Gadis Eksibisionis III
Ini ceritaku yang ketiga. Setelah kedua ceritaku sebelumnya dimuat di situs ini, aku mendapatkan banyak sekali e-mail. Ada yang menasihatiku untuk menghentikan kebiasaanku, ada yang mengajak berkenalan sampai yang tanpa basa basi mengajakku bercinta. Sebelumnya aku minta maaf kepada para pembaca yang kirim e-mail tapi tidak aku balas. Aku tidak punya banyak waktu dan memang aku sedikit selektif dalam menjawab e-mail yang masuk.
Selama setahun terakhir ini banyak hal yang aku lakukan dan mungkin menarik bagi pembaca yang kebetulan suka dengan cerita-ceritaku sebelumnya. Saat ini aku sudah punya pacar (sebut saja namanya Peter). Baru sekitar satu tahun aku jalan dengan dia. Peter orang Amerika yang bekerja sebagai karyawan ekspatriat di tempatku bekerja. Yang aku suka dari Peter, dia sangat romantis dan sangat mendukung kebiasaan eksibisionisku. Katanya dia sendiri bisa terangsang bila membayangkan kegilaan-kegilaanku dan bahkan dia sering memberikan ide kepadaku untuk menggoda pria lain bila kami sedang pergi berdua.
Cerita ini akan memuat beberapa pengalaman atau hal-hal seru yang kulakukan setahun terakhir.
Bali, Februari 2002
Aku berulang tahun di bulan Februari dan hadiah yang aku dapat dari Peter adalah liburan berdua ke Bali selama tiga hari. Kami ambil cuti dari kantor sehari dan menghabiskan akhir pekan di Bali. Di sana kami menginap di Hard Rock Hotel dan kamar yang kami tempati terletak di lantai bawah dan menghadap taman. Walaupun tidak ramai, banyak juga orang yang berjalan melewati kamar kami baik pengunjung maupun karyawan hotel. Sesuai dengan kebiasaanku, aku selalu membiarkan korden terbuka sehingga orang yang lewat bisa melihat ke dalam dan aku akan pura-pura tidak tahu. Aku akan melepaskan semua pakaianku dan berjalan-jalan atau tiduran dengan santai di kamar. Peter sendiri biasanya masih mengenakan celana pendek dan dia memang tidak seberani aku. Bila tahu ada orang di luar yang memperhatikanku, jantungku akan berdegup lebih kencang dan hal ini dapat membuatku terangsang. Bahkan pada waktu memesan makanan dari kamar aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggoda karyawan hotel. Begitu pintu kamar diketuk, aku masuk ke kamar mandi dan Peter yang membukakan pintu. Setelah itu aku akan keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan apa-apa dan pura-pura tidak tahu kalau ada orang lain di kamar. Sangat menarik memperhatikan reaksi orang bila tiba-tiba melihat seorang wanita telanjang bulat berdiri di hadapannya. Aku sudah sering melakukan hal ini dan reaksi orang biasanya berbeda-beda.
Hari Sabtu setelah makan pagi aku dan Peter turun ke kolam renang. Waktu itu aku mengenakan baju tanpa lengan (tanpa bra) dan celana pendek putih yang bawahnya lebar, tentu saja tanpa celana dalam juga seperti biasanya. Aku cari tempat yang strategis di tangga menuju ke kolam renang dan aku duduk di situ sambil membaca buku. Kakiku aku renggangkan dan bila ada orang yang berjalan ke arahku pasti dapat dengan jelas melihat bulu kemaluanku dan karena aku menunduk sambil membaca buku, orang yang melihatku dapat dengan bebas memandangi selangkanganku tanpa takut bertatapan mata denganku. Ada beberapa pria yang berjalan bolak-balik ke arahku untuk dan setiap kali lewat mereka pasti melihat ke arah selangkanganku.
Cukup lama aku duduk di situ sampai Peter memanggilku dan mengajakku berenang. Di kolam renang aku lihat banyak pengunjung yang sebagian besar wisatawan asing (Australia atau Jepang) dan ada 2 wanita yang aku lihat bertelanjang dada. Aku tahu kalau wanita akan terlihat lebih seksi bila tidak benar-benar telanjang karena akan memancing imajinasi pria. Pada waktu aku berjalan ke arah kolam renang banyak pria yang memperhatikan aku karena baju atasanku cukup ketat dan kedua putingku menonjol jelas di balik kain yang tipis itu. Ada sekelompok anak muda yang berbisik-bisik setelah melihatku dan aku yakin mereka membicarakan aku. Memang itu tujuanku sebenarnya. Begitu sampai di kamar ganti aku lepaskan pakaianku dan aku kenakan baju renang merah muda yang aku bawa. Belahan dada baju renangku cukup rendah dan lapisan dalamnya baik atas dan bawah sudah aku lepaskan.
