Namaku Dede, aku kuliah di Perguruan Tinggi Swasta di Semarang, aku mempunyai postur tubuh yang cukup tinggi, dan berat yang proposional. Ini merupakan pengalaman pribadi yang kualami sendiri. Selama ini aku sebenarnya bingung dengan perasaanku sendiri, aku pun kadang tidak tahu harus berbuat apa dengan perasaanku ini.
Aku merupakan anak yang mudah bergaul, sehingga tidak heran kalau temanku banyak, baik laki-laki maupun perempuan. Suatu hari aku ke tempat kost pacarku, namanya Hera, ia satu kampus denganku tapi lain jurusan. Aku duduk di teras depan rumah sambil mengobrol dengannya, bercanda, pokoknya banyaklah yang kami omongkan, sampai kami dikejutkan dengan seseorang.
"Malam Hera.."
"Eh.., kamu Rob.., mau apa..?" tanya Hera.
"Mau Tanya tugas yang tadi.." kata Robby.
"Oh.. ya.. sebentar..!"
Hera pun masuk ke dalam. Aku persilakan duduk teman Hera tadi.
Cerita Gay http://ceritakita.hexat.com
Aku menatapnya dan mempersilakan dia duduk. Perasaanku berdesir waktu aku menatapnya tadi, dia tampan, tinggi dan berkulit putih bersih. Aku heran dengan perasaanku ini, karena aku ingin selalu menatapnya. Aku diam tidak berbicara sepatah kata pun sambil menatapnya, dia pun kemudian menatapku sambil tersenyum, senyumnya membuatnya tambah tampan saja.
Hera pun keluar sambil membawa buku yang akan dipinjam Robby, lalu Robby pun pergi. Aku hanya menatap kepergiannya dari teras itu. Lalu kami pun melanjutkan mengobrol yang tadi sempat terhenti. Disela-sela kami ngobrol aku bertanya pada Hera siapa teman prianya tadi. Kata Hera dia bernama Robby, teman satu kelas dengannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, aku pun pamit pulang. Seperti biasa, selepas pulang dari Hera aku tidak langsung pulang, karena di tempat kostku pasti masih sepi belum pada pulang. Aku pun main ke tempat kost temanku dulu, setelah sekitar jam 24.00 aku baru pulang ke tempat kostku.
Sesampai di kamar aku pun merebahkan tubuhku di ranjang, tatapanku kosong menatap langit-langit, tapi saat itu terlintas wajah Robby yang tampan sambil tersenyum. Memang sejak bertemu dengan Robby aku tidak dapat melupakan senyumnya.
Sebenarnya aku juga pernah merasakan hal yang serupa dulu, setiap aku melihat laki-laki tampan pasti selalu terbayang di benakku, tapi mengapa ini terasa lain? Aku kadang berpikir apakah aku menyukai sesama jenis (gay), tapi mengapa aku juga mempunyai perasaan yang sama dengan Hera. ertanyaan itu selalu muncul di benakku setiap saat. Aku tidak pernah cerita dengan teman-temanku kalau aku juga menyukai laki-laki, aku takut kalau-kalau teman-temanku menjahuiku.
Selepas kuliah jam 10.00 WIB aku pergi ke perpustakaan, di sana biasanya aku bertemu dengan Hera. Setelah lama aku menunggu Hera di situ, tapi Hera tidak kunjung muncul juga. Aku berusaha mencarinya di kelasnya tapi tidak juga kujumpai, sampai aku menatap wajah tampan yang tadi malam mengganggu pikiranku.
Kuhampiri dia dan aku langsung bertanya, "Apa kamu tahu Hera di mana..?"
"Hera hari ini tidak masuk, entah kenapa.." kata dia.
Aku pun tanpa pikir panjang langsung ke tempat kost Hera. Tapi di sana juga tidak kuketemukan. Aku mencoba hubungi HP-nya tapi tidak pernah aktif. Satu minggu sudah aku tidak ketemu Hera, lalu aku putuskan untuk pergi ke rumahnya. Aku ketemu dia di rumahnya, aku pun tanya pada Hera ada apa. Hera pun cerita padaku bahwa selama ini sebenarnya dia sudah dijodohkan dengan orangtuanya. Bagai disambar petir di siang bolong perasaanku saat itu, aku tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya diam.
