watch sexy videos at nza-vids!

Situs Cerita Sex Dewasa





Cerita Panas Dewasa
Tukar Pasangan
www.ceritakita.hexat.com

Jayus

Orangnya buta huruf. Tapi kalau
ngomong ngentot, dia adalah playboy.
Playboy kampunglah. Tetapi aku
percaya. Tubuh macam dia punya
biasanya memang memiliki nafsu
gede. Lihat saja. Punggungnya
nampak sedikit bongkok. Tangan-
tangan dan kakinya penuh bulu.
Warna kulitnya yang coklat kehitaman
mengkilat kena keringat keringnya.
Ciri-ciri macam itu biasanya kontolnya
juga gede. Aku selalu merinding
menahan gejolak birahiku kalau dekat
dia. Tak bisa kulepaskan dari tonjolan
bagian depan celananya,
menggunung. Pantes saja, ibu-ibu
gatel hingga babu-babu genit sangat
asyik kalau ngomongin bagaimana
sepulang dari pasar tadi ngebonceng
ojeknya Jayus. Mereka cerita soal
baunya yang merangsang, soal
senggolan dengan tangannya yang
penuh bulu. Kadang-kadang mereka
sengaja menempelkan susunya saat
mbonceng ojek sepeda si Jayus.
Sebaliknya si Jayus, dia juga termasuk
banyak omong. Dia ceritakan kalau si
Nem, babu Koh Abong demen banget
nyiumin kontolnya. Dia enyotin
kontolnya hingga pejuhnya muncrat
ke mulutnya. Dia telan tuh pejuh,
nggak ada sisanya.
Bahkan dia juga cerita kalau Enci'nya
(bininya) Koh Abong suka mencuri-curi
pandang, dan menaik-naikkan alisnya
kapan pandangannya berbenturan
dengan mata Jayus. Dia lagi cari
kesempetan atau alasan bagaimana
bisa ketemu empat mata tanpa dilihat
lakinya.
Lain lagi Dety, orang Menado yang
lakinya kerja di kapal yang hanya 6
bulan sekali lakinya pulang dari laut,
itupun tidak lebih dari 1 minggu. Dety
berbisik sama Atun temen gosipannya,
'Uhh Tuunn, gue mau klenger deh
rasanya', suatu pagi dia buka
omongan, 'Kenape emangnya?', tanya
Atun balik dengan logat Betawinya
yang kental. 'Gua baru ngrasain deh.
Tuh kontol Jayus yang sedepa (mau
cerita betapa panjangnya) bener-
bener bikin semaput'. Kemudian dia
ceritakan bagaimana tanpa sengaja
suatu siang si Jayus kencing di kebon
samping rumahnya. Sebagai
perempuan yang kesepian karena
jarang dapat sentuhan lakinya, dia
iseng ngintip dari balik pohon angsana
dekat dapurnya. Dia lihat saat Jayus
merogoh celananya dan menarik
kontolnya keluar. Dety bilang
napasnya langsung nyesek. Dia
plintirin pentilnya sembari ngintip
Jayus kencing. Dia mengkhayal, '..
coba aku yang dia kencingin..
hhuuhh..'. Dan beberapa menit
sesudah Jayus meninggalkan tempat,
dengan gaya yang tidak memancing
perhatian orang dia nyamperin tuh
tempat kencingnya Jayus. Bagian
terakhir ini dan selanjutnya nggak dia
ceritakan sama si Atun.
Dia amati batang pohon mangga yang
dikencinginnya. Basah. Air liur Dety
menetes keluar, jakunnya naik turun.
Darahnya tersirap. Dan tanpa bisa
menahan diri, tahu-tahu tangan
kanannya sudah nyamperin tuh yang
basah di batang pohon. Diusapnya
basah kencing si Jayus di pohon itu.
Matanya nglirik kanan-kiri-depan
nggak ada orang lain, dia endus tuh
basah di tangannya itu. Wuu.. pesing
banget. Kemudian lidahnya menjulur
menjilati basah kencing Jayus itu.
Eddaann..
Semua cerita-cerita itu terung terang
membuat aku dipenuhi setumpuk
obsesi. Kapaann memekku diterobosi
kontolnya?! Dan dari kepalaku
mengalir berbagai gagasan untuk
menjebak Jayus. Dan kalau sudah
begini, mataku menerawang. Aku
pengin jilatin batangnya, bijih pelernya
sampai dia teriak-teriak keenakkan.
