Menjadi seorang gay, bukanlah kemauan setiap orang. Seperti diriku ini, aku juga tidak mengharapkan kalau aku di lahirkan untuk menjadi seorang gay, seorang lelaki yang menyukai sejenisnya, bukan menyukai lawan jenisnya. Kalau ada pertanyaan mengapa seseorang itu bisa menjadi gay, aku tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Banyak hal yang bisa membentuk seseorang menjadi gay, tapi aku tidak ingin membahas hal ini karena banyak sekali kemungkinan yang bisa menjadi dasarnya.
Kalau di tanya mengapa aku menjadi seorang gay? Aku juga tidak bisa memberikan jawaban yang pasti, kemungkinannya ada beberapa hal, bisa saja karena sejak lahir aku telah mempunyai kelainan genetik atau mungkin karena pengaruh keluargaku.
Cerita Gay http://ceritakita.hexat.com
Sejak kecil, aku lebih banyak mendapatkan perhatian dari ibuku dibanding ayahku. Hal ini bisa di karenakan ayahku sudah cukup berumur saat aku di lahirkan dan hal lainnya aku juga bukanlah anak yang pertama ataupun kedua tetapi anak yang kesekian. Dan di usia ayahku itu, mungkin dia udah lelah untuk memanjakan anaknya. Jadi singkatnya, aku lebih banyak merasakan perhatian dari ibuku dan kakak-kakak perempuanku dan hasilnya aku bersikap jadi kewanita-wanitaan.
Sewaktu kecil, aku lebih senang bermain boneka di banding mobil-mobilan, di sekolah aku lebih banyak bergaul dengan teman-teman perempuan dan mungkin juga gayaku saat itu juga rada kemayu sehingga tak pelak lagi, sebutan banci atau bencong melekat padaku.
Sewaktu masa SD, SMP, aku mungkin tidak terlalu peduli akan sebutan itu, tetapi di masa SMU aku mulai gerah menerima sebutan itu, dan perlahan aku mulai mengubah sikapku dalam bergaul, mulai dari cara ngobrol, cara bersikap dan banyak hal lain. Tapi sebutan bencong itu tetap melekat dalam diriku hingga aku SMU, karena teman-temanku mengenalku sejak kecil. Dan setamat SMU, aku mulai kuliah di sebuah universitas di kotaku.
Dan aku merasa beruntung karena di kampusku itu, aku tidak bertemu lagi dengan teman-teman SMU-ku yang dulu, sehingga aku mulai bisa berubah sikap untuk menjadi seorang lelaki yang jantan, dan macho dan tidak ada lagi yang menyebutku dengan sebutan "banci".
Tetapi satu hal yang tidak bisa ku ubah dari diriku, yaitu rasa menyukai sesama jenis. Hal ini sudah kurasakan sejak aku masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Saat itu aku sudah mulai suka sekali untuk melihat yang namanya penis dan aku beruntung mendapatkan teman sekolah yang bisa memuaskan keinginanku saat itu. Dari temanku itu, aku merayunya hingga mereka membiarkan diriku untuk boleh memegang penisnya bila mereka bermain di rumahku.
Awalnya, setiap ketemu kami hanya saling memegang penis, memegang tubuh pasangan dan belum tahu yang namanya oral apalagi anal. Kemudian setelah duduk di bangku kelas 3 SMP, saat itu teman-teman mulai suka ke rumahku untuk menonton blue film karena kebetulan rumahku sepi. Dan dari pengalaman menonton film biru itu, kami berdua mulai suka membuka baju masing-masing dan mulai suka untuk mencium badan pasangan masing-masing, menjilatin puting dan saling ciuman tetapi belum berani untuk melakukan oral.