Lama aku terdiam lemas di sofa rumah Hera, tanpa terasa aku mengeluarkan air mata, Hera pun demikian. Aku tahu Hera, dia sebenarnya tidak mau mengecewakanku, sehingga dia pergi begitu saja. Aku pun pulang dengan perasaan hampa. Hari-hari yang kulalui selanjutnya terasa hampa tanpa harapan sedikit pun. Kuliahku pun mulai kacau karena peristiwa itu.
Lama aku tidak pergi ke perpustakaan, sampai suatu hari mengharuskanku untuk pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku karena tugas yang harus kukerjakan. Di perpustakaan tanpa sengaja aku melihat Robby. Dia sedang membaca buku, entah apa yang dibacanya, tapi aku berlagak tidak melihat dia, padahal di dalam hatiku bergejolak ingin melihat seraut wajah yang kadang datang di dalam anganku. Aku tetap berusaha menjaga perasaanku yang kurasakan, aku memilih-milih buku yang kuinginkan. Setelah kudapatkan buku yang kucari, terdengar suara yang seakan-akan memanggilku.
"Mas.. Mas..!" ternyata suara itu datang dari Robby, sejenak aku berpaling ke arahnya, lalu dia (Robby) mendekatiku.
"Bagaimana kabarnya Hera..?"
"Baik.." jawabku ringan, "Dia baik-baik saja."
Kemudian kami pun duduk berhadapan di meja paling pojok, entah kenapa hati pada waktu itu berdebar-debar duduk di depan Robby. Robby pun mengulurkan tangannya bermaksud memperkenalkan diri.
"Robby.. Nama Mas siapa..?"
"Dede.." jawabku singkat.
Padahal sebenarnya aku sudah tahu kalau dia bernama Robby dari Hera.
"Dimana Hera sekarang, kok lama nggak kelihatan kuliah..?"
"Pulang kampung." jawabku.
"Mas Dede sudah lama ya berhubungan dengan Hera..?"
"Baru 5 bulan." jawabku.
Kami pun mengobrol sebentar, kemudian Robby berpamitan untuk pergi dulu karena masih ada kuliah lagi.
"Oh.. ya, silakan.." kujawab sambil kutatap terus dia sampai menghilang di balik pintu perpustakaan.
Cukup lama aku berada di perpustakaan, lalu aku pulang ke tempat kost untuk istirahat. Aku tertidur sampai sore hari.
Aku mandi dan pergi ke Gramedia untuk beli buku. Gerimis mewarnai malam itu, aku pulang dengan hujan-hujanan. Malam itu sewaktu mengerjakan tugas kuliah entah kenapa muncul wajah Robby di anganku. Kenapa bukan wajah Hera yang mewarnai anganku, pikirku. Apakah aku suka sama Robby, dalam hatiku bertanya.
Setelah tugas selesai kukerjakan, aku tiduran. Dalam tiduran itu aku membayangkan wajah Robby yang tampan, aku bermain-main dengan anganku. Aku membayangkan Robby melepas pakaiannya satu persatu sampai hanya menggunakan CD berwarna putih saja. Aku membayangkan tubuh indah yang ada di depanku hanya menggunakan CD saja dengan tonjolan yang cukup besar di dalamnya. Aku mulai terangsang dengan anganku itu, batang kemaluanku pun mulai menegang.
Kuelus-elus batang kemaluanku. Kulepas celanaku, aku bermain-main dengan batangku sendiri. Kukocok terus batangku yang mulai menegang sambil membayangkan Robby. Sampai akhirnya, crot.. crot.. Keluar dari batang kemaluanku cairan putih kental. Lalu aku terkulai lemas sejenak. Aku terdiam lalu bangun mengambil tissue untuk mengelap cairan sperma yang ada di perutku. Lalu aku pun tidur.
