Kupandangi wajahku di cermin sekali lagi, menatap wajah yang tampan, klimis dengan potongan rambut yang tidak begitu pendek dan berminyak, memegang pipi dan daguku yang halus tanpa sehelai rambutpun, aku telah mencukurnya tadi siang.
Ini saatnya untuk bersenang-senang. Mengendarai mobil Panther berwarna hitam, mobil kesukaanku, mobil yang bersejarah dan banyak kenangan.
Mobil kuparkir dengan baik, menghidupkan alarm sebelum memasuki pintu utara Mall. Salah satu mall yang terbesar di kota ini. Aku jarang ke tempat ini, namun aku ingat di mana posisi ATM berada. Ada beberapa ATM dari beberapa bank di tempat tersebut dan banyak antrian rupanya. Aku melihat pajangan etalase yang berada di sebelah kiri, tak berapa jauh letaknya dari ATM tersebut, sambil mengamati orang-orang yang melewatiku, menunggu, menunggu orang yang cocok untuk kujadikan korbanku malam ini.
Akhirnya, target utamaku kelihatan. Seorang laki-laki bertubuh sedang dan proposional dengan tingginya, berkumis tebal, hitam dan ikal, membuat laki-laki tersebut bertambah tampan dan berwibawa, dengan rambut yang ikal, rapi dan rambut putihnya sedikit kelihatan di sebelah kiri dan kanan agak menutupi kedua telinganya. Pakaian dan sepatu yang dikenakannya menunjukan bahwa laki-laki tersebut adalah orang yang mapan hidupnya, mungkin pengusaha atau seorang pegawai dengan jabatan yang sangat bagus di perusahaan tempat dia bekerja.
Aku ikut antri di belakang laki-laki tersebut, sambil memegang kartu ATM kepunyaanku.
"Antriannya lumayan juga yah Pak", ucapku berbasa-basi.
"Maklum bulan muda, yah", jawabnya. Cerita Gay http://ceritakita.hexat.com
"Mengajak keluarga jalan-jalan di bulan muda ini memang menyenangkan yah", aku memulai mengajaknya mengobrol kembali.
"Begitulah Mas, kapan lagi kita bisa menyenangkan orang rumah yang setiap hari di rumah, kita ajak sekali-kali biar tidak bosan dia, yah refreshinglah".
"Keluarga ada di mana Pak?", tanyaku sambil memukul pundaknya.
"Sebelah sana, di counter pakaian, mau pilih-pilih baju katanya", laki-laki tersebut menjawab pertanyaanku.
"Bagaimana kalo kita mengobrol dulu, saya ada bisnis yang sangat bagus dan mungkin Bapak tertarik", bisikku tak jauh dari telinganya sambil menepuk sisi pundaknya yang lain.
Laki-laki tersebut mengikutiku dengan spontan, keluar dari antrian. Aku berjalan menuju tangga darurat yang terletak bersebelahan dengan toilet dan menaiki anak tangga tersebut satu persatu. Di belakang, laki-laki tersebut terus mengikutiku, dan kami sudah berada di lantai 2 mall tersebut. Memasuki kamar toilet pria yang paling ujung, langsung kututup dan kukunci pintu kamar toilet setelah laki-laki tersebut berada di dalam.
Laki-laki tersebut hanya diam saja dengan tatapan kosong, dan aku mulai menjamah celananya, merogoh kantong bagian belakang, mengambil dompet dan membukanya. Uang ratusan ribu ada di dalamnya, dengan jumlah yang cukup lumayan, kuambil kartu kredit dan tiga kartu ATM dari bank yang berlainan. Aku tersenyum membaca nama yang tertera pada kartu-kartu tersebut. Suryo Widodo. Yah, betul dugaanku, laki-laki ini potensial untuk dijadikan korban, korban kejahatanku, korban hipnotisku. Mudah bagiku untuk mengetahui berapa banyak uang yang dimiliki laki-laki tersebut di ketiga kartu ATM-nya dan nomor PIN-nya juga.
Aku keluar dari kamar toilet setelah membisikan perintah kepada Pak Suryo dan 10 menit kemudian aku kembali, melihat laki-laki tersebut masih menatapku dengan tatapan kosongnya. Aku memeluk Pak Suryo, mencium bibirnya dengan lembut, tanganku menyentuh kontol laki-laki tersebut dan meremas-remasnya, akh.. lumayan besar, saat aku merasakan kontol laki-laki tersebut.
"Ayo, kita lihat berapa besar kontolmu Sayang", ucapku sambil mencium bibir laki-laki tersebut kembali dan berjongkok melepaskan gesper yang dia kenakan dan celana panjang dan kolornya aku perosoti sebatas paha. Akhh, kulihat kontolnya yang besar, hitam dengan jembut-jembut yang lebat, hitam dan ikal.
"Aku akan melakukannya dengan cepat, yah dengan cepat Sayang..", ucapku memandangnya sambil terus meremas-remas kontol Pak Suryo.