Aku akan ciumin pentilnya. Kemudian
ketiaknya. Aku akan jilatin semua
lubang-lubang bagian tubuhnya.
Wwwuu.. nafsu libidoku.. kenapa liar
begini ssiihh..?!
Suatu sore, karena ada beberapa
bumbu dapur yang habis, aku pergi ke
warung langgananku di pasar. Aku
pikir jalan sih nggak begitu jauh saat
tiba-tiba Jayus dari arah belakangku
naik sepeda ojeknya nawarin,
'Kemana bu? Saya anter?'. Terus
terang aku langsung terkesiap dan ..
gagap..,'Eehh kang Jayus (begitulah
aku biasa memanggil orang lain akang
atau kang sebagai tanda hormatku)
..eehh, ..bb ..boleehh, ..mau ke warung
langganan nihh'. seperti kebo yang
dicocok hidungnya, aku nyamperin jok
belakang sepedanya, naruh pantat di
boncengan sepeda si Jayus.
Seketika aku diserang obsesiku.
Sementara Jayus nggenjot sepeda,
agar tidak jatuh tanganku
berpegangan pada sadel yang tentu
saja menyentuh bokongnya. Ada
setrum yang langsung menyerang
jantungku. Deg, deg, deg. Aku
dekatkan wajahku ke punggungnya
hingga aku cium bau keringatnya.
'Narik dari jam berapa mas?', aku
buka omongan, 'Yaah nggak tentu bu.
Hari ini saya mulai keluar jam 10.00
pagi. Soalnya pagi-pagi tadi tetangga
minta bantu pasang kran air. PAM-nya
nggak mau keluar'. Wwaaoo.., tiba-
tiba ada ide yang melintas!
'Apa yang nggak mau keluar ..?', nada
bicaraku agak aku bengkokkan.
'Kenapa nggak mau keluar ..?', untuk
lebih memperjelas nada bicaraku yang
pertama. Jawabannya nggak begitu
aku dengar karena ramainya jalanan.
'Ooo.., kirain apaan yangg.. nggakk
keluarr..'. Dan tanpa aku sadari
sepenuhnya, tanganku menjadi
agresif, menepuki paha Jayus. 'Kirain
barang Mas Jayus yang ini nggak mau
keluar', mulutkupun tak lagi bisa
kukendalikan dengan sedikit aku iringi
sedikit ha ha hi hi.
'Aahh, ibuu, ntarr dilihat orang lhoo',
sepertinya dia menegor aku. Kepalang
basah, 'Habiiss.., orang-orang pada
ngomongin ini ssiihh..', aku sambung
omongan sambil tanganku lebih berani
lagi, menepuki bagian bawah
perutnya yang naik turun karena kaki-
kakinya menggenjot sepeda. Dalam
hatiku, kapan lagi kesempatan macam
ini datang.
'Siapa yang ngomoong buu..??', dia
balik tanya tapi nggak lagi ada
tegoran dari mulutnya. Dan tanganku
yang sudah berada di bagian depan
celananya ini nggak lagi aku tarik.
Bahkan aku kemudian mengelusi dan
juga memijat-mijat tonjolan
celananya itu. Aku tahu persis nggak
akan dilihat orang, karena posisi itu
adalah biasa bagi setiap orang yang
mbonceng sepeda agar tidak
terlempar dari boncengannya.
'Ibu berani banget nih, n'tar dilihat
orang terus nyampai-in ke bapak lho
buu'. Aku tidak menanggapi kecuali
tanganku yang makin getol meremas-
remas dan memijat. Dan aku rasakan
dalam celana itu semakin membesar.
Kontol Jayus ngaceng. Aku geragapan,
gemetar, deg-degan campur aduk
menjadi satu. 'Mas Jayuuss..', suaraku
sesak lirihh. 'Bbuu.., aku ngaceng
buu..'. Ooohh, obsesiku kesampaian..,
dan aku jawab dengan remasan yang
lebih keras.
Terus terang, aku belum pernah
melakukan macam ini. Menjadi
perempuan dengan penuh nafsu birahi
menyerang lelaki. Bahkan sebagai istri
yang selama ini cinta dan dicintai oleh
suaminya. Dan nggak perlu diragukan,
bahwa suamiku juga mampu
memberi kepuasan seks setiap aku
bersebadan dengannya.