Sampai suatu waktu, saat kami berdua nonton film biru lagi, tiba tiba timbul keinginan bagi kami untuk mengikuti adegan yang ada di layar. Dan baru saat itu kami mulai saling mengoral satu sama lainnya dan kemudian saling menggesekkan penis kami berdua sampai kami berdua sama-sama orgasme dan kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencucinya. Hal itu sering kami lakukan apalagi di dukung oleh keadaan rumahku yang selalu sepi setiap hari. Dan hal itu tetap berlanjut hingga aku duduk di perguruan tinggi. Setiap kami bertemu di rumahku dan keadaannya mendukung, maka kami akan kembali melakukan hal itu.
Herannya, meskipun kami berteman sejak kecil dan melakukan hal itu berdua sejak kecil, tetapi kami tidak pacaran. Dan temanku itu boleh di bilang biseksual, karena dia masih bisa memacari cewek-cewek dan aku tidak pernah cemburu. Mungkin itu karena aku punya targetku sendiri yaitu cowok-cowok lainnya. Aku seorang yang punya nafsu besar dan ingin selalu melakukan hal itu dengan siapa saja yang aku temui.
Kemudian kami berpisah, aku sibuk dengan kuliahku dan dia juga, kami tinggal di satu kota tetapi berlainan jalan dan aku jarang mengkontaknya lagi. Dan saat itu untuk memenuhi nafsu birahiku yang besar, aku tiap hari melakukan onani sambil membayangkan bisa bermain seks dengan mereka. Kemudian aku suka sekali berenang dan hampir setiap hari aku pergi ke kolam renag, sampai suatu hari setelah siap berenang, aku menuju ke kamar mandi untuk mandi dan membilas badanku di shower.
Saat itu kurasakan ada seseorang yang selalu menatapku dan berusaha mengajakku ngobrol. Yah sebagai seorang yang bisa cepat akrab dengan siapa saja, kami mulai terlibat percakapan ringan. Sampai akhirnya dia memegang badanku dan mengatakan kaau badanku bagus, aku hanya tersenyum dan membalas ucapannya,
"Nggak usah ngejeklah, masa perut berlemak begini di bilang bagus."
Tetapi dia terus meraba badanku dan akhirnya memegang penisku, aku sempat tersentak, tapi dia punya jawaban yang bagus, katanya ada kotoran di penisku dan dia mengambilnya. Yah sebenarnya aku sudah tahu apa mau-nya dan aku cuman pura-pura saja dan akhirnya, kami berdua menuju toilet, mengunci pintu dan yah kalian tahu apa yang terjadi.
Hidupku begitu liar pada masa-masa tahun pertama, kedua dan ketiga saat duduk di bangku kuliah. Saat itu aku masih belum di berikan fasilitas honda ataupun mobil dari perusahaanku bekerja, sehingga praktisnya aku lebih banyak naik angkot ataupun taxi. Dan yang paling kusukai adalah naik Taxi ataupun becak untuk pulang-pergi ke kampus. Oh sebelum lupa, aku kuliah pada waktu sore hari karena siangnya aku bekerja.
Bila hari-hari biasa aku pergi ke kampus dengan angkot, maka pada waktu-waktu hujan deras, aku lebih memilih naik becak ataupun taxi, meskipun harganya lebih mahal, tapi aku punya keuntungan dobel. Yang pertama aku tidak kena hujan dan yang kedua tentunya aku bisa berkenalan dengan supir-supir taxi tersebut. Dengan cuaca yang saat hujan, di saat perjalanan, aku akan langsung memberikan beberapa pertanyaan menjurus ke supir taxi tersebut. Seperti,
"Wah hujan-hujan begini enaknya ngapain yah Mas?". Atau
"Sepulang antar saya, Mas pasti langsung pulang ke rumah untuk memuaskan adik kecil Mas, tul nggak?".
Dan bila kurasa jawaban yang di berikan adalah lampu hijau, maka tentunhya aku akan segera mendaratkan tanganku di gundukkan penisnya serambi berkata, "Wah udah naik nih Mas, hahahaha pengen ya?".