Kontol laki-laki tersebut mulai bereaksi bertambah besar dan memanjang, aku langsung menyambutnya dengan mulutku, aku mengisap-isap batang kontol laki-laki tersebut, menikmatinya, hemm.. enak.. kenyal.. Aku terus mengocok batang kontol Pak Suryo di dalam mulutku..
"Akhh..", desahku. Pak Suryo hanya diam dengan tatapan semula saat aku menghipnotisnya.
Aku berdiri, membalikkan tubuh laki-laki tersebut menghadap tembok, meremas-remas pantatnya yang berbulu, kontolku yang sudah tegang, besar dan panjang keluar dari balik resleting dan perlahan aku menancapkan kontolku ke dalam lubang pantat Pak Suryo.
"Jangan mendesah atau menjerit, saya tidak mau mendengar suara Bapak di tempat ini", bisikku.
Aku memuaskan nafsuku, mengentot lubang pantat Pak Surto, menekan pantatku dengan pelan, agar batang kontolku masuk lebih dalam lagi. Aku mendesah merasakan sempitnya burit Pak Suryo, lubang pantat yang masih perawan. Krakk.., bunyi robekan Burit Pak Suryo tidak kuhiraukan, aku terus memuaskan nafsuku, menyodomi lubang pantatnya, menggerakan pantatku dengan cepat, sehingga batang kontolku masuk dan keluar.
Aku mendesah pelan, merasakan jepitan lubang pantat Pak suryo yang semakin terasa membetot batang kontolku, gerakan pantatku kupercepat untuk mengakhiri permainanku, dan akhirnya puncak kenikmatan kurasakan, menarik tubuh Pak suryo, memeluknya erat.. Aku mendesah melepaskan maniku ke dalam lubang pantatnya.
Kurapikan pakaianku dan pakaian Pak Suryo sambil mencium bibir laki-laki tersebut dengan pelan dan mendekatkan mulutku ke telinganya dan berbisik.
"Kamu tidak akan mengingat pertemuan dengan saya dan tidak ingat dengan kejadian ini, dan akan sadar saat merasakan sakit setelah keesokan harinya. Bersikaplah tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan memang tidak ada yang terjadi. Temui keluarga, dan terimakasih atas uang dan kenikmataan yang kamu berikan kepada Saya. Selamat tinggal sayang", ucapku sambil mengelus pipinya, tersenyum melihat laki-laki tersebut yang berjalan meninggalkan kamar toilet. Uang senilai 15 juta dari ketiga kartu ATM-nya sudah berada di tanganku, dan aku telah memasukan 1 juta rupiah ke dalam dompetnya.
Aku mengendarai mobil Pantherku meninggalkan mall tersebut, memasuki jalan tol, menuju utara mencari tempat keramaian dan memikat laki-laki muda untuk bercinta, ngentot bersama. Aku meminggirkan mobil, saat melihat beberapa laki-laki duduk di depan pool billyard dan memanggil mereka. Seorang laki-laki berbadan besar datang dan menghampiriku..
"Ada apa Om?", tanyanya.
"Mau ikut?", tanyaku langsung mengajaknya. Laki-laki itu memandangku dengan heran.
"Ayolah", ajakku lagi.
"Kemana Om?"
"Yah, kemana saja, ke discotique, ke twenty one, atau ke mana sajalah, dari pada duduk bengong, ajak teman elo kalo mau".
Laki-laki tersebut berteriak mengajak dua orang temannya. Mobil kembali kukemudikan dengan perlahan setelah tiga laki-laki tersebut naik. Sambil mengobrol basa-basi kutanyakan nama dan latar belakang mereka dan ternyata mereka masih menganggur.
"Baru tamat sekolah Om", jawab Edi, laki-laki yang menghampiriku dan sekarang duduk di sebelahku.
"Masa sih, baru tamat?", tanyaku bercanda.
"Betul Om, suer! Kalo Bambang tahun kemarin tamatnya", jawab Edi.
Aku melihat Bambang dari kaca spion, laki-laki berbadan tinggi dengan jenggot tipis dan lebat menghiasi dagunya. Akh.. Ketiga laki-laki ini tampan-tampan ternyata, pikirku sambil tersenyum.
"Kita ke twenty one saja yah", ajakku.
"Ah, kemana saja OK-lah Om, menghilangkan suntuk", ucap Anton.
"Bagaimana dengan elo, Ed?", tanyaku pada laki-laki berhidung mancung dengan kulitnya yang sedikit gelap tersebut.
"Akh, terserahlah Om, yang penting happy", jawabnya sambil tersenyum.
Aku tersenyum melihatnya, merangkul pundaknya yang keras.. Akhh.. Sebentar lagi nafsuku akan terpuaskan oleh anak ini, pikirku.
"Elo, orang arab?", tanyaku.
"Ah, enggak Om, orang Indonesia asli, Bapak orang ambon, Ibu orang Jawa", jawab Edi.
"Kalo kami sih memang sering memanggilnya Arab, Om", jawab Anton lagi dari belakang.
"Kalo Om lihat kalian ini pasti sering ke lokasi, sering ngentot yah?", tanyaku.
