Noldy, lagi-lagi cowok itu bertingkah aneh untuk menarik perhatian anak-anak kelas 3B. Namun kali ini yang dilakukannya sudah sangat kelewatan, bahkan sampai membuat semua siswi yang kebetulan sedang ada di dalam kelas pada saat jam istirahat itu berteriak histeris.
"Gila kau, Dy!" gumamku ketika kusaksikan sendiri Noldy menunjukkan keberaniannya yang semula hanya kuanggap hanya sekedar main-main. Ternyata Noldy memang pantas dengan julukan "cowok nekat" yang diberikan kepadanya oleh anggota gank preman selama ini.
Di siang yang panasnya begitu menyengat itu, seolah tanpa rasa malu sedikit pun, sang bintang Noldy membuka restleting celana abu-abunya di atas salah satu meja sambil mengumbar sengirannya yang nakal. Tak cukup di situ saja, ia lalu memegang kemaluannya yang sudah mengeras sebesar pisang ambon itu dan kemudian mengeluarkannya dari dalam sangkarnya, sebuah celana dalam G-String berwarna putih. Dan tentu saja, tontonan gratis saat jam istirahat kedua itu langsung menyedot perhatian dan langsung membuat suasana kelas menjadi gempar seketika dengan teriakan histeris beberapa orang siswi dan teriakan "Huu.." yang menggema hampir berbarengan di seluruh ruangan kelas, ruangan kelas yang berisi sekelompok siswa yang terkenal karena "sakit mental"-nya.
Pertunjukan itu tak lama, cuma sekitar 3 menit. Dan saat itu, sempat kulihat Noldy mengelus-elus batang penisnya seraya cengengesan, seolah-olah ia begitu bangga sekali dengan "adik"-nya yang berwarna kemerahan itu, lebih lagi karena ia merasa sudah berhasil mengalahkan kami dalam taruhan kemarin sore. Taruhan yang dimotori oleh sebuah alasan, "mempertahankan gengsi!" apalagi Noldy selama ini memang dikenal sebagai cowok pemberani, bahkan cukup berani untuk melakukan sesuatu gila seperti yang dilakukannya siang itu.
Kontolnya tak kurang dari 15 cm panjangnya, dan itu cukup besar untuk ukuran anak SMU seperti kami, belum lagi diameternya yang tak kurang dari 3 cm. Kebetulan aku dapat melihatnya dengan sangat jelas karena aku duduk di dekatnya saat itu. Noldy berdiri tepat didepanku, sehingga aku bisa leluasa memandangi kontolnya itu dari bawah, Pemandangan yang sungguh luar biasa! jelas sekali punya Noldy masih lebih besar daripada punyaku, belum lagi jembut-jembutnya yang tampak lebat sehingga menambah keseksiannya. Bagaimana rasanya melumat kontol sebesar itu? pasti nikmat sekali! Pikirku saat itu. Aku benar-benar terangsang menyaksikannya saat itu, sampai-sampai "rudal"-ku pun ikut-ikutan menegang dan mengeras di balik celana dalamku yang sudah basah dengan cairan precum itu.
Namun sayangnya, pemandangan itu tak berlangsung lama. Barangkali, Noldy takut juga jika nantinya harus berurusan dengan pihak sekolah karena aksi pornonya itu. Sang bintang renang itu pun lalu memasukkan kembali kontolnya ke dalam sangkar dan menguncinya rapat-rapat dengan restleting.
"Bagaimana aksiku?" tanya Noldy setengah berbisik di dekat kupingku.
Cerita Gay http://ceritakita.hexat.com
"Lumayan!" sahutku berpura-pura cuek.
"Lumayan gimana? Kau belum tentu berani melakukannya!" tegas Noldy.
Aku hanya mencibir ke arahnya sekedar untuk menggodanya, namun beberapa saat kemudian aku pun tersenyum sambil menepuk pundak sahabatku itu.
"Oke, aku mengaku kalah. Kau bisa ke rumah jam 5 nanti untuk mengambil kasetnya!" Noldy tertawa lebar mendengarnya, apalagi sudah lama ia ingin meminjam kaset BF-ku itu sejak aku, Noldy dan beberapa teman dari gank preman menontonnya bersama-sama sebulan yang lalu ketika baru saja kubeli.
