watch sexy videos at nza-vids!

Situs Cerita Sex Dewasa




Cerita Panas Dewasa
Penyiksaan
www.ceritakita.hexat.com

Kasir Swalayan

Desy yang masih berumur 25 tahun
tidak menyadari bahayanya bekerja
sebagai kasir di sebuah toko serba
ada di Jakarta. Dengan semangat dan
keinginan untuk mandiri membuat
dirinya tidak mempedulikan nasehat
orang tuanya yang merasa risau
melihat putriya sering mendapat
giliran jaga dari malam hingga pagi.
Desy lebih memilih bekerja pada shift
tersebut, karena dari saat tengah
malam sampai pagi, jarang sekali ada
pembeli, sehingga Desy bisa belajar
untuk kuliahnya siang nanti.
Sampai akhirnya pada suatu malam,
Desy mendapati dirinya ditodong oleh
sepucuk pistol tepat di depan
matanya. Yang berambut Gondrong,
dan yang satu lagi berkumis tebal.
Mereka berdua, menerobos masuk
membuat Desy yang sedang
berkonsentrasi pada bukunya terkejut.
"Keluarin uangnya!" perintah si
Gondrong, sementara si Kumis
memutuskan semua kabel video dan
telepon yang ada di toko itu. Tangan
Desy gemetar berusaha membuka laci
kasir yang ada di depannya, saking
takutnya kunci itu sampai terjatuh
beberapa kali. Setelah beberapa saat,
Desy berhasil membuka laci itu dan
memerikan semua uang yang ada di
dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada
si Gondrong, Desy tidak
diperkenankan menyimpan uang lebih
dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu
setiap kelebihannya langsung
dimasukan ke lemari besi. Setelah si
Gondrong merampas uang itu, Desy
langsung mundur ke belakang, ia
sangat ketakutan kakinya lemas,
hampir jatuh.
"Masa cuma segini?!" bentak si
Gondrong.
"Buka lemari besinya! Sekarang!"
Mereka berdua menggiring Desy
masuk ke kantor manajernya dan
mendorongnya hingga jatuh berlutut
di hadapan lemari besi. Desy mulai
menangis, ia tidak tahu nomor
kombinasi lemari besi itu, ia hanya
menyelipkan uang masuk ke dalam
lemari besi melalui celah pintunya.
"Cepat!" bentak si Kumis, Desy
merasakan pistol menempel di
belakang kepalanya. Desy berusaha
untuk menjelaskan kalau ia tidak
mengetahui nomor lemari besi itu.
Untunglah, melihat mata Desy yang
ketakutan, mereka berdua percaya.
"Brengsek! Nggak sebanding sama
resikonya! Iket dia, biar dia nggak bisa
manggil polisi!" Desy di dudukkan di
kursi manajernya dengan tangan
diikat ke belakang. Kemudian kedua
kaki Desy juga diikat ke kaki kursi
yang ia duduki. si Kumis kemudian
mengambil plester dan
menempelkannya ke mulut Desy.
"Beres! Ayo cabut!"
"Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia
boleh juga ya?!".
"Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita
cuma dapet 100 ribu, cepetan!".
"Gue pengen liat bentar aja!".
Mata Desy terbelalak ketika si
Gondrong mendekat dan menarik t-
shirt merah muda yang ia kenakan.
Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu
robek membuat BH-nya terlihat.
Payudara Desy yang berukuran
sedang, bergoyang-goyang karena
Desy meronta-ronta dalam ikatannya.
"Wow, oke banget!" si Gondrong
berseru kagum.
"Oke, sekarang kita pergi!" ajak si
Kumis, tidak begitu tertarik pada Desy
karena sibuk mengawasi keadaan
depan toko.
Tapi si Gondrong tidak peduli, ia
sekarang meraba-raba puting susu
Desy lewat BH-nya, setelah itu ia
memasukkan jarinya ke belahan
payudara Desy. Dan tiba-tiba, dengan
satu tarikan BH Desy ditariknya, tubuh
Desy ikut tertarik ke depan, tapi
akhirnya tali BH Desy terputus dan
sekarang payudara Desy bergoyang
bebas tanpa ditutupi selembar
benangpun.
"Jangan!" teriak Desy. Tapi yang
tedengar cuma suara gumaman.
Terasa oleh Desy mulut si Gondrong
menghisapi puting susunya pertama
yang kiri lalu sekarang pindah ke
kanan. Kemudian Desy menjerit ketika
si Gondrong mengigit puting susunya.