Tetapi juga nggak diragukan pula
bahwa aku ini termasuk perempuan
yang selalu kehausan. Tidak jarang
aku melakukan masturbasi sesaat
sesudah bersebadan dengan suamiku.
Biasanya suamiku langsung tertidur
begitu habis bergaul. Pada saat seperti
itu birahiku mengajak aku
menerawang. Aku bayangkan banyak
lelaki. Kadang-kadang terbayang
segerombolan kuli pelabuhan dengan
badan dan ototnya yang kekar-kekar.
Telanjang dada dengan celana pendek
menunjukkan kilap keringatnya pada
bukit-bukit dadanya. Mereka ini
seakan-akan sedang menunggu giliran
untuk aku isepin dan kulum kontol-
kontolnya. Wwoo, khayalan macam
itu mempercepat nafsuku bangkit.
'Kang Jayus, aku pengin ditidurin
akang lho', aku bener-bener menjadi
pengemis. Pengemis birahi.
'Jangan bu, ibu khan banyak dikenalin
orang di sini', jawabnya, yang justru
membuat aku makin terbakar. 'Kita
cari tempat, nanti aku yang bayarin',
kejarku. 'Dimana bu, aku nggak
pernah tahu'. Iyyaa, tentu saja Jayus
nggak pernah mikir untuk nyewa
kamar hotel. Klas ekonominya tukang
ojek sepeda khan kumuh banget.
Saat nyampai di warung tujuan aku
turun dari sepedanya, 'Kang Jayus
tungguin saya yah', biar nanti aku
kasih tahu kemana mencari tempat
yang aman dan nyaman untuk acara
bersama ini.
'Nih tempatnya yang kang Jayus
tanyain tadi, barusan aku pinjem
pensil enciknya (pemilik warung) dan
aku tulis tuh alamat hotel yang pernah
aku nginap bersama suami saat
nemenin saudara yang datang dari
Surabaya.
'Maapin bu, saya nggak bisa baca',
ahh.. aku baru ingat kalau dia buta
huruf.., konyol banget nih. 'OK kang,
gini aja, besok akang tunggu saja aku
di halte bis depan sekolah SD Mawar,
tahu? Jam 10 pagi, OK?', dia ngangguk
bengong. Walaupun nggak bisa baca
rupanya dia tahu apa artinya 'OK'.
'Tt.. tapi bu.., n'tar ada yang ngliatin,
n'tar diaduin ke suami ibu, n'tar..',
rupanya dia belum juga mengambil
keputusan. Keputusan nekad.
Ampuunn.. Aku jadinya nggak sabar.
'Udahlah kang, ayyoo, sambil jalan..',
sementara hari udah mulai gelap,
lampu jalanan sudah menyala. Pada
jam begini orang-orang sibuk,
kebanyakan mereka yang baru pulang
kerja.
Kembali aku duduk di boncengan
sepedanya. Dan kembali aku langsung
merangkul pinggangnya hingga
tanganku mencapai bagian depan
celananya. Rupanya kontol Jayus udah
ngaceng. Tangankupun langsung
meremasi gundukkan di celananya itu.
'Bbuu, enaakk..', dia mendesah
berbisik. 'Makanya aayyoo kang.., aku
juga pengin ini banget..', jawabku
sambbil memijat gundukkan itu.
Beberapa saat kami saling terdiam,
saling menikmati apa yang sedang
berlangsung.
'Buu, bagaimana kalau ketempat lain
aja yang gampang bu??', wwoo.. aku
berbingar. Rupanya sambil jalan ini
Jayus mikirin tempat. 'Dimana?',
tanyaku penuh nafsu, 'Di rumah
kontrakan temen saya, kebetulan lagi
kosong, yang punya rumah lagi mudik,
lagian kebonnya lebar, nggak akan
ada yang ngliatin, apa lagi gelap
begini'.
'Jadi kang Jayus maunya sekarang
ini?', aku agak terperangah, nggak
begitu siap, n'tar suamiku nyariin lagi.
'Habis kapan lagi bu? Sekarang atau
besok-besok sama saja, lagian besok-
besok mungkin di rumah itu udah
ramai, pemiliknya udah pulang lagi'.
Kalau menyangkut nafsu birahi
riupanya Jayus ini nggak begitu bodoh.