"Sekali-kalilah Om, kalo ada uang", jawab edi.
"Kalo tidak ada uang paling maen sama bencong", Bambang nyeletuk dari belakang.
"Wah, suka maen sama bencong juga yah", ucapku tersenyum.
Tanganku menyentuh totong Edi, meremasnya sesaat, Edi terkejut juga.
"Yah, betul, elo sudah pengen ngentot", ucapku. Edi hanya tersenyum.
Di dalam bioskop, aku duduk di samping Edi, menanti pemutaran film, mengobrol sejenak, dan sangat akrab, aku melingkarkan tanganku ke pundaknya, hingga saat lampu di matikan dan film di mulai. Tak sabar tanganku menyentuh kontolnya lagi.
"Om?", tanya Edi.
"Sstt", ucapku memberi isyarat agar dia diam. Edi sedikit memberontak.
"Tenanglah, Om hanya mau bersenang-senang sebentar dan Om akan kasih imbalan ke elo".
Edi agak santai sekarang, tanganku mulai meremas-remas kontolnya yang menjadi bereaksi. Tak puas dengan meremas-remas kontolnya dari balik celana, aku menyuruh Edi mengeluarkannya. Edi membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang kontolnya yang begitu besar dan panjang saat aku memegangnya.
"Besar dan Panjang yah", bisikku.
"Kontol Ambon Om", bisik Edi lagi sambil tersenyum.
Aku terus meremas-remasnya sambil mengocok-ngocok batang kontolnya yang besar dan panjang tersebut, hingga tak peduli lagi pada kedua temannya yang duduk di sampingku juga, aku langsung melumat kontol Edi, mulutku membetol batang kenyal tersebut, sambil menggesek-gesekan gigiku ke batang totongnya.
"Akhh.. Om, Om..", ucap Edi sedikit meronta.
"Om, jangan", ucapnya.
Aku sadar dan kembali dengan posisi dudukku, Anton yang duduk di sebelahku melihat dengan keheranan, aku tersenyum melihatnya
"Akh.. Om bernafsu sekali melihat batang kontol Edi", ucapku sambil tersenyum. Lalu Bambang berdiri, menarik tangan Anton.
"Ayo kita pulang".
Laki-laki tersebut memandangku dengan tatapan tajam, yah tatapan yang tidak menyukaiku. Dengan tiba-tiba tangannya langsung menarik bajuku, sementara tangannya yang lain bersiap untuk mendarat ke mukaku. Aku langsung memegang tangannya yang mengepal tersebut, menahannya.
"Tenang, tenang..", ucapku.
"Saya bisa membayar kalian 1 juta, kalo kalian mau", ucapku lagi.
"Kami bukan homo, Om", ucap Anton.
"Yah, tapi kalian pernah ngentot dengan bencong khan? Dan kali ini saya yang akan membayar kalian", ucapku pelan, agak malu karena suara ribut kami, penonton agak terganggu.
Aku mendekati Bambang yang mulai kembali duduk dan menepuk kedua pundaknya..
"Sebaiknya kamu duduk tenang dan diam", bisikku dan kembali duduk di samping Edi. Laki-laki tersebut menatapku dengan pandangan kosong.
"Saya akan memberi imbalan satu juta dan memuaskanmu, kita akan sama-sama puas", ucapku lagi merayunya. Edi tampak sedikit tenang, permainan aku lanjutkan, meremas-remas kontolnya kembali yang telah dimasukannya kembali ke dalam celananya dan mengancingkan resletingnya.
Dengan uang satu juta yang kujanjikan, Edi kembali mengeluarkan batang kontolnya dari dalam celana, dan aku menikmatinya. Kokocok-ngocok batang kontolnya dengan mulutku, membetotnya, menikmati daging kenyal tersebut senti demi senti, menjilatinya hingga batang kontolnya basah oleh air lidahku.
Kontol Edi kembali kulumat hingga tenggelam sampai ke pangkalnya. Kugerakkan lidahku agar laki-laki tersebut merasakan hisapanku. Desahan Edi tenggelam tak terdengar sama sekali di antara suara sound system bioskop yang kencang.
Aku merasakan kalau mani Edi telah muncrat di dalam mulutku hingga tubuhnya mengejang, kakinya merenggang, menahan puncak kenikmatan yang dia rasakan. Aku menjilati batang kontolnya hingga licin, tidak ada mani yang tertetes, maninya yang kental kulahap semuanya. Akhh.. enaknya.. Aku beralih ke Anton, ingin juga merasakan kontolnya, kuremas-remas. Anton hanya diam menatapku
"Om akan memberimu satu juta", ucapku sambil mengerlingkan mata kananku.
"Keluarkan totong lo, Om rasa sudah tidak tahan mengisapnya".
Anton mengeluarkan batang kontolnya yang panjang dan diameter kontolnya tidak begitu besar. Kembali mulutku langsung mencaplok batang kontol Anton dan menarik-nariknya sesaat, lalu kukocok-kocok di dalam mulutku. Saat Edi kembali dari toilet, melihatku yang lagi asyik mengisap-isap kontol Anton, dengan tenang duduk dan menikmati film kembali.
