Lahir bukan seperti wanita normal
lainnya adalah kelainan menurut
penilaian orang,Mungkin ini terjadi
hormon yang ada ditubuh sang
pemilik cenderung banyak pada
posisi laki-laki tapi ber sosok
wanita.Semua adalah misteri ilahi
kita semua sebagai manusia hanya
mampu berusaha dan berdoa untuk
sebuah kemajuan bukan
keterperukan.Terlahir tidak normal
justru jangan membuat manusia
terhenti dan tidak bisa klimaks dalam
meniti perjalanan hidup.Seharusnya
ketidak sempurnaan kita jadi kan
motivator untuk selalu
berkarya.Jangan memikirkan yang
tidak-tidak terhadapa hal yang
mungkin itu semua belum tentu
terjadi.Inilah kisah ku yang akan
kutulis besar-besar dalam diari hatiku
tentang sosok ku yang memiliki
kelaianan menyukai sesama
jenis.Sebenarnya aku malu
menceritakan kejadian yang sampai
sekarang masih sering kulakukan ini.
Aku adalah seorang ibu rumah
tangga dan aku juga punya status
sebagai janda. Kehidupan aku cukup
baik, karena peninggalan deposito
dari suami dan kadang2 ada bisnis
jual beli perhiasan dengan teman.
Anak aku ada 2 orang dan mereka
semua sekolah di Jogya, karena
dekat dengan kakek neneknya.
Dirumah aku cuma ditemani oleh
Surti (pembantu) dan Remi, anjing
herder peninggalan suami juga.
Suatu hari teman jual beli perhiasan
aku yang bernama Tina datang
kerumah. Teman bisnis aku banyak,
dengan Tina aku baru kenal kira2 1
bulan yang lalu. Usia wanita itu sama
dengan aku dan punya anak satu,
wajahnya cukup cantik ditambah
dengan make up yang pandai, dan
Tina tahu cara merawat tubuh
dengan baik, aku mendengar dari
teman2 bahwa dia sangat pandai
dalam berbisnis perhiasan, apalagi
ditambah kepandaiannya berbicara
merayu pembeli. Tina datang
kerumahku hari itu untuk menitipkan
perhiasan yang hendak dijual,
biasanya kami suka bertemu
direstoran padang langganannya,
tumben hari ini dia datang
mengunjungiku.
“Halooo Rin…….apa khabar nih???”
aku tersenyum senang sambil
membalas salam Tina.”Tumben, kok
bisa nyasar kesini Tin?”"Kangen aku
tidak ketemu kamu 2
minggu”"Ahhhh….bisa aja….ayo
masuk, maaf ya rumah aku
berantakan dan kecil” aku
mempersilahkan Tina masuk keruang
tamu.”Ah rumah kamu bagus kok,
dilingkungan elite lagi” Komentar Tina
sambil duduk disofa.”Seperti yg tadi
kukatakan di telepon, aku ingin
menitipkan perhiasan ini untuk kamu
jualin, soalnya lusa aku akan keluar
kota dengan suamiku” Kulihat Tina
mengeluarkan kantong beludru hitam
dari dalam tasnya.”Lebih baik
dikamar saja Tin, soalnya si Surti ada
di dapur” Ajak aku. aku selalu
berhati2 dalam berbisnis di bidang ini.
Tina mengikuti masuk kekamar aku.
Lalu kami duduk diatas ranjang dan
Tina mengeluarkan semua isi kantung
beludru itu. Perhiasan bertahtakan
berlian terpampang diatas ranjang,
berkilauan. aku kuatir juga melihat
perhiasan banyak begitu, aku
mengambil salah satu kalung yang
paling indah.
“Waah indah sekali kalung ini”
Kataku, lalu aku mencoba
memasangnya dileherku.”Sini aku
bantu” Tina beranjak kebelakangku,
lalu tangannya berusaha mengaitkan
kunci kalung itu.”Leher kamu bagus
sekali Rin” Ujar Tina, kurasakan
leherku dibelainya, bulu romaku jadi
berdiri, perasaanku jadi nggak enak.