Dan bila supir taxi itu tidak mengelak, maka aku akan mulai membuka resleting celananya dan memegang langsung penisnya, kemudian mengarahkan supirnya untuk memakai jalan-jalan yang sepi kemudian aku mengeluarkan sapu tangan dari saku celanaku dan membersihkan penisnya dan yah memberikan oral padanya sampai dia merasa puas.
Tapi tak banyak kesempatan seperti itu datang padaku, selain ada beberapa supir yang tidak mau melakukannya denganku, juga terkadang kalau aku merasa tidak suka dengan supir taxi yang kutumpangi, biasanya aku akan duduk diam saja di taxi. Biasanya, aku lebih selektif memilih taxi, aku akan memilih yang berperawakan bersih dan enak di lihat.
Tapi yah itu semua masa laluku. Dan dua tahun belakangan ini, aku lebih bisa mengendalikan nafsu-ku, aku mulai tahu bahaya penyakit AIDS, dan aku tidak ingin menjadi salah satu korbannya. Aku tidak seliar dulu, mulai tahu memilih pasangan one night stand. Biasanya aku mau melakukan one night stand dengan lelaki yang aku suka, berpenampilan bersih dan ya berharap aku bisa memberikan service yang terbaik sehingga dia mau menjadi pacarku, tetapi aku sering kecewa, karena mereka hanya mengharapkan seks sesaat denganku.
Dan saat ini aku merasa hidupku lebih baik dari kehidupanku yang dulu, lebih teratur, tidak seliar dulu. Aku lebih banyak menghabiskan waktu luangku untuk chatting dengan teman-teman sehati, berharap menemukan seseorang yang mau menjadi pangeran dalam hidupku. Sebetulnya sudah sejak lama aku mengharapkan untuk segera mendapat pacar, tetapi ternyata mendapatkan seorang pacar di dunia gay ini sungguh sulit. Penampilan tidak merupakan masalah bagiku, karena aku sendiri juga bukan perfect person, wajahku juga biasa saja.
Hal yang membuat aku susah mendapatkan pacar, mungkin karena aku orangnya rada aneh. Aku suka chatting, suka berkenalan dengan teman-teman sehati, tetapi aku sulit untuk memberikan nomor handphoneku, di tambah aku juga orangnya sekarang sangat hati-hati, tidak berani melakukan copy darat, selain nggak pe de, aku juga takut bertemu dengan orang yang salah.
Aku ingin tidak banyak yang mengetahui kalau aku seorang gay, aku hanya ingin saat ini ada seorang pria dewasa dalam hidupku, menemaniku, itu sudah cukup, tapi yah mau cari dimana pangeran itu? Sebelumnya aku punya beberapa temen gay disini, kita sering share, tapi karena aku selalu menolak saat diajak jumpa, akhirnya mereka nyerah dan tidak pernah menghubungiku lagi, yap aku sedikit aneh. Tapi bagus juga mereka berbuat begitu, dengan begitu aku tahu kalau mereka memang bukan pasangan bagiku, karena mereka tidak punya kesabaran hahaha, aku ingin mendapatkan seseorang yang sabar sehingga kelak aku akan tertulari ilmu sabarnya.
Kapankah akan kudapatkan seseorang yang akan menemani hari-hariku, berbagi suka dan duka, saling membangun untuk hidup lebih baik dari sebelumnya, bukan hanya sebatas untuk seks, yah aku siap menikah dengan lelaki juga, tapi tentunya bukan disini.
Terakhir, bagi yang ingin berkenalan denganku, berbagi pengalaman hidup, menjadi teman ataupun ingin menjadi pangeranku, bisa mengirimkan email buatku. Aku, lelaki berumur 25 tahun, 175 65, straight act.