Anton mendesah kegelian, saat batang kontolnya kujepit dengan kedua bibirku, tanganku masuk ke dalam kaosnya dan mengelus-elus dadanya, memegangi puting teteknya.
"Akhh.." desahnya.
"Enak..? Nikmat..?", tanyaku melepas kontolnya sesaat dari mulutku dan kembali kulumat lagi sampai ke pangkalnya.
"Akhh..", Anton akhirnya tidak mampu menahan kenikmatan dan kegelian yang luar biasa, mulutku terasa di semprot dengan air maninya yang banyak.
Edi dan Anton setuju ikut bersamaku kembali menghabiskan malam panjang ini bersama-sama saling bercumbu dan menikmati petualangan sex sesama lelaki, sementara Bambang hanya diam saja dengan tatapan kosong, yah laki-laki tersebut sudahh di bawah penguasaanku, di bawah kontrolku, di bawah pengaruh hipnotisku. Aku mengajak mereka ke rumahku yang berjarak ratusan kilometer dari tempat tinggal mereka. Pembantu setiaku Nano, menyambut kami.
"Anak baik", ucapku mengelus pipinya, laki-laki tersebut begitu manis, dengan usia 23 tahun, tampan, dengan badan bulat berisi, pembantu dan sekaligus merangkap istriku.
Aku mengajaknya tinggal bersamaku saat aku menemuinya di terminal bus antar kota, kebingungan sendirian dan tidak mau bertanya, mungkin malu, saat kuhampiri dan menanyakan tujuannya, dia menggelengkan kepalanya, tujuannya mencari kerja di kota tanpa sanak keluarga di sini. Aku mengajaknya tinggal bersamaku. Aku tersenyum saat melihat Nano yang terkagum-kagum melihat rumahku.., "Wah, besar, bagus, bagus sekali rumah Om ini", ucapnya.
Nano mengikutiku masuk ke dalam kamar, dan menyuruhnya untuk membersihkan tubuhnya yang bau oleh keringat, aku menunjukkan kamar mandi yang berada di dalam kamarku. Nano kembali menemuiku.
"Om, airnya habis", ucapnya polos, aku tersenyum dan menghantarkan Nano kembali ke kamar mandi tersebut. Kuputar keran yang berada di bathtub, merasakan campuran air panas dan dingin dari kedua keran yang kubuka.
"Nah, sudah ada airnya khan?", ucapku tersenyum menatap Nano yang juga tersenyum.
"Maklum wong dusun, Om", ucapnya.
"Sini, Om bantu, membuka baju kamu"
Aku membuka kaosnya yang entah sudah berapa hari tidak diganti, bau keringatnya masih terasa. Celana jeans yang dikenakannya juga aku buka.
"Akh, isin (malu) Om", ucapnya polos saat aku ingin membuka kolornya.
"Yah sudah, kamu mandi saja dulu"
"Gayungnya mana Om?", tanyanya lagi.
"Yah, endak usah pake gayung, langsung saja nyebur ke bathtub itu", ucapku sambil tersenyum.
Aku kembali lagi melihatnya yang sedang duduk di bathtub, sambil mencipratkan air ke sekujur tubuhnya. Aku tertawa kecil melihatnya, tersenyum, mendekatinya, membuka celana pendekku dan masuk ke dalam bathtub dengan bertelanjang bulat dan merangkul badannya.
"Kenapa kolornya tidak dibuka?", tanyaku sambil tersenyum.
"Isin, Om", jawabnya lagi.
"Ah, tak perlu malu", ucapku, memintanya untuk berdiri dan tanganku memerosotkan kolornya. Laki-laki tersebut malu-malu saat aku memegang kontolnya yang panjang dan masih tidur itu.
"Ah, begini khan enak, nyaman khan?", ucapku, menyuruhnya untuk duduk kembali dan menyabuni seluruh tubuhnya dengan sabun cair. Aku memberi shampoo pada rambutnya yang ikal dan sedikit panjang.
"Bagaimana? Segar kan?", tanyaku.
"Iya, Om", jawabnya malu-malu.
"Mulai sekarang, panggil saya Ayah, Nano saya anggap sebagai anak angkat, mau?", tanyaku lagi memandang wajahnya yang oval dan begitu tampan. Nano mengangguk dan beberapa kali mengucapkan terimakasih kepadaku.
Tanganku kembali mengusap-usap punggungnya, menyikatnya dengan spons, memintanya berdiri karena aku akan menyabuni kedua kakinya. Nano menurut, kedua pahanya yang sedikit besar aku sabuni, kedua pantatnya mendapat giliran, aku meremas-remas kedua pantatnya, dan pada belahan pantatnya, hem, sangat kenyal, hingga aku terangsang dan totongku bereaksi, menjadi tegang, bertambah panjang dan membesar. Saat Nano membalikkan badannya, saat itu kontolnya bereaksi bertambah besar dan panjang, aku tersenyum melihat anak tersebut yang menjadi tersipu malu. Kontolnya persis berada di depan mukaku.