Sudah menjadi kebiasaanku tidur hanya menggunakan CD saja, karena rasanya lebih nyaman. Keesokan harinya karena libur aku bangun siang. Setelah menjelang sore aku pergi ke warnet untuk mencari hiburan. Seperti biasanya aku membuka situs-situs porno, tapi hari itu entah kenapa di pikiranku terlintas wajah Robby terus. Lalu aku pun segera mencari-cari situs gay. Ku-download gambar-gambar gay, banyak sekali situs-situs gay di internet. Aku pun menikmati semua itu.
Sejak saat itu setiap aku pergi ke warnet, situs-situs gay pasti tidak terlewatkan untuk kubuka, sehingga koleksi foto-foto para gay itu aku punya banyak sekali di dalam kompurterku di rumah. Aku selalu membawa disket kalau pergi ke warnet untuk meng-copy foto-foto itu. Setelah itu aku pun pulang dan istirahat karena aktifitas kuliah besok sudah mulai lagi.
Hari itu di kampus aku bertemu lagi dengan Robby, aku gembira sekali, tetapi perasaan itu selalu kusembunyikan.
"Bagai mana kabarnya Mas Dede..?"
"Baik.., kamu bagaimana..?" aku berbalik bertanya.
"Baik juga.." katanya.
"Jangan pangil Mas.. ah. Pangil aja namaku."
Kami pun ngobrol banyak hal. Tentang kuliahku, tentang hubunganku dengan Hera yang berantakan dan masih banyak lagi. Dia pun demikian, dia cerita banyak hal tentang dia padaku. Tetapi aku tidak cerita kalau sebenarnya aku saat ini tertarik dengan dia, aku takut. Sejak saat itu kami benar-benar menjadi akrab. Kami sering jalan bersama kalau mau beli baju atau pun makan, aku merasa cocok dengan Robby dan demikian juga dia. Aku benar-benar bahagia sekali, rasanya hari-hariku menjadi indah sekarang ini, tidak seperti waktu Hera meninggalkanku.
Setiap hari aku kepingin ketemu dengannya. Namun sejauh itu aku belum berani untuk masuk ke dalam kehidupan pribadinya, aku masih mencoba mencari tahu tentang Robby. Ya, sebenarnya aku sangat berharap kalau Robby juga mempunyai perasaan yang sama sepertiku.
Suatu hari Robby bermain ke tempat kostku, kami ngobrol-ngobrol sampai larut malam. Malam itu hujan, terpaksa Robby pun menginap di tempat kostku. Karena ada Robby aku malu kalau tidur hanya menggunakan CD saja, lalu aku menggunakan sarung dan memakai kaos oblong saja. Kutawari Robby untuk berganti pakaian untuk tidur, lalu kuambilkan celana pendek dan kaos.
Robby ganti pakaian di dalam kamarku. Robby pun lalu melepas pakaiannya, lalu celananya sampai terlihat di depanku. Sesosok laki-laki yang hanya menggunakan CD saja, persis seperti waktu aku membayangkan kalau Robby hanya menggunakan CD saja, tapi sekarang ini nyata. Dengan pandangan itu, kelelakianku langsung berdesir, karena tubuhnya yang berkulit putih, apalagi melihat dadanya yang bidang dengan ditumbuhi bulu-bulu tipis di dadanya dan daerah pahanya yang ditumbuhi bulu yang cukup lebat, serta aroma kelalakiannya yang khas itu.
Setelah Robby selesai berpakaian dengan yang kupinjami tadi, aku pun tetap menatap dia.
"De.., kok bengong begitu sih, kamu belum pernah lihat ya..?"
Aku hanya terdiam. Kami pun tiduran sambil ngobrol-ngobrol. Malam itu sangat dingin karena hujan.
"De.., kamu kedinginan ya..?"
"Iya.. nih..! Kok dingin banget ya malam ini..?"
Lalu dengan cepat Robby melingkarkan tangannya di dadaku dan mendekapku.
"Kalau sekarang bagaimana..?" aku hanya diam sambil menatapnya.
"Tenang aja deh De.., aku tidak macam-macam kok.." katanya.
Aku pun tersenyum membiarkan apa yang dilakukannya.