Cukup lama sebelum akhirnya aku
menjawab, 'Ayyolahh..', sepeda ojek
langsung berbalik, beberapa kali
berbelok-belok masuk gang-gang
kumuh. Nampaknya orang-orang
ramai sepanjang jalan nggak mau
ngurusin urusan orang lain. Mereka
nampak tidak acuh saat kami
melewatinya.
Kemudian sepeda ini nyeberangin
lapangan yang luas dibawah tiang
tegangan tinggi sebelum masuk
rumah kontrakkan yang diceritakan
Jayus tadi. Di depan tanaman pagar
yang rapat ada pintu halaman dari
anyaman ambu, kami berhenti. Dari
dalam ada orang yang bergegas
keluar, 'Min, ini mpok gua, baru dateng
dari Cirebon, numpang istirahat
sebentar sebelum nerusin ke Bekasi,
rumah mertuanya
www.ceritakita.hexat.com
N'tar aku nggak
pulang mau ngantar ke Bekasi ya?!',
aahh.., lihai banget nih Jayus,
ngibulnya bener-bener penuh fantasi..
Aku salaman sama 'Min' tadi. Saat
bersalaman, salah satu jarinya dia
selipkan ke telapak tanganku
kemudian mengutiknya. Kurang ajar,
batinku, rupanya dia tahu kalau si
Jayus sekedar ngibul. Rupanya cara
macam ini sudah saling mereka kenali.
Rupanya kibulan tadi justru untuk aku.
Untuk menyakinkan aku bahwa
tempat ini aman untukku.
'Ayo bu, istrirahat dulu, mandi-mandi
dulu, n'tar aku ikut ke Bekasi, biar
nggak nyasar-nyasar', uuhh..tukang
kibulku.. yang.. sebentar lagi akan aku
jilati kontolnya.. Dan memang aku
sudah jadi perempuan yang nekad,
pokoknya harus bisa merasakan
ngentot sama Jayus. Dan sekarang ini
kesempatanya. Masa bodo dengan
segala kibulan Jayus, masa bodo
dengan tangan usil si 'Min' tadi.
Nggak tahunya aku dibawa ke loteng.
Dengan tangga yang nyaris tegak aku
mengikuti Jayus memasuki ruangan
yang sempit berlantai papan dengan
nampak bolong sana-sini. Dalam
ruangan tanpa plafon hingga
gentingnya yang rendah itu hampir
menyentuh kepala, kulihat tikar
tergelar. Dan nampak bantal tipis
kusam di ujung sana. Kuletakkan
barang bawaanku.
Tanpa menunggu ba bi Bu lagi Jayus
langsung menerkam aku. Tangannya
langsung memerasi bokongku
kemudian susu-susuku. Akupun
langsung mendesah.. Birahiku
bergolak.. Darahku memacu..
Aku menjadi sangat kehausan..
Tanganku langsung membuka kancing
celana Jayus kemudian
memerosotkannya. Dalam dekapan
dan setengah gelagapan yang
disebabkan kuluman bibir Jayus, aku
merabai selangkangannya. Kontol
yang benar-benar gede dan panjang
ini kini dalam genggaman tanganku.
Aku keras dan liatnya, denyut-
denyutnya. Kontol yang hanya
terbungkus celana dalam tipis hingga
hangatnya aku rasakan dari setiap
elusan tangan kananku. Kami saling
melumat. 'Bbuu, aku nafsu bangett
bbuu..', aku dengar bisikan desah
Jayus di telingaku. Hhheehh..
Kemudian tangan Jayus menekan
pundakku supaya aku rebah ke tikar
yang tersedia. Terus kami bergumul,
dia menaiki tubuhku tanpa
melepaskan pagutannya. Dan
tanganku merangkul erat tubuhnya.
Kemudian dia balik hingga tubuhku
ganti yang menindih tubuhnya. Aku
terus melumatinya. Lidahnya yang
menjulur kusedoti. Ludahku di-isep-
isep-nya.
'Bbbuu, aayyoo ..aku udah nggak
tahan nihh..'. Sama. Nafsu liarku juga
sudah nggak terbendung. Aku
prosotkan sendiri celana dalamku
tanpa mencopot roknya. Sementara
itu ciuman Jayus telah meruyak ke
buah dadaku. Wwwuu.. Aku
menggelinjang dengan amat sangat.
Bulu-bulu bewok dan kumis yang
tercukur rasanya seperti amplas yang
menggosoki kulit halus dadaku.