"Terangsang yah", sindirku, Nano bertambah malu.
"Tidak, perlu malu, Ayah suka kok dengan kontol Nano ini", ucapku, dan langsung memegangnya, meremas-remasnya, mengocok-ngocok batang kontolnya yang panjang melebihi kontolku.
Aku semakin geram melihat batang kontolnya dan langsung kutelan, kujilati, kukocok-kocok dengan mulutku.
"Akhh.. Om", desah Nano di sela-sela keheranannya.
Aku terus mempermainkan kontolnya di mulutku. Jilatan lidahku dari ujung batangnya, dari kepala totongnya hingga ke pangkal batang kontolnya. Tubuh Nano sedikit limbung menahan kegelian, kenikmatan yang dia rasakan dan aku menyarankannya untuk duduk di sisi bathtub, dan kembali mengempot batang totongnya, menelannya, mengocok-ngocok kontolnya di dalam mulutku. Biji totongnya yang besar menggantung panjang, kutarik-tarik, sambil batang kontolnya tetap berada di dalam mulutku.
"Akhh.., aduh omm.." desah Nano.
"Enak..?", ucapku sambil tersenyum.
Nano hanya mengangguk. Kembali batang kontolnya kukocok-kocok dengan mulutku, dan mempercepat goyangan kepalaku maju mundur, agar batang kontolnya keluar masuk di dalam mulutku, sambil membetot batang kontolnya dengan kedua bibirku yang kukatupkan. Nano merasakan kegelian yang luar biasa dan aku langsung mengeluarkan batang kontolnya dari mulutku, menggenggam batang kontolnya erat yang sedang menyemburkan mani kental, sangat kental dan banyak. Aku menatapnya sambil tersenyum, melihat sisa-sisa maninya kembali keluar dari lubang kencingnya, aku langsung menjilati sisa mani tersebut hingga membuat tubuh Nano mengejang sesaat.
"Nikmat, sayang?", tanyaku.
Nano kembali mengangguk dengan malu. Aku masih meremas batang kontolnya dan berdiri, tanganku menarik batang kontolnya mengajaknya keluar dari bathtub, membalikkan tubuhnya ke arah tembok kamar mandi, meremas batang kontolku dan dengan pelan berusaha memasukan batang kontolku ke dalam lubang pantatnya. Blesszz, krkk, terdengar koyakan burit Nano saat kepala kontolku masuk ke dalam, aku menekan pantatku agar batang kontolku lebih masuk ke dalam, tidak menghiraukan jeritan Nano yang kesakitan, meminta ampun, aku terus melanjutkan permainanku, hingga batang kontolku lebih masuk ke dalam, dan kutekan pantatku kembali hingga membuat batang kontolku amblas seluruhnya di dalam pantatnya.
"Akhh.." Desahku menahan nafas, menikmati keperawanan lubang pantat Nano yang menjepit batang kontolku yang besar, perlahan aku menggerak-gerakkan pantatku.
"Aduh, Om, ampun, sakit.. Sakit..", jerit Nano. Aku terus dengan permainanku, goyangan pantatku semakin kupercepat, menyodok-nyodok lubang pantatnya..
"Hemm.. Hemm.. Akhh.. Akhh.. Akhh.." desahku tak beraturan menambah energiku untuk menyodomi anak lugu tersebut.
Kontolku terlepas dari lubang pantat Nano, dan aku menyuruh laki-laki tersebut untuk berbaring di lantai dan aku langsung menindih tubuhnya dan menyodomi buritnya kembali, rontaan Nano membuat kepuasan bagiku, kedua pahanya terbuka lebar dan aku semakin leluasa untuk menyodomi lubang pantatnya, menyodok-nyodok buritnya yang kini merekah lebar, hingga aku dapat menikmati kepuasan yang luar biasa hingga nafsuku terpenuhi.
"Akhh.." Aku terkulai lemas di samping tubuh Nano, laki-laki tersebut menangis terisak.
"Sudahlah", ucapku mengelus rambutnya.
Selesai mandi dan melampiaskan nafsuku, aku mengajak Nano makan makanan yang telah aku beli. Nano menyantap makanan tersebut dengan lahap. Dan selanjutnya pembaca bisa menebak apa yang kulakukan kembali kepada Nano, aku terus merenuk kepuasan dari anak polos tersebut berkali-kali, dan sebaliknya Nano juga aku ajarkan bagaimana cara memuaskan nafsunya dengan menyodomi buritku.
Hari-hari berikutnya, aku dan Nano kembali ngentot saling memuaskan nafsu kami berdua, di ranjang, di kamar mandi dan di mana saja di saat nafsuku memuncak bersama laki-laki tersebut. Untuk mencari variasi bersama laki-laki lain, aku keluar untuk mencarinya, menghipnotisnya, merampok uangnya, atau dengan membayar laki-laki tersebut dengan harapan nafsu sexku terpuaskan, yah seperti saat ini, aku lebih menyukai ngentot bersama laki-laki yang bukan karena pengaruh hipnotisku, karena aku bisa melampiaskan imajinasi sexku sepuasnya, menikmati kepuasan bersama-sama, saling bernafsu, saling bercumbu, saling terpuaskan, dan bersama-sama mencapai puncak kenikmatan.