Hasilnya buah dadaku tercetak jelas dan puting serta rambut kemaluanku yang lebat juga akan terlihat jelas bila baju renangku sudah basah. Walaupun baju renangku masih kering putingku yang besar dan berwarna coklat kemerahan terlihat samar-samar. Aku keluar kamar ganti dan dengan santai berjalan ke arah kolam renang. Orang-orang terus memandangiku dan kemudian aku masuk ke dalam air dan berenang ke arah Peter. Setelah sekitar 20 menit berenang, aku keluar dari air dan luar biasa sensasi yang aku rasakan karena puting dan rambut kemaluanku tercetak jelas dan hampir semua mata pria (dan juga wanita) memandang ke arahku. Aku ambil handukku dan sambil berdiri menghadap kolam aku angkat kedua tanganku dan mengeringkan rambutku. Banyak pasang mata yang menatap ke aku dan menikmati tubuhku yang nyaris telanjang dan hanya ditutupi baju renang tipis dan basah itu.
Setelah rambutku setengah kering, aku berjalan perlahan-lahan ke arah tempat berbaring yang ada di sisi kolam renang. Aku berbaring telentang di situ sambil mataku aku pejamkan dan kakiku aku buka sedikit. Orang yang lewat atau berenang ke arahku dapat dengan jelas melihat rambut kemaluanku yang basah di balik baju renang yang aku kenakan, apalagi posisi kakiku sedikit terbuka. Beberapa helai rambut kemaluanku juga sengaja aku keluarkan waktu di dalam air agar lebih menggoda. Aku menikmati saat-saat itu dan mungkin juga para pria yang melihatku.
Jakarta, Maret - April 2002
Walaupun aku yakin ada juga wanita yang mempunyai kebiasaan yang sama denganku, aku sendiri jarang sekali menemukan wanita lain yang seperti aku. Baru pada sekitar bulan Maret-April tahun ini aku bertemu dengan wanita eksibisionis lainnya. Waktu itu hari Sabtu dan aku sedang jalan-jalan di Pasaraya Blok M sendiri. Aku makan di food court di basement dan duduk sekitar 4 meter di depanku seorang wanita yang usianya sekitar 25an. Wanita itu mengenakan rok yang pendek dan duduk dengan kedua kaki yang terbuka cukup lebar sehingga celana dalam putihnya terlihat jelas. Aku perhatikan banyak pria yang melihat ke arahnya dan sepertinya dia cuek saja.
Pertama aku pikir mungkin dia tidak sadar kalau posisi duduknya seperti itu, tapi begitu dia bertatapan mata dengan pria yang duduk sebaris denganku dan tersenyum, baru aku tahu kalau ternyata dia sengaja menggoda para pria dengan sengaja mempertontonkon pahanya yang putih dan celana dalamnya. Aku perhatikan dia terus sampai dia juga tersenyum kepadaku. Kemudian aku beranikan diri menghampiri dia dan aku terus terang katakan kalau aku tertarik dengan apa yang dia lakukan karena aku juga sering melakukan hal yang sama. Setelah itu kami ngobrol panjang lebar dan dia bercerita kalau memang dia juga senang menggoda pria dan kebiasaan ini sudah dia lakukan sejak masih di SMU. Dia minta nomor telponku dan kami janjian untuk satu saat pergi berdua untuk have fun sambil mempraktekkan 'hobby' kami.
Minggu depannya kami janjian ketemu di Plaza Senayan dan sebelumnya sudah merencanakan pakaian apa yang akan kami kenakan. Aku pakai rok pendek ketat warna coklat muda dan baju atasan longgar warna coklat tua dengan potongan dada rendah. Temanku (sebut saja Ira) mengenakan baju atasan ketat dan rok pendek jeans. Kami berdua masih mengenakan bra karena tujuan kami hanya untuk menggoda dan kami tidak mau kelihatan murahan dan sengaja pamer. Memang kami berdua tidak mengenakan celana dalam, tapi kecuali ada orang yang memperhatikan, hal itu tidak terlalu mencolok. Tempat-tempat strategis untuk menggoda pria adalah di eskalator, food court dan juga di toko-toko.