Setelah tulisanku yang pertama di muat, aku menerima beberapa email yang masuk ke dalam inbox emailku. Dan kebanyakan dari mereka menyatakan kalau kisahku itu mirip dengan kehidupan mereka, cuma mungkin mereka tidak punya waktu atau kemampuan untuk menulisnya disini. Dan ada beberapa yang juga menyatakan keinginan mereka untuk mengenalku lebih jauh dan berharap bisa menjadi pangeranku seperti yang aku inginkan pada kisahku sebelumnya.
Dan aku berterima kasih untuk semua email yang telah dikirimkan untukku dan tentunya semua sudah menerima balasan dariku. Aku berharap kita bisa bertahan dalam menjalin pertemanan yang baru kita lakukan dan untuk masalah "pangeran," aku rasa itu adalah sesuatu yang butuh waktu. Jadi Kita jalankan saja hidup ini mengikuti waktu yang terus berjalan dan lihat apa yang akan terjadi nantinya.
Berbicara mengenai cerita-cerita dalam situs ini, kadang aku merasa iri dan cemburu, membayangkan begitu mudahnya seseorang itu menemukan pasangan gay-nya, bukan untuk masalah pasangan untuk making-love tetapi lebih kepada masalah menemukan teman hidup. Aku iri sekali saat membaca kalau ada seseorang yang sudah menemukan pacarnya, hidup bersama dalam arti bukan serumah, tetapi dalam menjalankan hidup ini berdua, ada yang perhatian, ada teman untuk aktivitas dan teman untuk berbagi disaat senang atau saat duka melanda.
Aku sudah ingin sekali memiliki hubungan itu, menemukan seseorang yang aku sayangi dan menyayangi aku, tapi entah kapan akan kutemukan. Selama ini tentunya aku lebih banyak merasakan cinta "bertepuk sebelah tangan", menyukai seseorang, tapi dia tidak menyukai diriku. Entah apa yang salah dengan diriku.
Mungkin di karenakan aku juga terlalu berhati-hati dalam memilih pasangan dan terlalu banyak dalam memilih. Enggak tahu kenapa, aku lebih banyak mengikuti feelingku saat melakukan sesuatu. Tapi terkadang aku merasa benar dalam mengikuti feelingku itu. Seperti pengalamanku dengan seorang pria, dia aku kenal dari sebuah chat room dan dia juga tinggal di kota yang sama denganku. Setelah chat beberapa saat, dia meminta nomer handphoneku dan sepeerti biasa, aku memintanya untuk memberikan nomernya duluan kepadaku, baru aku akan mengirimkan SMS kepadanya, aku tidak mau tertipu. Yah akhirnya kami telah sama sama memberikan nomer masing masing. Dan perkenalan kami tetap berlangsung lewat SMS ataupun telepon. Dia meneleponku duluan dan kemudian setelah beberapa hari, kami memutuskan untuk bertemu. Yah aku bersedia karena dari suaranya aku merasa dia cukup baik, cukup care dan suaranya juga manly banget, nggak ada nada sissy atau keriting.
Kemudian pada hari yang di tentukan, kami bertemu di suatu tempat. Pada pandangan pertama, aku sudah merasa tidak suka dengan dirinya, entah mengapa. Wajahnya cukup oke, cuman gue rasa tidak menyukai penampilannya dan aku rasakan ada sesuatu yang membuatku tidak merasa nyaman dengan orang ini setelah bertemunya. Tapi aku tidak begitu saja meninggalkannya, aku masih berdamai dengan diriku, mencoba mengikuti komitmen yang telah kuperbuat dalam diriku sendiri yaitu, JANGAN MELIHAT ORANG DARI PENAMPILAN LUARNYA, TETAPI LIHAT APA YANG ADA DIDALAMNYA.
Dan setelah berdamai dengan diriku sendiri, aku mencoba bersikap wajar, menunggu apa yang akan dia katakan atau lakukan. Tetapi semakin dia berbicara, aku semakin merasa tidak nyaman. Akhirnya kami memutuskan untuk ke rumahnya, karena dia mengatakan kalau dia ingin mengambil barangnya yang ketinggalan. Tetapi aku sudah tahu apa maksud dia sebenarnya. Lalu sesampai di rumahnya, kami menuju kamarnya dan anda tentu tahu apa yang kami lakukan di dalam.