Ketiga tamuku duduk dengan baik di sofa, Edi dan Anton memperhatikan rumahku dan mungkin kagum melihat isi rumahku yang komplit. Tak berapa lama kemudian aku kembali menjumpai mereka dengan memakai pakaian santai, kaos singlet dan celana pendek saja lalu duduk di antara Edi dan Anton. Nano membawakan kami beberapa krat bir dan menghidangkannya di depan, laki-laki tersebut memutarkan film yang enak ditonton, yaitu film porno homosex.
Tanganku sejak tadi sudah bermain-main di dada Edi, meremas-remasnya, menciumi lehernya sesekali. Edi merasa risih dengan kelakuanku, laki-laki tersebut menggerak-gerakkan badannya hingga cumbuanku sering menyerempet dan tidak mengenai ke sasaran. Laki-laki tersebut mungkin merasa malu atau karena belum biasa dicumbu oleh sesama laki-laki. Aku menghentikan permainanku, berdiri menarik tangan Bambang ke belakang dan kembali menemui mereka. Bambang kuperlakukan sebagai pancingan bagi Edi dan Anton agar tidak merasa malu dengan permainan yang akan kulakukan karena Bambang yang masih berada dalam hipnotisku bisa kuperintahkan untuk berbuat sekehendakku.
Sekembalinya aku menemui mereka, Bambang langsung menari-nari di depan kami dengan musik house yang di setel oleh Nano. Tarian Bambang semakin panas, laki-laki tersebut membuka kaosnya, meremas-remas kontolnya dan sesekali mengelus-elus badannya, hingga tarian Bambang terus memanas dan membuatku semakin terangsang, saat laki-laki tersebut membuka celana jeansnya bersamaan dengan kolor yang dikenakannya. Menari telanjang bulat di depan kami, Anton tertawa terbahak-bahak beberapa kali mengatakan Bambang gila dan sebagainya, Edi hanya tersenyum.
Bambang menarik-narik kontolnya, mengocok-ngocoknya, menatap ke depan, entah siapa yang ditatapnya karena tatapannya kosong. Suasana semakin panas saat Nano juga menari, menelanjangi pakaiannya, meliuk-liukkan tubuhnya di belakang tubuh Bambang, memeluknya erat, sesekali Nano meremas-remas kontol Bambang yang besar panjang dan hitam tersebut, mengocok-ngocoknya. Bambang mendesah.. Yah, suara yang memang kuperintahkan untuk dikeluarkannya.
Aku kembali memeluk tubuh Edi, mengelus-elus dadanya dan membuka kaos yang dia kenakan. Dadanya penuh dengan bulu-bulu lebat. Aku menjilati dadanya, mengisap-isap teteknya dan putingnya aku jilati, kugigit pelan dan kutarik. Tanganku terus mengelus tubuhnya yang berbulu tersebut, hingga tanganku masuk ke dalam celananya, tanganku meremas-remas kontolnya yang sudah bereaksi. Aku memintanya untuk melepas celana jeansnya, pandanganku beralih pada Anton dan tersenyum melihatnya.
"Mau ikut?", tanyaku, Anton mulanyanya menolak, namun akhirnya mengikuti permainan kami, laki-laki tersebut menelanjangi pakaiannya dan demikian juga denganku.
Aku memeluk tubuh Anton yang berdiri di depanku, dan langsung mulutku menangkap batang kontolnya yang masih lemas tersebut dan dengan lahap kutelan batang kontolnya untuk kuisap-isap, kutarik-tarik dengan kedua bibirku yang aku rapatkan.
"Akhh", desah Anton menikmati permainanku.
Kontolku yang sudah besar dan panjang tegang, kuremas-remas dan kuminta Edi untuk mengisap-isapnya. Laki-laki tersebut tentu saja menolak. Aku melepaskan batang kontol Anton dari mulutku dan menarik tangan Anton menyuruh Anton mengisap-isap kontol Edi, kontol temannya. Anton sedikit ragu memulainya, padahal kontol Edi sudah berada di depannya.
Aku menepuk kedua tanganku dan saat itu juga Bambang berjalan ke arahku dan dengan sedikit perintah yang kubisikkan di telinganya, laki-laki tersebut mendekati Edi, meremas batang kontolnya dan blup, Bambang menelan batang kontol Edi, menarik-nariknya, mengocok-ngocok kontol Edi di dalam mulutnya, beberapa lama kemudian, Bambang mengeluarkan batang kontol Edi dalam mulutnya dan menyerahkannya kepada Anton, untuk diisap-isap laki-laki tersebut. Anton memulai permainannya dengan membuka mulutnya dan menelan batang kontol Edi. Yeekk, suaranya karena merasa jijik. Bambang mengajarkannya kembali, akhh.. Anton memulainya dengan pelan dan laki-laki tersebut akhirnya mulai menikmatinya.