Aku tidak dapat tidur saat itu, karena aku merasa bahagia sekali tidur dalam dekapan laki-laki yang selama ini hanya menjadi fantasiku saja, tetapi sekarang dia tidur di sampingku sambil mendekapku dengan penuh kehangatan. Padahal aku berharap lebih dari sekedar pelukan, tetapi aku tidak dapat mengatakannya.
Aku hanya berpura-pura memejamkan mata saja waktu Robby berbisik padaku.
"Kamu sudah tidur De..?" bisiknya.
Tetapi aku tetap diam saja seakan-akan memang sudah tidur. Aku yakin Robby pun tidak tidur saat itu, karena tangannya yang tadinya melingkar di dadaku mulai kurasakan menyentuh kupingku, membelai rambutku dan mengusap-usap wajahku. Batang kemaluanku sebenarnya sudah tegang dari tadi, tapi aku tetap berpura-pura tidur.
Tangan Robby terus gerilya di semua lekuk tubuhku, sampai belahan selangkanganku. Aku terkejut sekali tapi aku tetap memejamkan mata, meskipun hatiku berdebar-debar tapi aku menikmati itu semua. Dia mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah tegang tadi di balik sarung yang membungkus batangku.
Kemudian Robby pun melingkarkan kakinya ke arahku, sehingga sekarang posisinya dia memelukku dan melingkarkan kakinya, sehingga aku pun merasakan kalau batang Robby pun tegang juga. Robby menggosok-gosokkan batangnya di pahaku pelan-pelan, aku merasakan itu semua tapi aku takut sekali, jadi aku hanya diamkan saja dia.
Cukup lama dia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di pahaku, kemudian kurasakan dekapan itu mengendur dan dia melepaskan pelukannya. Dengan mata sedikit terbuka kuintip apa yang dilakukan Robby selanjutnya, ternyata Robby mengeluarkan batang kemaluannya dari dalam celananya. Wow.., aku melihatnya meskipun hanya sedikit membuka mata, batang Robby ternyata cukup besar juga dan berwarna agak kemerahan.
Robby mengocok batang kemaluannya itu pelan-pelan, aku dengar dia merintih maskipun pelan. Dan sesaat kemudian kulihat dia sudah mengeluarkan spermanya, dilap sperma itu dengan tissue yang ada di dekat ranjangku. Lalu dia pun tidur dengan memelukku kembali. Aku baru dapat tidur menjelang pagi.
Ketika bangun kudapati Robby sudah duduk di depan komputerku, entah apa yang dilakukannya."Enak Rob tidurnya..?"
"Iya.." jawabnya.
Setelah mencuci muka, Robby pun berpamitan untuk pulang ke rumahnya.
Sambil keluar dari kamar aku bertanya, "Hari ini ada kuliah Rob..?"
"Tidak, hari ini aku nggak ada kuliah. Emang mau kemana..?" dia balik bertanya.
"Nanti beli sandal, ya.."
"Iya deh.., tapi telpon dulu aja nanti.. ya..!"
Robby pun pulang dan lenyap dari pandanganku.
Sore harinya pun aku telpon dia untuk mengajak keluar beli sandal. Setelah dapat sandal, kami terus pergi ke warnet. Di warnet Robby membuka situs-situs porno, tidak luput dia juga membuka situs-situs gay, tetapi aku diam saja sambil menikmati apa yang sedang dibuka-buka oleh Robby. Aku hanya berpikir mungkin Robby juga gay. Setelah itu kami pulang karena sudang malam.
"Tidur tempatku aja yuk..!" ajak Robby, "Besok kan libur."
Aku diam sejenak, lalu kuanggukkan kepala tanda setuju untuk diajak tidur di rumah Robby.
Kamar Robby cukup besar karena memang dia anak orang kaya. Di kamar kami mendengarkan musik sambil ngobrol-ngobrol.
"Kok sepi Rob.., pada kemana..?"
"Lagi pada ke Jakarta." jawabnya.
Kami pun tiduran sambil sesekali bercanda.
"De.., kulihat di komputermu kok banyak foto pria bugil, kamu suka ya..?" tanyanya.
