah
merasakan jepitan vaginaku
terhadap penisnya. Liarnya
goyanganku membuatnya makin liar
memperlakukan Yessica, jilatan-
jilatannya nampak lebih seru sampai
suara menyeruput cairannya pun
terdengar. Tangannya dijulurkan ke
atas meraih kedua payudaranya,
meremasnya sambil terus menyedot
vaginanya. “Ahh.. Ohh.. Pak!” desah
Yessica sambil menggeliat-geliat.
Setelah Yessica mencapai orgasme,
Pak Joko mengajak ganti posisi. Kali
ini aku nungging di atas Yessica
dengan gaya 69, kembali Pak Joko
menusukku dari belakang, sesekali
kurasakan lidah Yessica pada
vaginaku, di bawah sana dia sedang
menjilati vagina dan penis Pak Joko
yang sedang keluar masuk. Sebagai
responnya, aku juga menjilati
vaginanya yang basah oleh cairan
orgasme dan ludah. Aku menjilati
bibir vaginanya hingga klitorisnya
yang merah itu. Hhmm.. Dia
memakai pembersih kewanitaan
dengan merek yang sama seperti
punyaku, aku sudah hafal dengan
aromanya. Tangan Pak Joko mulai
merayap di payudaraku, memilin
putingnya dan memijatinya. Aku
tidak bisa menahan lebih lama lagi
sesuatu yang mau meledak dalam
diriku, aku mengerang panjang saat
mencapai puncak. Genjotannya
masih berlangsung beberapa menit
ke depan sehingga memberiku
kenikmatan lebih lama. Selesai
membawaku ke puncak, kini dia
mengincar Yessica. Dia rebahan lalu
menyuruh Yessica menaiki penisnya
yang masih mengacung tegak, benda
itu basah mengkilap berlumuran
lendirku. Dia mengisi vaginanya
dengan penis itu diiringi desahan,
setelah berhasil menancapkannya
tanpa buang waktu lagi dia
menggoyangkan tubuhnya. Pak Joko
sendiri turun menyentak-nyentakkan
pinggulnya ke atas merespon
goyangan badannya. Birahiku mulai
naik lagi, maka aku menaiki wajah
Pak Joko dalam posisi berhadapan
dengan Yessica. Tanpa diminta lagi,
lidahnya sudah beraksi menyusuri
organ kewanitaanku, jilatannya
diselingi kocokan jari tangan yang
bergerak liar di dalam vaginaku,
desahanku pun semakin menjadi-
jadi. Kedua telapak tanganku saling
genggam dengan Yessica. Rasa
nikmatku kulampiaskan dengan
memagut bibir sepupuku, lidah
bertemu lidah lalu saling jilat. Lidah
Pak Joko bukan saja menjilati
vaginaku, duburku pun tidak luput
darinya. “Yeeaah, gitu Pak.. Terus..
Yahh.. Jilati aku sepuasmu!” demikian
desahku menghayati setiap
jilatannya. Orgasmeku hanya lebih
beberapa detik dari Yessica, tubuh
kami menggelinjang di atas tubuh
Pak Joko diiringi erangan yang sahut-
menyahut. Cairan yang meleleh dari
vaginaku dilahapnya dengan rakus
sekali sampai terdengar suara
menyeruputnya. Yessica mencabut
penis itu dari vaginanya kemudian
rebahan di antara paha Pak Joko
mengoral penisnya. Aku juga
merundukkan badanku ke depan
mendekati penis yang masih tegak
itu. Berdua kami melayani Adik
kecilnya dengan kocokan, jilatan, dan
hisapan selama lima menit hingga
isinya muncrat ke wajah kami. Kami
masih terus mengocok-ngocoknya
hingga tetes terakhir, pemiliknya
sampai berkelejotan dan melenguh
nikmat akibat perbuatan kami.
Maninya sudah tidak sebanyak
kemarin sehingga kami sedikit
berebutan untuk mendapatkannya.
Kami terkulai lemas, tubuh kami
sudah berkeringat, nafas pun sudah
putus-putus. “Hebat juga ya Bapak
ini, bisa tahan segitu lama sama dua
cewek” pujiku. “Ahh.. Neng ini,
sebenernya sih berkat jamu tadi sore
hehehe!” katanya dengan tersipu
malu. “Oo.. Pantes tadi nafasnya bau
gitu, tapi hebat juga ya jamunya
Pak” sahut Yessica sambil merapat
dan menyandarkan kepalanya pada
dadanya. Sungguh seperti kaisar saja
Pak Joko malam itu, tidur diapit dua
gadis muda dan cantik, suatu hal
yang membuat banyak cowok iri
tentunya. Dia juga berterima kasih
pada kami karena telah membuatnya
merasa muda kembali di usianya.
Besoknya jam sebelas kami sudah
berangkat kembali ke Jakarta. Tidak
lupa kami memberi ciuman
perpisahan padanya, Yessica pipi kiri
dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya
dengan menepuk pantat kami
bersamaan. Hari itu juga, sore
harinya kami membawa rekaman
handycam itu ke Verna untuk
ditransfer dalam bentuk vcd
(komputer Verna memang paling
lengkap walau sebenarnya milik
adiknya yang sedang kuliah di luar
negeri). Cd masternya dibawa
Yessica sebagai koleksi pribadinya,
copy-nya untuk kami, tentunya
hanya untuk kalangan kita-kita saja.
Dia mengabariku seminggu setelah
kepulangannya bahwa dia telah
memutuskan hubungan dengan
pacarnya setelah sebelumnya dia
mengajak cowoknya menonton
bersama rekaman di villa itu sebagai
pembalasannya. Kata-kata terakhir
pada cowoknya sebelum berpisah
adalah… “Kalau lu bisa main gila, gua
juga bisa bikin yang lebih gila!”
Sekarang ini dia sudah mempunyai
pacar baru yang lebih muda empat
tahun darinya, sifatnya juga lembek,
biar lebih gampang dikendalikan
katanya. Duh.. Dasar Yessica, jadi
woman rule nih ceritanya. O, ya met
skripsi juga Yes, good luck and
success.