Aku berdiri, mendekatkan batang kontolku ke mulut Edi dan menyuruhnya untuk menelannya. Edi menolak sambil memalingkan mukanya. Aku mengusap rambutnya dan memutar kepalanya perlahan dan mendekatkan kepala kontolku ke bibirnya sambil kembali memintanya untuk menelan kontolku. Akhirnya Edi melakukannya. Aku langsung mendorong batang kontolku saat mulutnya terbuka.
Sementara Nano dengan bernafsu menyodomi Bambang, laki-laki tersebut menindih tubuh Bambang, mengangkat kedua kaki Bambang ke atas dan menggerakkan pantatnya dengan cepat. Desahan-desahan dan nafas berat Nano terdengar sambil sesekali mencumbu bibir Bambang dengan sangat bernafsu.
Aku menarik tangan Anton dan mendekati Nano yang sedang menyodomi Bambang. Anton yang terus mengocok-ngocok batang kontolnya menyaksikan pemandangan di depannya dan aku menyuruhnya untuk mengambil alih posisi Nano untuk menyodomi Bambang dan tanpa perintah kedua kalinya, Anton yang sudah bernafsu langsung menyodomi temannya tersebut.
Aku menyaksikan pemandangan tersebut dengan tersenyum puas, puas dengan keberhasilan apa yang telah kuperbuat. Aku memeluk tubuh Nano dari belakang, meremas-remas kontolnya yang licin tanpa jembut-jembut, yah aku selalu mencukurnya.
Beberapa saat kemudian kami berdua saling berciuman, bercumbu dan kemudian menghampiri Edi yang duduk sambil terus mengocok-ngocok kontolnya. Aku membungkukkan tubuhku dan langsung melahap batang kontol Edi, sementara Nano yang melihatku menungging begitu langsung menghunjamkan batang kontolnya ke dalam lubang pantatku, menyodok-nyodoknya dengan pelan, sesekali tangannya kurasakan meremas-remas kontolku yang agak melemas.
Kontol Edi terus kujilati, dari kepala kontolnya yang besar sampai pangkalnya yang berjembut lebat hitam dan ikal. Edi mendesah menikmati permainanku. Kembali batang kontolnya kubetot di dalam mulutku, menggesek-gesekan gigiku ke batang kontolnya yang membengkak besar tersebut hingga Edi akhirnya menyerah dengan permainanku, laki-laki tersebut tidak mampu menahan kenikmatan yang sangat luar biasa dan aku merasakan cairan kental hangat membanjiri langit-langit dalam mulutku. Akhh, begitu hangatnya.. Aku menatap Edi yang mengelus-elus dadanya yang berbulu, matanya terpejam. Sementar Nano masih terus menyodok-nyodok lubang pantatku, laki-laki tersebut menikmati inci demi inci lubang pantatku, menggoyang pantatnya sehingga bunyi peraduan pantatku dan pangkal pahanya terdengar.
Aku menggeser tubuhku ke depan sehingga kontol Nano terlepas, keluar dari lubang pantatku dan laki-laki tersebut langsung meremas-remasnya. Aku mengajak Edi berbaring di sofa dan merangkul punggungnya, mengatur posisi kakinya yang aku naikkan dengan kakiku, dan meletakkan pahanya tersebut pada lututku. Keadaan demikian membuatku dapat dengan mudah untuk menyodomi lubang pantatnya yang masih perawan dan berbulu banyak di sekitarnya.
Beberapa kali aku mengusahakan agar kepala kontolku yang besar dapat menembus lubang pantatnya, hingga sedikit demi sedikit aku dapat melakukannya dan aku langsung menekan pantatku saat kepala kontolku sedikit masuk ke dalam buritnya. Edi mendesah menahan sakit. Sedikit demi sedikit akhirnya batang kontolku masuk ke dalam lubang pantatnya dan aku mencumbu bibirnya, menciuminya. Tangan Edi beberapa kali memegang pahaku saat aku mulai menggerak-gerakkan pantatku agar ia dapat merasakan geli dan enak, merasakan kenikmatan antara gesekan dinding lubang pantatnya dengan batang kontolku.
Nano menarik tangan Anton dan mereka mendekatiku yang sedang memuaskan nafsuku bersama Edi, Nano menekan pundak Anton ke bawah sehingga mukanya mendekati kontol Edi. Tubuhnya yang sedikit menungging tersebut langsung disodomi oleh Nano. Dengan paksa Nano merobek burit Anton dengan kontolnya. Anton menjerit kesakitan, tetapi justru Nano terus menikmati lubang pantat Anton dengan terus menyodok-nyodok lubang pantat laki-laki tersebut. Nano membekap tubuh Anton sehingga laki-laki tersebut tidak dapat memberontak. Akupun mulai menggerak-gerakkan pantatku, merasakan betotan lubang pantat Edi yang begitu enak kurasakan. Akhh.. Laki-laki tampan yang begitu aku sukai.