Aku kaget sekali waktu itu, tapi aku diam sambil tersenyum.
Lalu dia berdiri, terus mengambil CD film.
"Kamu mau nonton ini..?" disodorkannya CD film itu padaku.
Ternyata CD itu BF Gay, aku kasih ke dia lagi.
"Coba saja..!" jawabku.
Kami pun nonton film itu sambil berbaring di ranjang Robby. Aku sangat terangsang sekali karena di sana terlihat dua orang bule yang saling berciuman dalam keadaan telanjang bulat dan terlihat penisnya yang sangat besar, membuat dadaku berdebar.
Lama kami menikmati film itu, kulirik Robby mulai terangsang. Dia mengelus-eluskan tangannya di sela-sela selakangannya. Entah siapa yang mulai terlebih dahulu, bibir Robby yang merah merekah itu sudah menempel di bibirku, kami pun berciuman. Aku membalas ciuman Robby, kulumat bibir Robby dengan bibirku dan kami pun berciuman mesra lama sekali.
Setelah mencium bibirnya, kulanjutkan turun ke arah leher. Kubuka kaos Robby yang masih menempel di tubuhnya, sehingga terlihat dadanya yang bidang dengan ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuatku semakin terangsang. Kuraba dada Robby sambil kujilati puting susunya yang kemerahan. Robby merintih pelan, seakan dia menikmati dengan apa yang kulakukan padanya.
Kulanjutkan ciumanku turun ke perut, turun ke pusarnya. Kuraba selangkangannya dan kurasakan batang kejantanannya sudah mengeras. Aku semakin bernafsu, aku pun berusaha untuk melepas celana jeans Robby. Dan berhasil kucopot sehingga kini Robby hanya menggunakan celana dalam warna putih saja. Ciumanku pindah ke daerah celana dalam Robby.
Kujilati batang yang masih berada di dalam sangkarnya itu penuh nafsu sambil mengelus-elus kedua pahanya yang putih dan ditumbuhi bulu-bulu lembut. Kubuka celama dalam Robby, batangnya yang dari tadi sudah ingin keluar itu sekarang tepat berada di depan mulutku. Semula aku agak ragu karena aku belum pernah melakukan ini semua, tapi didorong nafsu yang semakin memuncak, aku menciumnya.
Kujilati batang kejantanan Robby yang memerah. Kuremas-remas batang Robby sambil sesekali kukocok. Terus kukocok batang kemaluan Robby, Robby mengeliat-geliat dan mengerang menikmatinya. Dia menaikkan pantatnya sambil tangannya menekan kepalaku untuk melumat semua batang kejantanannya.
"Ough.. ough.. terus De..! Enak sekali..!" desah Robby.
Aku pun semakin mempercepat kocokanku di batang kemaluan Robby yang tegang, kaku dan merekah. Napas Robby tersengal-sengal dan erangannya pun semakin keras.
"Terus De.., ough.. ough..!"
Dan kemudian, crot.. crot.. cret.. Lahar putih pun keluar dari batangnya, sperma itu mengenai sebagian wajahku. Setelah itu kujilati lagi batang Robby yang masih ada sisa-sisa cairan spermanya, rasanya asin tapi aku menikmati itu semua. Robby pun terkulai lemas dan kulihat dia sangat puas dengan apa yang barusan kulakukan padanya. Aku pun berbaring di sebelah Robby, kuusap lembut dada Robby, kubelai rambutnya dengan mesra.
Beberapa saat kemudian Robby mengangkat wajahnya sehingga hidungnya menyentuh pipiku. Robby pun mencium pipiku, lalu bibirku. Bibir Robby yang merah merekah sangat menggairahkan, dia melumat bibirku. Aku pun membalas ciuman itu, sesaat kami berciuman. Robby pun meneruskan ciumannya ke leherku, terus ke dadaku. Digigitnya puting susuku, ku menggeliat, mengerang pelan karena merasa nikmat sekali.