Lalu tangan Tina membelai pipiku,
sementara tangannya yang lain
menelusuri leherku terus merayap
menuju dadaku.
“Tin….jangan gitu ah…..aku jadi geli
nih” Tapi Tina tidak menjawab. Tiba2
aku merasakan pipi kiriku panas, aku
menoleh, belum sempat aku sadar
apa yang membuat panas pipiku,
bibir Tina sudah menyambar bibirku.
Aku gelagapan dan aku berontak
berusaha menghindar, tapi Tina
seperti kesetanan, ia terus menekan
mulutnya ke mulutku. Dan kurasakan
buah dadaku diremas olehnya. Aku
benar2 terkejut sekali dengan
perlakuan seperti itu, aku mencoba
mendorongnya, tapi tubuhnya sudah
menindih tubuhku. Aku menendang
dan Tina melepaskan pelukannya.
Aku berusaha membetulkan letak
buah dadaku yang tadi sampai keluar
dari BH. Tina memandangku dengan
mata yang redup.
“Sori Rin…..sejak kenal denganmu
aku merasa kamu sangat
merangsang sekali” Aku terdiam
sambil menahan amarah.”Kok kamu
gitu sih? Kan kamu sudah punya
suami??? Teganya kamu….” Sergahku
sambil memelototinya. Tina
memandangku dengan pandangan
yang makin redup.”Aku lebih
bernafsu dengan wanita sepertimu,
lagi pula suamiku tidak pernah bisa
memuaskanku, belum apa2 sudah
loyo sehingga selama perkawinan
aku belum pernah merasakan
kepuasan”"Tapi dengan modal
kecantikanmu kan kamu bisa cari
laki2 lain utk memuaskanmu!”"Aku
tidak merasakan kenikmatan seperti
kalau dengan wanita, aku ingin kamu
juga mencoba merasakannya Rin”
Jawab Tina sambil mendekatiku. Aku
beringsut mundur kekepala
ranjang.”Tapi aku tidak pernah
lesbian begitu” Hatiku berdebar2
memperhitungkan kemungkinan
yang akan terjadi bila Tina
menyergapku seperti tadi.”Jangan
takut Rin, aku tidak akan
memaksamu, cuma aku ingin kamu
mengijinkanku menciummu sekali
saja, tolonglah…..” Hatiku makin tak
keruan, sudah lama sekali aku tidak
pernah dijamah oleh laki2 apalagi
perempuan. Mendengar kata cium
saja, aku sudah merasa tidak keruan.
Lagi pula apa salahnya dicium Tina,
apalagi mulutnya tidak bau. Aku tahu
hati kecilku bersikap
pasrah.”Baiklah…..tapi sekali saja, dan
jangan macam2 ya” Jawabku. Tina
lalu mendekatiku lalu tangannya
merangkul leherku, lalu bibirnya
mencium mulutku dengan lembut,
perasaanku tak keruan merasakan
ciuman itu, aku memberanikan diri
membalas ciumanya. Lalu kurasakan
lidah Tina menjalar masuk kedalam
mulutku mencari2 lidahku. Yang
kurasakan kemudian adalah
perasaan aneh dan gamang yang
tidak dapat dilukiskan. Kurasakan
hembusan napas Tina yang panas
dipipiku dan lumatan mulutnya yang
begitu merangsang birahi.
Hampir 3 menit kami berciuman dan
aku tahu kemaluanku sudah basah
karena nafsu. Sekarang aku benar2
pasrah waktu Tina menjilati leherku
dengan lembut, tangannya
melepaskan tali daster dipundakku,
lalu dengan lembut buah dadaku
yang masih tertuutp bh
diremas2.”Tiin…..jangan ah….malu Tin”
Aku berusaha mencegah setengah
hati. Dan Tina tahu aku tidak benar2
ingin menghentikan aktivitasnya.Aku
merasakan tangan kirinya masuk
kedalam celana dalamku, dan
jari2nya memainkan klitorisku,
kadang2 dicubit2 kecil, benar2
sensasi yang hebat sekali. Tanpa
kusadari aku juga sedang meremas2
pantat Tina. Tubuhnya menindih
tubuhku dan kurasakan buah
dadanya yang berukuran sedang
menekan buah dadaku yang
memang dari dulu tergolong besar.