Burit Edi, Anton, dan Bambang kugilir malam itu, kontolku merasakan lubang pantat ketiga laki-laki remaja tersebut begitu juga mulutku. Akhh.., berapa kali aku menikmati kenyalnya daging-daging segar tersebut, daging kenyal yang membuatku terpuaskan, batang yang panjang, besar dan sangat-sangat kenyal. Batang kontol Anton dan Edi kutelan secara bersamaan. Kontol kedua laki-laki tersebut merasakan empotan mulutku yang tidak habis-habisnya mendarat masuk ke dalam mulutku dan seperti tidak sabar untuk menunggu antrian untuk dinikmati, diisap-isap dan dikocok-kocok dengan mulutku.
Terasa waktu terlalu cepat berlalu hingga sudah pagi, entah berapa kali mulutku sudah merasakan semprotan mani ketiga laki-laki tersebut, entah berapa kali juga aku menyodomi lubang pantat mereka secara bergantian, dan entah sudah berapa banyak mani yang telah jatuh ke lantai hingga meninggalkan bekas 'pulau' yang baunya menambah gairahku. Akhh.. Malam yang sangat sensasional, tiga orang laki-laki telah kudapatkan malam itu. Akhh.. Jarang aku mendapatkan malam-malam seperti ini.
Aku tersenyum setelah mengantar mereka ke terminal bus untuk kembali pulang ke rumah mereka masing-masing dengan memberikan uang yang telah kujanjikan, dan Bambang akan terbebas dari kekuatan hipnotisku mulai besok pagi. Laki-laki tersebut akan menyadari bahwa lubang pantatnya sakit saat dia telah sadar, dan pasti bertanya-tanya apa yang terjadi gerangan, apalagi dengan adanya uang satu juta di dompetnya, akh entahlah dan aku tidak ingin memikirkannya.
"Bila butuh Omm, telepon yah", bisikku pada Edi.
Akhh.. Aku begitu menyukai laki-laki tampan tersebut. Kalau saja dia bersedia untuk kujadikan kekasih homosexku yang kedua, wah tambah seru lagi hidupku. Yah, itulah hidupku, jahat, jahat memang, dengan kekuatan hipnotisku aku dapat melakukan apa saja, apa saja yang aku suka dan aku dapat menjadi kaya seperti ini karena kekuatan hipnotisku juga.
Dua tahun yang lalu, kejahatanku ini sempat tercium oleh pihak kepolisian. Dua orang reserse mencoba menangkapku, namun justru mereka yang tertangkap olehku, dengan mengeluarkan kekuatanku secara maximal karena aku tahu bahwa mereka juga mempunyai "pegangan", aku berhasil menghipnotis mereka, mengajak mereka ke hotel dan aku melakukannya dengan mereka, melampiaskan nafsu sexualku, nafsu homoku kepada kedua polisi tampan tersebut. Salah mereka sendiri, kenapa malah polisi tampan yang disuruh untuk menangkapku.
Aku tak habis-habisnya menyodomi kedua laki-laki tersebut, mengisap-isap batang kontol Kapten Herman dan batang kontol Serka Robert yang besar panjang dan belum disunat lagi. Akhh.. Urat-urat batang kontol laki-laki tersebut menonjol besar. Akhh.. Gila.. Aku terpuaskan dan sangat terpuaskan merasakan maninya yang kental dan hangat. Enak gila, batang kontol Serka Robert kubetot di dalam mulutku hingga aku merasakan batangnya yang keras, aku jilati kulit ujung kontolnya dan kutarik dengan mulutku.
Laki-laki tersebut hanya diam dengan tatapan kosong tanpa desahan keluar dari mulutnya, tapi cukup memuaskan bagiku. Aku meninggalkan mereka setelah aku tepuaskan, yah aku sangat puas.
Aku tersenyum, saat salah satu surat kabar memberitakan bahwa dua orang anggota kepolisian kedapatan berhubungan antar sejenis di hotel X dan di kamar xx dan ditemukan lima juta rupiah di kamar tersebut dan satu gram shabu-shabu berikut alat hisapnya dan beberapa pil ecstacy. Rupanya mereka menikmati obat-obat terlarang itu dahulu sebelum berhubungan sex.
Entah sudah berapa puluh orang yang telah menjadi korban kejahatanku, merampok hartanya, atau menyodomi lubang pantatnya dan aku masih mencari korban berikutnya, dengan mengendarai mobil Panther kesayanganku untuk mencari laki-laki tampan di keramaian, di mall, di pusat perbelanjaan, di terminal, di bank atau di beberapa tempat ATM yang aku tahu pasti letaknya di kota ini.
Korban selanjutnya mungkin saja anda!! Hahaha..., akulah si raja hipnotis dan si raja sodomi.. Ingat!! Kejahatanku selalu dekat dan sangat dekat dengan anda. Di saat kalian lengah, di saat itu juga kesempatanku datang dan kalian akan segera berada di bawah kekuasaanku, di bawah pengaruh hipnotisku. Waspadalah...! Waspadalah...!