Noldy tampak senang sekali, mukanya berseri-seri ketika ia berdiri di depan pintu pagar depan rumahku. Ia sudah datang setengah jam sebelum jam lima, dan kebetulan saat itu tak ada seorang pun di rumahku kecuali Bi Inah yang sedang menyapu pekarangan depan dan ia jugalah yang membukakan pintu untuk Noldy.
Tanpa disuruh Bi Inah, Noldy pun langsung nyelonong masuk begitu saja ke kamarku di lantai atas seperti yang biasa dilakukannya. Ia pula yang kemudian membangunkan aku dari tidur siangku yang sudah rada kelewatan itu. Hari itu memang hari yang sangat melelahkan, itu yang kurasakan. Apalagi rasa capek setelah mengurus persiapan acara perpisahan tadi pagi masih belum juga hilang. Saat letih seperti itu, bagiku tak ada kegiatan yang lebih menyenangkan selain menemani bantal gulingku seharian di dalam kamar sambil menikmati buaian alam mimpi.
Sebuah pukulan keras diarahkan tepat mengenai pantatku, tak ayal pukulan guling itu langsung membuatku terjaga seketika. Aku coba membuka mataku yang masih terasa berat untuk melihat apa yang terjadi, kupikir atap rumahku sedang runtuh terkena torpedo dan kemudian runtuhannya jatuh menimpaku. Namun begitu kulihat sekelilingku, tak ada yang istimewa kecuali wajah Noldy yang cengengesan seperti orang gila di sampingku.
"Bangun, pemalas! Jam segini masih tidur!"
"Mau apa kau kemari?!?" tanyaku setengah sadar.
"Mana kasetnya? BF Gay yang waktu itu!" pinta Noldy tak sabar sambil mengguncang-guncang tubuhku supaya aku segera bangun.
Dengan terpaksa, aku pun bangun dan kemudian duduk di atas kasur sambil bersandar pada tembok, mataku benar-benar masih berat, "Cari saja sendiri dibawah spring bed! Pakai sapu!"
Noldy pun segera mencarinya di bawah spring bed sesuai komando. Memang tempat itulah yang kurasa paling aman dari sekian banyak tempat persembunyian yang ada di rumahku untuk menyimpan barang-barang rahasia semacam kaset BF. Tak lama mencari, Noldy menemukannya!
"Kemana ortu-mu? Kok sepi banget?"
"Nggak tahu. Mungkin mereka sedang bulan madu di kutub utara!"
"Wah, asyik dong! Kayaknya, orang tuamu sering bulan madu yah!"
"Ya begitulah! Mereka itu nggak pernah sadar kalau sudah beranak lima!" sahutku asal.
Noldy terbahak-bahak mendengarnya. Ia tahu pasti kalau itu hanya lelucon sebab dia tahu kalau aku anak tunggal, satu-satunya yang dimanja oleh kedua orang tuaku.
Noldy masih memegang kaset bergambar pria telanjang itu, ia menimang-nimang sambil memelototinya sesekali, ia tampaknya sudah tak sabar lagi, "Fer, kasetnya aku putar di sini aja yah!" pinta Noldy kemudian.
"Kau suka juga kaset begituan? Kau gay yah?" tanyaku dengan ceplas ceplos seperti kebiasaanku.
"Gimana yah, susah jawabnya! Tapi jujur, aku penasaran! Enak nggak sih?" sahutnya ringan.
"Mau coba?" tantangku tanpa tedeng aling-aling. Beberapa saat Noldy hanya tercenung, ia menatapku dengan seribu satu pertanyaan di benaknya. Jelas sekali terlihat dari kerutan di dahinya bahwa ia kaget dan bingung dengan tantanganku barusan.
"Maksudmu?"
"Yah.. kita coba saja untuk tahu enaknya!"
"Dimana?"
Aku pun langsung beringsut mendekati Noldy dan tanpa bicara sepatah kata lagi, aku lantas menarik tabuhnya untuk menindih tubuhku di atas kasur. Badannya lumayan berat juga, Noldy memang tidak gemuk, namun ia atletis dan badannya berisi. Tetapi aku tak peduli, kami hanya sibuk saling melumat satu sama lain sambil bergulingan di atas kasur, mengikuti irama nafsu yang makin membara yang menambah suasana di kamar pribadiku itu menjadi makin panas. Kurasakan hantaman rudalnya di bawah sana sudah mulai meledak-ledak mengikuti irama permainan kami seolah-olah siap untuk melesak keluar, begitu hangatnya bergesekan dengan rudalku sendiri.