Tiba2 aku baru sadar Tina sudah
setengah telanjang, cuma memakai
cd saja, sedangkan aku benar2 bugil
total. Tubuh Tina berbau harum, entah
parfum apa yang dipakainya, tapi
wangi tubuhnya menambah getaran
berahiku. Tanganku menjalar
melepaskan celana dalamnya, lalu
kulihat sekilas kemaluannya berkilat
tanpa sehelai bulu, rupanya bulunya
dicukur rutin. Jari2ku masuk kedalam
lubang kemaluannya lalu kutusuk2
dengan lembut. Tina merintih
keenakan, tangannya makin dalam
beroperasi dilubang kemaluanku. Aku
juga merintih keenakan. Aku tidak
tahu ternyata wanita dengan wanita
dapat saling memuaskan dalam
urusan sex.
Sekarang Tina sedang menghisap
puting buah dadaku, sementara
tangannya yang lain terus bermain di
klitorisku. Aku merasakan Tina mulai
menciumi perutku, lalu memainkan
lidahnya di pusarku, aku kegelian, tak
lama kemudian lidahnya sudah
menjilati kemaluanku.”Tin jangan
disitu ah……kan jorok” Bisikku sambil
berusaha mendorong kepalanya. Tapi
Tina malah makin merenggangkan
pahaku dan klitorisku dhisap2
olehnya, kadang2 lidahnya masuk
keluar dalam lubang kemaluanku.
Aku sudah tak dapat berpikir sehat
lagi, yang kurasakan cuma
kenikmatan yang tiada taranya.
Tahu2 didepan wajahku sudah ada
kemaluan Tina, kedua lututnya ada
dikiri kanan kepalaku. Tina tidak
menurunkan pinggulnya, jadi aku
dapat dengan jelas melihat
kemaluanya yang botak. Bibir
kemaluannya berwarna merah
kehitaman dan kulihat klitorisnya
cukup besar menonjol bertengger
diatas bibir kemaluannya. Aku
menyibak bibir kemaluan Tina, dan
kulihat kemaluannya basah sekali
oleh lendir yang bening, aku lalu
menusuk2 kemaluan itu dengan
telunjuk, jari tengah dan jari
manisku, kadang2 dengan kelingking
juga. Lubang kemaluan Tina sudah
agak kendur, mungkin punyaku juga
sama. Aku ragu2 mejilat
kemaluannya, soalnya aku belum
pernah menjilat kemaluan sesama
wanita. Tina terus mengeluar
masukkan lidahnya dilubang
kemaluanku, aku sudah tak tahan
lagi.
“Tin….aku hendak keluarrrr…..”
Tubuhku bergetar hebat, kurasakan
lidah Tina masuk makin dalam
kedalam kemaluanku, dan aku
merasakan orgasme yang hebat
sekali. Sepertinya ini yang paling
enak semenjak aku menikah. Tina
masih terus menjilati lendirku, aku
juga tak perduli lagi, kuraih pinggul
Tina lalu ketarik sampai wajahku
terbenam disela2 pahanya. Tercium
bau yang sama dengan bau
kemaluanku. Kujilat2 klitorisnya lalu
kumasukkan juga lidahku kedalam
lubang kemaluannya, kurasakan
lendir asin masuk kedalam mulutku.
Aku tidak perduli lagi. Lalu kurasakan
ada yang geli di lubang pantatku.