Hal ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Diciuminya daerah pusarku sambil tangannya meremas-remas batang kejantananku yang sudah mulai mengeras lagi. Dia pun melepas celanaku sehingga aku sekarang hanya mengenakan CD saja. Robby terus menciuminya, Robby tidak memperdulikan kalau CD-ku sudah basah karena cairan spermaku tadi yang sudah keluar dari batangnya.
Dicopotnya CD-ku segera oleh Robby, dia langsung melahap batang penisku yang memang sudah menegang, menyodok seperti meriam. Dihisap dengan penuh perasaan, sesekali buahnya pun dikulumnya.
"Rob.. ah.. ough..!" desahku karena nikmatnya.
"Terus Rob..! Terus.., ach.., ach..!"
Aku tidak ingat apa-apa waktu itu karena rasa nikmat yang sangat-sangat nikmat.
Tetapi di tengah-tengah perasaan nikmat itu tiba-tiba robby berhenti mengulum batang penisku.
"Kok berhenti Rob..?"
Tetapi yang dilakukan Robby adalah dia setengah berdiri dan memintaku untuk mengulum batang penisnya. Dan kami pun mengambil posisi 69. Tidak kusia-siakan kesempatan ini, aku pun langsung mengulum batang penis Robby yang mulai membesar. Kuhisap, kulumat batang penis Robby dengan lembut dan penuh perasaan.
Kudengar Robby pun mengerang, "Ach.. ach.. enak sekali De..!"
Aku mengelinjang tidak tahan sewaktu Robby menjilati bagian kepada penisku, ia terus menjilatinya dan, "Ah.. ah.. Rob.. terus.. Rob..!"
Kurasakan seluruh tubuhku mengejang tidak karuan.
"Rob.., aku mau keluar nih.. Rob..!"
Akhirnya, crot.. crot.. crot..! Lahar putihku pun keluar.
Aku melihat Robby terus menjilati spermaku sampai tidak tersisa. Aku lemas, tapi tanganku sambil terus mengocok batang penis Robby.
"Terus De..! Terus..!"
Kupercepat kocokkanku. Robby mengerang, dan sperma Robby pun keluar juga. Tubuhku basah oleh keringat, begitu pun tubuh Robby.
Kami berdua terkulai lemas setelah menikmati apa yang selama ini menjadi angan-anganku dan telah baru saja menjadi kenyataan. Aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada Robby, aku hanya menatapnya sambil tersenyum, kemudian kupeluk Robby erat-erat. Akhirnya kami pun tidur dengan saling berpelukan, dengan tanpa sehelai benang menempel di tubuh kami.
Aku terbangun di pagi hari, tapi kulihat Robby masih pulas tidurnya. Aku pun tidak beranjak dari tidur karena aku ingin selalu berada di dalam dekapannya. Setelah beberapa saat kemudian Robby pun terjaga dari tidurnya juga, tetapi kami tidak saling melepaskan pelukan kami.
"De.., kamu mau jadi pacarku..?" aku hanya diam menatap wajah Robby.
"Rob..kamu pernah melakukan ini sebelumnya..?" tanyaku.
"Belum.. Baru kali ini aku melakukannya..! Kalau kamu De..?"
"Sama, aku juga baru pertama kali ini."
Aku agak malas untuk beranjak dari tempat tidur, begitu juga dengan Robby. Akhirnya kami pun ngobrol-ngobrol di tempat tidur. Robby menceritakan semuanya tentang dirinya. Bahwa dia sebenarnya sudah merasakan perasaan suka sama sesama jenis itu sudah sejak SMA, tapi dia juga tidak berani mengungkapkan itu semua.
Setelah agak siang, kami pun beranjak dari tempat tidur untuk mandi. Kami mandi bersama-sama, kami saling menggosok tubuh kami masing-masing. Setelah selesai mandi, aku pun pamitan untuk pulang, tetapi dicegah oleh Robby.
"Nanti aja, temani aku dulu..!" pintanya.
Akhirnya kami pun menghabiskan waktu kami untuk mendengarkan musik dan sesekali kami berciuman.
Begitulah cerita pengalaman saya bersama Robby, yang tidak pernah kulupakan. Sekarang Robby berada di Jakarta, sehingga kami pun berjauhan. Dan sekarang aku sendiri lagi.