Setelah itu, aku permisi untuk pulang ke rumahku dan aku tetap merasa kalau dia bukan pasangan untuk diriku tetapi aku tetap berdamai dengan diriku untuk tetap menjalin hubungan. Aku tahu kalau mendapatkan pasangan itu susah dan masa gara-gara tidak menyukai penampilannya saja, aku harus meninggalkannya, itu nggak fair menurutku.
Lalu setelah sampai di rumah, aku menemukan dalam handphoneku ada panggilan tidak terjawab dari cowok tersebut dan aku merasa heran mengapa aku tidak mendengar panggilan itu, padahal seharusnya aku mendengar kalau handphoneku berbunyi. Tetapi aku tidak mempersoalkannya dan lalu aku menelepon balik dan bertanya mengapa dia meneleponku, dan dia menjawab,
"Sorry yah Her, tadi cuman miss call, soalnya pulsa gue sudak hampir habis, jadi aku menelepon kamu karena aku ingin minta kamu belikan dulu voucher pulsa untuk handphoneku."
Lalu aku meminta maaf kepadanya dan berkata kalau aku sudah di rumah dan tidak punya rencana untuk keluar rumah lagi. Dan dia tetap meminta tolong dengan dalih kalau dia malas untuk keluar rumah untuk membeli voucher tersebut soalnya tempatnya jauh dari rumahnya. Dan aku cuma bilang akan aku usahakan.
Dari hasil menelepon itu, akhirnya aku merasakan kalau firasat burukku terhadapnya itu adalah firasat yang benar, dia menginginkan materi. Dan aku juga bukan cowok yang bodoh, aku tahu betul jalan di sekitar rumahnya dan tahu ada toko-toko apa saja di dekat rumahnya, dan aku juga tahu kalau sekitar 50 meter di dekat rumahnya ada toko yang menjual handphone, berikut pulsa dan aksesoris. Jadi dari sana, aku bisa mengetahui mengapa dari tadi aku merasa tidak nyaman berada dekat orang itu.
Mungkin anda akan memberikan komentar, mungkin saja orang itu sudah ke toko handphone untuk membeli pulsa dan ternyata tidak ada, jadi menyuruh aku untuk membelinya. Itu alasan yang lebih buruk lagi, dia tinggal di pusat kota dan beberapa mall letaknya dekat dari rumahnya sementara dia tahu betul kalau rumahku sedikit jauh dari pusat kota. Jadi tidak ada alasan untuk menyuruhku membelinya selain itu juga, baru pertama kali kenal, sudah menyuruh aku untuk membelikan ini-itu. Itu hal yang paling tidak aku sukai, lain kalau kami sudah ketemu beberapa kali dan lebih mengenal. Dan setelah kejadian itu, aku tidak mau lagi menerima teleponnya dan membalas sms-smsnya seadanya. Sampai akhirnya dia bosan sendiri.
Jadi inti yang ingin aku bahas disini adalah kadang kita berkomitmen pada diri sendiri, untuk tidak melihat orang dari penampilannya, jadi setiap ketemu orang kita mencoba untuk menerimanya (tentunya setelah beberapa point terpenuhi, misalnya nggak sissy, manly, dll) apa adanya. Mencoba menolak firasat buruk yang ada di hati dan tidak mau mengganggap itu adalah suatu penolakan dari diri kita. Dan poinnya adalah, guys ikuti kata hatimu. Jangan karena selama ini jomblo, terus terima saja apa yang datang, tanpi mengikuti isi hati.
Yah ini cuman salah satu dari begitu banyak masalah yang pernah aku alami, dan dari pengalaman itu aku jadi lebih berhati-hati untuk menemui teman-teman sehati.