“Aduh Tin jangan disitu dong…..jorok
kan?” Kurasakan lubang pantatku
berkerut ketika lidah Tina berusaha
menerobos masuk. Kemudian aku tak
perduli juga, karena aku merasakan
kenikmatan yang sama, aku juga
melakukan hal yang sama dengan
Tina. Kutusuk2 lubang pantatnya
dengan lidahku, lubang yang
kehitam2an itu jadi becek oleh air
liurku dan lendir kemaluannya. Tiba2
Tina seperti tersentak lalu
beku…….mulutnya mengeluarkan
jeritan kecil, lalu kurasakan ia
menekan lubang memiawnya makin
dalam kewajahku dan
menggoyang2kan pinggulnya
sehingga hampir seluruh wajahku
tersapu oleh kemaluannya.
“Aduuuuh riiin…..enak sekaliii….” Ia
memeluk erat2 pinggulku, klitorisku
digigit2 kecil olehnya. Tak lama
kemudian tubuhnya melemas lalu
betul2 lemas sehingga aku tidak bisa
bernapas karena tekanan
kemaluannya diwajahku. Keringatnya
bergulir turun masuk kedalam
mulutku. Aku juga benar2 puas
sekali.
Kemudian Tina bangun lalu mencium
mulutku, kami kembali bergelut
sambil mendesah2. Tina
menempelkan kemaluannya pada
kemaluanku, lalu menggosok2nya.
Kira2 15 menit kami berciuman sambil
berpelukan erat sampai aku tak
merasa kalau aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur,
samar2 aku seperti mendengar suara
Remi. Aku membuka mataku dan……
astaga!!! Kulihat Tina
www.ceritakita.hexat.comsedang bergelut
dengan Remi dilantai kamarku yang
beralaskan karpet biru. Kulihat Tina
sedang menjilat2 kemaluan Remi
yang sudah keluar dan berwarna
merah sekali. Mulut Tina berlumuran
cairan yang keluar terus dari
kemaluan anjing itu, dan anjing itu
bersuara kecil sepertinya keenakan
kemaluannya dihisap oleh Tina.
Kemaluan Remi cukup besar,
mungkin karena anjing herder dan
cairan seperti lendir itu terus keluar
menetes netes, dan Tina mencerucup
cairan itu……
“Tin!! Gila kamu……kok sama Remi
sih???” Aku memberondong Tina. Tapi
lagi2 Tina tidak menjawab, yang
kulihat kemudian ia berusaha
menuntun kemaluan Remi memasuki
kemaluannya. Dan Kudengar rintihan
Tina ketika kemaluan yang cukup
besar itu masuk kedalam lubang
kemaluannya. Kulihat Remi
menggerakkan bokongnya dengan
amat cepat, lalu tidak berapa lama
kemudian terdengar Remi mendeking
halus lalu dari sela2 kemaluan Tina
kulihat cairan merembes keluar
banyak sekali, seperti air kencing tapi
juga seperti lendir yang encer. Kulihat
Tina mengerang2 lalu tangannya
meraih kemaluan Remi dan dimasuk
keluarkan sendiri olehnya. Melihat
pemadangan itu tubuhku kembali
bergidik, ada perasaan aneh merayap
kedalam jiwaku. Aku tahu bahwa
aku terangsang oleh aksi Tina. Tanpa
sadar aku juga turun kelantai dan
kepalaku mengarah menuju
selangkangan Tina. Kulihat dari dekat
kemaluan Remi masih digerak2an
Tina keluar masuk dalam
kemaluannya, dan dari kemaluan
hewan itu masih terus menetes
lendir, sedangkan kemaluan Tina
kulihat sudah merah sekali, juga
kulihat lendir Remi memenuhi
kemaluan Tina.
“Rin….dijilat Rin….tolonglah Rin”
Rintihan Tina makin merangsang
nafsuku. Seperti ada yang
mendorong, kepalaku segera
menyusup keselangkangan Tina.