Noldy tak mau melepaskan ciumannya dari bibirku sampai kurang lebih sepuluh menit berlalu, ia mendaratkan ciuman-ciuman liarnya ke bibirku sambil sesekali kami memainkan lidah kami satu sama lain. Noldy semakin buas saja, ia seperti orang kehausan yang baru saja menemukan mata air.
Usai kissing, kami lanjutkan dengan necking. Betapa nikmatnya, menciumi leher Noldy yang putih mulus dan seksi itu, dengan sebuah tahi lalat kecil di sebelah kanan yang menjadi ciri khasnya. Sementara itu dalam waktu yang bersamaan, tangan kami pun tak tinggal diam, kurasakan tangan Noldy begitu liarnya meraba-raba dan menjamah bergantian seputar dada dan penisku yang sudah mengeras sejak beberapa saat yang lalu, sesekali ia meremas-remasnya bak memompa agar lebih perkasa lagi.
Sementara itu, tanganku sendiri mulai kuselipkan masuk ke sela-sela celana jeans ketat yang dipakai Noldy setelah aku tak cukup merasa puas hanya dengan merabanya dari luar. Dengan cepat kulonggarkan sedikit sabuk besi yang dipakai Noldy, dan setelah tanganku berhasil masuk ke dalam CD Noldy, mulailah kurasakan tanganku sedang menjamah selaras kontol berukuran besar yang sedang full ereksi. Siapa yang menduga kalau kontol yang tadi siang hanya bisa kulihat dan sempat membuatku tergiur, kini sudah berada di genggamanku. Tanpa dikomando, aku pun mulai meremas-remasnya sambil sesekali mengocoknya pula.
"Argh!" Noldy menggeliat-geliat sambil telentang di bawahku ketika kukocok kontolnya makin lama makin cepat.
Namun sesekali aku berhenti mengocok, agar spermanya tak cepat keluar sebelum kami puas menikmati permainan kami. Pada suatu kesempatan aku berhenti, kutanggalkan celana Noldy seluruhnya, bahkan T-shirt dan CD yang dipakainya sampai cowok ganteng itu telanjang bulat di depan mataku tanpa seutas benang pun yang membalut tubuhnya lagi. Noldy hanya menyeringai menyaksikan aksiku menelanjanginya, barangkali ini adalah pengalaman pertamanya ditelanjangi oleh orang lain.
Usai menelanjangi, kudekatkan mukaku ke seputar dada Noldy yang bidang dengan ditumbuhi sedikit bulu halus yang berbaris sampai ke seputar kemaluannya. Kemudian segera kulumat kedua puting susu Noldy yang berwarna kemerahan itu secara bergantian, setelah itu baru kujelajahi seluruh dada dan perut Noldy dengan permainan lidahku. Sesekali Noldy menggeliat sambil mengerang-erang menahan sensasi geli bercampur nikmat yang perlahan merayapi sekujur tubuhnya dan bergerak makin ke bawah.
Kini lidahku sudah sampai di seputar pusar, dimana sedikit saja dibawahnya sudah mulai ditumbuhi oleh jembut-jembut halus berwarna gelap yang mulai tampak lebat dan tumbuh liar mengitari batang kemaluan yang berdiri kokoh laksana tower mercusuar itu. Di bagian itu pula tampak warna kulit yang lebih putih berbentuk segitiga, sesuai dengan bentuk CD. Penampilan Noldy benar-benar seksi saat itu, dan tentu saja membangkitkan gairah birahi bagi siapa pun yang melihatnya seperti itu.
"Hisap lagi dong, Fer!" pinta Noldy setelah sekian lama aku hanya terbengong sendiri menyaksikan tubuhnya yang seksi itu.
Aku pun lantas memasukkan kembali kontol Noldy yang sudah makin melemas itu ke dalam mulutku, kujilat dari ujung sampai ke pangkal penisnya, dan kemudian kusedot keluar masuk di dalam mulutku. Menikmatinya, sepertinya membuatku melayang ke awan-awan dan aku seolah tak ingin segera berhenti. Cukup lama aku mengoral kontol Noldy sampai kami berdua merasa puas.