Dalam waktu yang singkat berikutnya
kami telah sama-sama telanjang
bulat. Jayus menindih tubuhku. Dan
aku telah siap menerima penetrasi
kontolnya ke vaginaku. Aku telah
membuka lebar-lebar selangkanganku
menyilahkan kontol gede Jayus itu
memulai serangan.
Saat ujung kemaluannya menyentuh
bibir vaginaku, wwuuhh ..rasanya
selangit. Aku langsung mengegoskan
pantatku menjemput kontol itu agar
langsung menembusi kemaluanku.
Sungguh aku menunggu tusukkan
batang panas itu agar kegatalan
vaginaku terobati.
Agak kasar tapi membuatku sangat
nikmat, Jayus mendorong dengan
keras kontolnya menerobos lubang
kemaluanku yang sempit sekaligus
dalam keadaan mencengkeram
karena birahiku yang memuncak.
Cairan-cairan pelumas yang keluar
dari kemaluanku tidak banyak
membantu. Rasa pedih perih
menyeruak saraf-saraf di dinding
vaginaku. Tetapi itu hanya sesaat..
Begitu Jayus mulai menaik turunkan
pantatnya untuk mendorong dan
menarik kontolnya di luang
kemaluanku, rasa pedih perih itu
langsung berubah menjadi
kenikmatan tak bertara. Aku menjerit
kecil.. tetapi desahan bibirku tak bisa
kubendung. Aku meracau kenikmatan,
'Enak banget kontolmu kang Jayuss..
aacchh.. nikmatnyaa.. kontolmu
Jayuss.. oohh.. teruusszzhh..
teruuzzhh.., uuhh gede bangett yaahh..
kangg.. kangg enakk..'
Genjotan Jayus semakin kenceng.
Bukit bokongnya kulihat naik turun
demikian cepat seperti mesin pompa
air di kampung. Dan saraf-saraf
vaginaku yang semakin mengencang
menimbulkan kenikmatan tak
terhingga bagiku dan pasti juga bagi si
Jayus. Dia menceloteh, 'Uuuhh buu,
sempit banget nonokmuu ..buu..,
sempit bangeett.. bbuu enaakk
bangett..'. Dan lebih edan lagi, lantai
papan loteng itupun nggak kalah
berisiknya. Aku bayangkan pasti si
'Min' dibawah sono kelimpungan
nggak keruan. Mungkin saja dia
langsung ngelocok kontolnya sendiri
(onani).
Terus terang aku sangat tersanjung
oleh celotehannya itu. Dan itu
semangatku melonjak. Pantatku
bergoyang keras mengimbangi
tusukkan mautnya kontol Jayus. Dan
lantai papan ini .. berisiknyaa.. minta
ampun!
Percepatan frekwensi genjotan kontol
dan goyangan pantatku dengan cepat
menggiring orgasmeku hingga ke
ambang tumpah, 'Kang .. kang..
kang..kang.. aku mau keluarrcchh..
keluarrcchh.. aacchh..', aku histeris.
Ternyata demikian pula kang Jayus.
Genjotan terakhir yang cepatnya tak
terperikan rupanya mendorong berliter-
liter air maninya tumpah membanjiri
kemaluanku. Keringat kami tak lagi
terbendung, ngocor.
Kemudian semuanya jadi lengang.
Yang terdengar bunyi nafas ngos-
ngosan dari kami. Dari jauh kudengar
suara kodok, mungkin dari genangan
air comberan di kebon.
Aku tersedar. Dirumah pasti suamiku
gelisah. 'Kang Jayus, aku mesti cepet
pulang nih ..', Dia hanya melenguh
'..hheehh..'. Kulihat kontolnya ternyata
masih tegak kaku keluar dari
rimbunan hitam jembutnya menjulang
ke langit. Apa mungkin dia belum
puas?? Aku khawatir kemalaman nih.
'Ayyoo kang, pulang dulu.., kapan-
kapan kita main lagi yaahh ..'.
Jayus bukannya bangun. Dia berbalik
miring sambil tangannya memeluk
tubuhku mulutnya dia tempelkan ke
pipiki dan berbisik, 'Buu, aku masih
kepingin..', 'Nggak ah.., aku kan takut
kemalaman, nanti suamiku nyariin
lagi'. 'Jangan khawatir bu.. Sebentar
saja.. Aku pengin ibu mau ngisepin
kontolku. Kalau diisepin cepat koq
keluarnya dan aku cepat puas. Lihat
aja nih, dianya nggak mau lemes-
lemes. Dia nunggu bibir ibu nihh..'.