Pelan2 kujilat kemaluan Tina yang
sangat banjir itu. Aku merasa cairan
kemaluan Remi terasa asin sekali,
tapi baunya tidak menyengat. Seperti
kesetanan aku menghirup dan
mencelucupi kemaluan Tina. Persis
seperti Remi jika sedang minum air.
Lidahku menguak bibir kemaluan
Tina, lalu masuk menjelajahi seluruh
dinding vaginanya.
“Riiiiiiinnnnnn……….” Tina merengek
hebat,pinggulnya terangkat menekan
mulutku. Aku tak perduli lagi.
Kemudian aku berpindah menghisap
kemaluan Remi, kumasukkan seluruh
kemaluannya kedalam mulutku.
Penis Remi terasa panas dalam
mulutku dan aku mencium bau
hewan itu, tapi pikiranku sudah gelap
yang ada hanya nafsu yang selama
ini terkubur dalam2 dan kini meledak
tak terbendung.Aku tahu aku bakalan
menyesali perbuatanku setelah ini.
Aku terus menjilat dan mengulum
penis Remi. Anjing itu mendeking2
pelan, kadang2 berusaha
menghindar, tapi Tina memegang
kedua kakinya dengan erat. Tak lama
kemudian dari penis Remi
menyembur cairan panas kedalam
mulutku. Kumasukkan seluruh penis
Remi lalu kusedot2, anjing itu
mencoba memberontak, entah
kenikmatan atau kegelian. Tina
memajukan wajahnya lalu kami
saling berciuman, kukeluarkan
sebagian cairan Remi kedalam
mulutnya. Wajah kami sudah basah
oleh cairan encer itu.
Sekarang aku berbaring dibawah
Remi, kemudian Tina mulai
menghisap kemaluan Remi agar
nafsu Remi kembali. Setelah itu Tina
mencoba memasukkan penis Remi
kedalam vaginaku. Ternyata penis itu
kebesaran untuk lubang vaginaku.
Mungkin lubang vaginaku menciut
sepeninggal suamiku yang meninggal
4 tahun yang lalu. Kepala penis Remi
yang meruncing itu masuk sedikit,
tiba2 Remi mendorong keras sambil
menusuk2 cepat sekali. Aku merasa
agak perih, tapi kemudian kurasakan
kenikmatan yang tak terbayangkan,
lubang vaginaku seperti ditusuk oleh
mesin penggerak yang amat cepat.
Aku tak tahu bagaimana
melukiskannya sampai aku mencapai
orgasme yang sangat hebat. Seluruh
rambut ditubuhku seperti berdiri
tegak membuatku merinding. Tak
lama kemudian aku merasakan
cairan panas menyemprot dalam
vaginaku, aku berusaha
mengeluarkan penis Remi, tapi
hewan itu seperti tak perduli, aku
pasrah membiarkan seluruh
cairannya keluar dalam vaginaku.
Kemudian Tina menyuruhku jongkok
diatas wajahnya. Tina melumat
vaginaku dengan penuh nafsu,
kulihat dari vaginaku mengalir cairan
Remi yang tersisa, mengalir seperti
air kencing masuk dalam mulut Tina.
Akupun tidak mau ketinggalan,
kulumat juga vagina Tina yang
sekarang sudah agak lembab dan
lengket.
Hari itu aku dan Tina bersetubuh 3
kali, pagi, siang dan malam hari. Aku
tak mengerti lagi apakah aku ini
normal atau tidak. Yang pasti
kebutuhan yang selama ini tak
tersalurkan, kini menemukan
muaranya. Aku sangat menyesal
dengan perbuatanku yang mungkin
bertentangan dengan agama yang
kuanut, tapi aku terus menerus
melakukannya dengan Tina. Seolah2
kami sudah tak terpisahkan. Tina
selalu mempunyai ide2 yang baru
dalam setiap permainan kami. Aku
juga tak tahu apakah aku harus
berterima kasih padanya atau
mengutuknya. Dan belakangan aku
Tina mengatakan bahwa hampir
semua ibu2 yang kukenal pernah
diajak berlesbi olehnya.