"Argh, nikmat! Teruskan Fer! aku sudah hampir keluar!" Noldy kemudian menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan yang dirasakannya saat itu, sementara itu, aku secara bergantian mengocok dan mengoral kontol Noldy dengan gerakan yang makin cepat seiring dengan denyut nafasku yang makin menggelora dan tak karuan saat itu.
Tak lama kemudian, tiga semprotan sperma hangat menyembur di dalam liang mulutku. Saking kuatnya dan juga karena terjadinya yang begitu tiba-tiba sehingga membuatku langsung tersedak oleh sperma Noldy yang masuk ke kerongkonganku.
Noldy terengah-engah, ia tampak begitu lelah dan menikmati permainan ini. Sambil mengelap peluh, ia berbisik pelan di dekat telingaku, "Ini pengalaman pertamaku, you're very great!" pujinya.
"I also never try it before. It's nice to share it with you!"
Tiba-tiba Noldy berbalik dan menindihku sambil mendekapku erat. Dengan suara pelan dan sedikit ragu, ia mengajukan sebuah pertanyaan sulit, "Kau mau jadi boyfriend-ku?!? I'm a gay!"
Sungguh pengakuan yang diluar dugaan, selama ini aku tak menyangka kalau Noldy adalah gay sebab penampilannya sama sekali tak sesuai dengan bayanganku tentang ciri-ciri gay selama ini. Pandanganku sebelumnya bahwa gay itu selalu tampil kemayu dan kewanita-wanitaan ternyata salah besar. Namun anehnya, mengapa aku bisa berpikiran seperti itu tanpa mengaca pada diriku sendiri, sebab aku pun seorang "pemburu" lelaki meski tak tampak kemayu seperti apa yang menjadi bayanganku.
Selama beberapa saat aku hanya terdiam, aku bingung bagaimana harus menjawabnya. Perasaan ini sebetulnya yang selama ini menjadi pergumulan beratku, aku memang cenderung untuk menutupinya dan mencoba untuk melupakannya. Namun apa lagi kini yang ada dihadapanku, tepat di depan batang hidungku. Seorang gay menawariku untuk menjadi kekasihnya?
Namun tiba-tiba, aku sampai pada keputusanku yang memang tak pernah kusesali sampai kini. Aku menggeleng dan melontarkan sebuah jawaban pendek, "I'm sorry!"
Perlahan-lahan, Noldy melepaskan pelukannya dan kemudian berbaring di sisiku. Dia hanya diam untuk beberapa saat, tampak kecewa, namun kelihatan sedang memikirkan sesuatu juga.
"It's better if we be a friend or brother more than as you just spoke!" ujarku kemudian sambil menggenggam erat tangan Noldy.
"Ok, I think so! Never mind!" sahut Noldy sambil mencoba untuk tersenyum kembali.
"You know, your smile is steal!" gurauku sambil menarik hidungnya. Sore itu pun kami habiskan waktu kami lebih banyak untuk mengobrol setelah kami memutar vCD bf itu di kamarku. Pengalaman hari itu pun selesai.
Satu hal yang penting, tidak ada yang lebih bijaksana dalam hidup selain daripada ketika kita bisa mengambil keputusan yang tepat pada saat yang tepat dan pada orang yang tepat, sebelum segala sesuatunya terlambat.
Cerita ini hanya sebagian saja dari lika-liku perjalananku yang kupersembahkan untuk para pembaca sekalian. Seperti yang sebelumnya, tentang benar atau fiktifnya cerita ini, silahkan kalian yang menilainya saja, sebab segala sesuatunya masih tetap menjadi misteri dan misteri memang masih belum terbongkar. Percayalah, masih ada begitu banyak misteri di dalam hidupku yang kurasa perlu kutuangkan dalam beberapa tulisan lagi sampai kalian benar-benar menyadari siapakah aku yang sesungguhnya. Aku tahu tak banyak dari kalian yang kukenal, tapi aku yakin hampir dari kalian semua pasti akan mengenaliku ketika misteriku berhasil terpecahkan.