Jayus menunjukkan kontolnya yang
gede panjang dalam keadaan
ngaceng itu. 'Ayyoo dong buu.., kasian
khan .., bbuu..?!'. Dia mengakhiri
omongannya sambil bangkit,
menggeser tubuhnya, berdiri
kemudian ngangkangin dadaku lantas
jongkok. Posisi kontolnya tepat di
wajahku. Bahkan tepat di depan
bibirku. 'Aayyoo buu, isepin duluu..,
ayyoo buu, ciumin, jilat-jilat..'. Aku jadi
nggak berkutik. Aku pikir, biarlah, OK-
lah, supaya cepat beres dan cepat
pulang.
Kuraih kontol itu, kugenggam dan
kubawa kemulutku. Aku jilatin
kepalanya yang basah oleh
spermanya sendiri tadi. Aku rasain
lubang kencingnya dengan ujung
lidahku. 'Aammpuunn..
Enakkbangett..', Jayus langsung teriak
kegatalan.
Sambil tanganku mempermainkan
bijih pelernya, kontol itu aku enyotin
dan jilatin. Rupanya Jayus ingin aku
cepat mengulumnya. Dan dia kembali
mulai memompa. Kali ini bukan
memekku tetapi mulutku yang dia
pompa. Pelan-pelan tetapi teratur. Dan
aku.., uuhh.. merasakan kontol gede
dalam rongga mulutku.., rasa asin,
amis, pesing dan asem berbaur yang
keluar dari selangkangan, jembutnya,
bijih pelernya.., nafsuku kembali hadir.
Dan pompa Jayus mencepat. Aku
mesti menahan dengan tanganku agar
kontol itu tidak menyodok
tenggorokanku yang akan
membuatku tersedak. Tidak lama ..
Tiba-tiba Jayus menarik kontolnya dan
tangan kanannya langsung
mengocoknya dengan cepat persis
didepan muluku. 'Ayoo bu, minum
pejuhku.. Buu, ayo makan nih
kontolkuu.. Ayoo buu..minumm..buu..
Bbbuu..', kocokkan itu makin cepat.
Dan reflekku adalah membuka mulut
dan menjulurkan lidahku. Aku
memang pengin banget, memang
menjadi obsesiku, aku pengin minum
sperma si Jayus. Dan sekarang ..
Entah berapa banyak sperma Jayus
yang tumpah kali ini. Kurasakan
langsung ke mulutku ada sekitar
banyak kali muncratan. Dan aku
berusaha nggak ada setetespun yang
tercecer. Uuuhh.., aku baru merasakan.
Gurihnya sperma Jayus mengingatkan
aku pada rasa telor ayam kampung
yang putih dan kuningnya telah
diaduk menjadi satu. Ada gurih, ada
asin, ada tawarnya.. dan lendir-lendir
itu ..nikmatnyaa..
Saat pulang kuselipkan dalam
genggaman si 'Min' lembaran Rp. 50
ribu. Mungkin semacam ongkos
bungkam. Dia dengan senang
menerimanya. Tak ada lagi jari ngutik-
utik telapak tanganku.
Jayus menurunkan aku di belokkan
arah rumahku. Aku beri Jayus
lembaran Rp. 100 ribu, tetapi dia
menolak, 'Jangan bu, kita khan sama-
sama menikmati.., dan terserah ibu..,
kalau ibu mau, kapan saja saya mau
juga .. Tetapi saya nggak akan pernah
mencari-cari ibu, pemali, n'tar jadi
gangguan, nggak enak sama
bapaknya khan?!'. Wah.., dia bisa
menjaga dirinya dan sekaligus
menjaga orang lain. Aku senang.
Sesampai di rumah ternyata suamiku
tidak gelisah menunggu istrinya.
Kebetulan ada tamunya, tetangga
sebelah teman main catur. Aku cepat
tanggap, 'Udah dibikinin kopi belum
pak?!' ..yang terdengar kemudian ..
Skak!


1 | 1 | 5004
BACKHOME
© 2010 CeritaKita.Hexat.Com
Kumpulan Cerita Dewasa




Home
Cerita-XXX
Cerita Stim
Cerita Erotis
Sumber Cerita
Thai Stories


© 2009 - 2014 CeritaKita-X
Cerita mesum dan Artikel seks