Beberapa kali aku sengaja membungkukkan badan sambil pura-pura melihat-lihat barang agar pria yang lewat dapat melihat buah dadaku walaupun aku masih mengenakan bra. Atau aku akan berjongkok sambil melihat barang di rak paling bawah dengan posisi kaki sedikit terbuka sehingga pahaku terlihat jelas dan mungkin juga bila posisinya tepat, orang dapat melihat rambut kemaluanku. Rok jeans yang Ira kenakan sangat pendek dan bila dia berdiri sambil membungkukkan badan, bagian belakang roknya akan terangkat sampai hampir mencapai selangkangan. Di eskalator Ira juga beberapa kali membungkukkan badannya dan orang yang ada di belakangnya pasti bisa melihat selangkangannya dari bawah dan tahu kalau Ira tidak mengenakan celana dalam. Biasanya orang yang melihat akan terus memandangi kami berdua dan setelah itu berbisik-bisik.
Biar saja, kami pura-pura tidak tahu dan terus terang menikmati hal ini. Di department store Ira dapat ide untuk pura-pura mencoba baju di kamar pas yang terletak agak di tengah dan dipadati pengunjung di sekitarnya. Ira akan melepaskan semua pakaiannya, berdiri menghadap kaca dan kemudian aku akan pura-pura masuk untuk melihat baju yang akan dia beli. Tentu saja waktunya aku pilih sampai ada pria di sekitar kamar pas dan pintunya akan aku buka lebar-lebar. Orang di sekitar situ pasti dapat melihat Ira yang sedang berdiri telanjang di depan cermin.
Setelah Ira selesai, kami akan cari tempat lain dan kemudian giliran aku untuk melakukan hal yang sama. Di food court, kami cari tempat duduk di sisi escalator menghadap orang yang sedang naik. Dengan sedikit membuka kaki kami, orang yang naik eskalator dapat dengan jelas melihat selangkangan kami bahkan mungkin rambut kemaluanku karena aku duduk pas di samping eskalator.. Beberapa anak muda kami lihat beberapa kali turun naik eskalator sambil tertawa-tawa dan memperhatikan kami. Seperti biasa, kami pura-pura tidak tahu dan dengan santai menghabiskan makanan kami.
Sampai sekarang kami masih suka pergi berdua walaupun kadang-kadang hanya berbelanja biasa dan tidak melakukan yang aneh-aneh.
Bogor, Juli 2002
Pertengahan Juli 2002 perusahaan tempatku bekerja mengadakan training selama tiga hari di hotel Novotel Bogor. Ada sekitar 30 orang yang ikut dan aku tidur sekamar dengan teman wanita satu divisi. Karena kebanyakan teman kantorku juga masih muda (sekitar 25 ? 35 tahun), acaranya jadi cukup fun dan tidak membosankan. Di hari kedua aku ajak beberapa teman untuk main kartu di kamarku setelah makan malam dan ada 3 orang yang mau ikut, semuanya pria. Ruangan kamarku juga cukup besar sehingga 5 orang di kamar tidak terlalu sempit.
Di kamarku, kamar mandinya ada dua, satu di dalam kamar dan satu lagi yang menghadap taman dan ditutupi oleh pohon-pohon. Setelah selesai makan malam aku minta teman-teman priaku untuk langsung saja ke kamarku bila sudah selesai makan. Teman sekamarku masih makan dan dia bilang akan segera menyusul kalau sudah selesai. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan dan pintu kamarku sengaja aku buka sedikit supaya teman-temanku bisa langsung masuk. Begitu sampai di kamar, aku langsung menuju ke kamar mandi yang menghadap taman, melepaskan semua pakaianku dan mandi sambil berdiri di pancuran. Kalau ada yang masuk kamar pasti dapat langsung melihatku mandi karena pintu dan korden antara kamar dan kamar mandi aku buka lebar.
Setelah sekitar 5 menit aku mandi terdengar pintu depan diketuk. Aku pura-pura tidak mendengar dan karena pintunya sedikit terbuka ketiga teman kantorku langsung masuk tanpa menyadari kalau aku sedang mandi. Aku berdiri menyampingi kamar dan sambil keramas aku pura-pura tidak tahu kalau ada orang di kamar. Kedua tanganku kuangkat dan buah dadaku yang cukup besar terlihat jelas dari samping. Setelah aku selesai keramas, aku buka kakiku dan dengan posisi lutut sedikit ditekuk, aku mulai menyabuni kemaluanku dengan perlahan-lahan dan pura-pura tidak tahu kalau ada tiga orang pria di kamar dan sedang memperhatikanku.