Jadi memang susah sekali hidup menjadi gay, banyak problema dan dilema yang harus kita hadapi. Kadang timbul rasa penyesalan dalam diriku, mengapa aku tidak di lahirkan menjadi seseorang yang normal, menyukai wanita, berpacaran dengan wanita, memikirkan pernikahan, punya anak dan lainnya.
Sebagai seorang gay, susah sekali dalam mencari pasangan, apalagi di negara kita tercinta ini, belum semua bisa menerima makhluk seperti kita (sorry bahasanya kacau), sehingga orang-orang seperti kita, juga saya tentunya, tidak berani untuk memproklamirkan dirinya as a gay. Sehingga kita tidak tahu yang mana gay dan bukan, harus menebak-nebak dahulu, mengikuti insting ke-gay-an kita dan sebagainya. Kalaupun nantinya kita menemukan pasangan kita, atau pacar tepatnya, kita juga nggak bisa mesra-mesra di luaran, merangkul pasangan kita, menggenggam tangan mereka di jalanan, dan kalau kita menginginkan hal itu, kita cuman bisa melakukannya di bioskop, rumah dan toilet tentunya hahaha.
Aku pernah mencoba untuk mengubah orientasiku sendiri, ingin menjadi pria normal, menyukai wanita dan berpacaran dengan mereka, menikah dan seterusnya. Di mulai dari saat aku beronani, aku mencoba untuk membayangkan untuk make love dengan seorang wanita bertubuh sexy, kubayangkan aku tengah bercumbu dengan Britney Spears, Shakira, Dian Satro, J-Lo dan lainnya, tapi di akhir pertempuranku itu, tanpa kusadari Britney tiba-tiba berubah menjadi Tom Cruise ataupun Ben Afflect dan aktor hollywood lainnya. Rencana pertamaku pun gatot alias gagal total.
Hal kedua, aku mencoba untuk berpacaran dengan seorang wanita, aku merencanakan untuk lebih dekat dengan beberapa teman perempuanku yang selama ini dekat denganku (yeah! Seperti jargon di film Arisan, GAY adalah teman baik bagi perempuan). Yah aku merasa aku lebih dekat dengan beberapa teman wanita, mungkin karena aku bisa lebih mengerti mereka karena naluri ke-gay-anku. Dan aku berpikir, tentunya gampang banget untuk bisa menggaet salah satu dari teman wanitaku untuk menjadi pacarku. Dan hal ini tentunya bukan hal yang sulit bagiku. Tapi semakin aku berpikir, aku semakin takut sendiri, aku tidak mau kalau akhirnya aku pasti akan putus dengan mereka, menyakiti hati mereka, dan aku takut kalau suatu hari aku mendapatkan pasangan lelaki-ku, aku juga di campakkan begitu saja.
Jadi aku memutuskan untuk tidak lagi mengubah diriku, karena aku takkan bisa berubah lagi, berpacaran dengan wanita hanya akan merupakan topeng bagi diriku untuk menutupi siapa diriku sendiri dan kemudian akhirnya aku sendiri yang akan sakit karena akan menyakiti hati wanita itu.
Akhir kata, jadilah dirimu apa adanya, nak. Bersabarlah dalam menemukan pasangan hidupmu, jangan pernah menyakiti orang lain hanya demi untuk menutupi ke-gay-anmu. Seperti diriku, aku juga akan tetap sabar untuk menemukan pasangan hidupku. Meski urgent juga sih sekarang. Pengen banget berbagi kasih sayang dengan seseorang, saat ini juga. Ada yang tetap disampingku saat aku sedih dan senang, dan aku juga akan lakukan hal yang sama. Tapi entah kapan??
Buat yang telah mengirimkan emailnya buat aku, Terima kasih banyak. Aku berharap kita bisa jadi teman yang baik, ataupun salah satu dari kalian akan pasangan hidupku.