Ada sekitar 3 menit mereka berdiri di kamar dan melihatku mandi. Begitu salah satu dari mereka memanggilku, aku pura-pura kaget dan menyuruh mereka keluar. Mereka tidak beranjak dan aku keluar dari shower dan berjalan menghadap mereka ke arah handuk yang sengaja aku taruh di dalam kamar. Sambil pura-pura panik, aku langsung menutupi badanku dengan handuk dan menegur mereka kenapa masuk tanpa mengetuk pintu. Salah satu dari mereka menjawab kalau tadi mereka sudah ketuk pintu tapi tidak ada jawaban dari dalam sehingga mereka masuk sendiri.
Kemudian aku ambil baju tidurku, ke kamar mandi dalam dan memakai baju tidurku. Aku tidak mengenakan bra dan celana dalam lagi sehingga putingku terlihat samar-samar di balik baju tidurku yang bahannya tipis dan pendek. Begitu aku keluar dari kamar mandi, mereka masih tersenyum-senyum melihatku. Mungkin mereka juga masih shock setelah melihat aku mandi. Salah satu dari mereka kemudian meledekku dan bilang kalau aku lupa mengenakan bra dan celana dalamku. Aku jawab kalau aku tidak perduli, toh barusan mereka sudah melihat aku mandi. Tak berapa lama kemudian teman sekamarku masuk dan kami mulai main kartu di ranjang. Pada waktu main kartu, beberapa kali aku mengganti posisi duduk dan ketiga teman priaku dengan senangnya akan memandangi selangkanganku yang tidak ditutupi apa-apa. Lucunya tidak ada satupun yang memberikan komentar dan mereka semua pura-pura tidak memperhatikan.
Anyer, Oktober 2002
Walaupun banyak orang yang pernah melihat tubuh telanjangku, aku belum pernah difoto bugil. Peter yang memberikanku ide untukku dan agar foto yang dihasilkan bagus, dia menyuruh fotografer professional kenalannya untuk mengambil gambar-gambarku. Lokasinya sendiri kami putuskan di pantai dan kami pilih Anyer karena di sana juga ada hotel yang bagus sehingga kami juga dapat mengambil gambar di hotel.
Ada tiga orang crew fotographer, sang fotografer sendiri dan dua orang pembantunya untuk urusan lightning dan membawa semua perlengkapannya. Sebelum pergi aku bawa banyak baju yang menurutku seksi, dari baju tidur sampai baju renang. Begitu sampai di hotel dan beristirahat sebentar, kami membahas pose-pose yang akan kami buat dan juga pakaian yang akan aku kenakan. Sesi pertama diambil di kamar hotel, dari masih mengenakan baju lengkap sampai aku benar-benar bugil. Selama sekitar 1 jam pemotretan aku juga berganti-ganti posisi dan baju. Fotograferku bilang kalau tidak sulit mengarahkan gayaku karena aku terlihat sangat comfortable.
Dia sendiri pernah beberapa kali diminta untuk melakukan pemotretan di mana modelnya telanjang dan biasanya model-modelnya masih risih dan malu-malu sehingga kadang-kadang menyulitkan. Keesokan paginya kami bangun pagi-pagi dan melakukan pemotretan di pantai yang masih sepi. Ada sekitar 1.5 jam kami melakukan pemotretan dari aku mengenakan berbagai baju renang, bikini, G-string tanpa atasan, kemeja putih yang dibuat basah sampai aku telanjang bulat dengan pose yang menantang. Sang fotografer bilang kepadaku kalau aku sangat berani, apalagi pada akhir pemotretan, sudah ada banyak orang di pantai dan mereka menontoni kami dari jauh.
Ada sekitar 150 foto yang dihasilkan dari hasil pemotretan dua hari di Anyer. Sekarang foto-fotonya dibagi menjadi tiga album. Dua album pertama berisi foto-fotoku dengan pakaian sexy atau setengah telanjang dan album terakhir foto-foto bugilku dengan berbagai pose yang menantang. Dua album pertama aku taruh di ruang tamu apartemenku dan yang terakhir hanya untuk konsumsi orang-orang yang sudah dekat denganku. Fotoku yang menurut Peter paling sexy adalah waktu aku memakai celana dalam putih dan kaos singlet tipis yang dibuat basah. Di gambar itu aku tidak benar-benar telanjang tapi puting dan rambut kemaluanku terlihat sangat jelas di balik pakaian yang basah.
next
Gadis Eksibisionis IV