"Diem! Jangan berisik!" si Gondrong
menampar Desy, hingga berkunang-
kunang. Desy hanya bisa menangis.
"Gue bilang diem!", sembari berkata itu
si Gondrong menampar buah dada
Desy, sampai sebuah cap tangan
berwarna merah terbentuk di
payudara kiri Desy. Kemudian si
Gondrong bergeser dan menampar
uang sebelah kanan. Desy terus
menjerit-jerit dengan mulut diplester,
sementara si Gondrong terus
memukuli buah dada Desy sampai
akhirnya bulatan buah dada Desy
berwarna merah.
"Ayo, cepetan cing!", si Kumis menarik
tangan si Gondrong.
"Kita musti cepet minggat dari sini!"
Desy bersyukur ketika melihat si
Gondrong diseret keluar ruangan oleh
si Kumis. Payudaranya terasa sangat
sakit, tapi Desy bersyukur ia masih
hidup. Melihat sekelilingnya, Desy
berusaha menemukan sesuatu untuk
membebaskan dirinya. Di meja ada
gunting, tapi ia tidak bisa bergerak
sama sekali.
"Hey, Roy! Tokonya kosong!".
"Masa, cepetan ambil permen!".
"Goblok lo, ambil bir tolol!".
Tubuh Desy menegang, mendengar
suara beberapa anak-anak di bagian
depan toko. Dari suaranya ia
mengetahui bahwa itu adalah anak-
anak berandal yang ada di lingkungan
itu. Mereka baru berusia sekitar 12
sampai 15 tahun. Desy mengeluarkan
suara minta tolong.
"sstt! Lo denger nggak?!".
"Cepet kembaliin semua!".
"Lari, lari! Kita ketauan!".
Tiba-tiba salah seorang dari mereka
menjengukkan kepalanya ke dalam
kantor manajer. Ia terperangah
melihat Desy, terikat di kursi, dengan t-
shirt robek membuat buah dadanya
mengacung ke arahnya.
"Buset!" berandal itu tampak terkejut
sekali, tapi sesaat kemudian ia
menyeringai.
"Hei, liat nih! Ada kejutan!"
Desy berusaha menjelaskan pada
mereka, menggeleng-gelengkan
kepalanya. Ia berusaha menjelaskan
bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia
berusaha minta tolong agar mereka
memanggil polisi. Ia berusaha
memohon agar mereka melepaskan
dirinya dan menutupi dadanya. Tapi
yang keluar hanya suara gumanan
karena mulutnya masih tertutup
plester. Satu demi satu berandalan itu
masuk ke dalam kantor. Satu,
kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima!
Lima wajah-wajah dengan senyum
menyeringai sekarang mengamati
tubuh Desy, yang terus meronta-ronta
berusaha menutupi tubuhnya dari
pandangan mereka. Berandalan, yang
berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-
kagum dengan penemuan mereka.
"Gila! Cewek nih!".
"Dia telanjang!".
"Tu liat susunya! susu!".
"Mana, mana gue pengen liat!".
"Gue pengen pegang!".
"Pasti alus tuh!".
"Bawahnya kayak apa ya?!".
Mereka semua berkomentar
bersamaan, kegirangan menemukan
Desy yang sudah terikat erat. Kelima
berandal itu maju dan merubung
Desy, tangan-tangan meraih tubuh
Desy. Desy tidak tahu lagi, milik siapa
tanga-tangan tersebut, semuanya
berebutan mengelus pinggangnya,
meremas buah dadanya, menjambak
rambutnya, seseorang menjepit dan
menarik-narik puting susunya.
Kemudian, salah satu dari mereka
menjilati pipinya dan memasukan
ujung lidahnya ke lubang telinga Desy.
"Ayo, kita lepasin dia dari kursi!"
Mereka melepaskan ikatan pada kaki
Desy, tapi dengan tangan masih
terikat di belakang, sambil terus
meraba dan meremas tubuh Desy.
Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil
mereka menyeret Desy keluar menuju
bagian depan toko. Desy meronta-
ronta ketika merasa ada yang
berusaha melepaskan kancing
jeansnya. Mereka menarik-narik jeans
Desy sampai akhirnya turun sampai
ke lutut. Desy terus meronta-ronta,
dan akhirnya mereka berenam jatuh
tersungkur ke lantai. Sebelum Desy
sempat membalikkan badannya, tiba-
tiba terdengar suara lecutan, dan
sesaat kemudian Desy merasakan
sakit yang amat sangat di pantatnya.
Desy melihat salah seorang berandal
tadi memegang sebuah ikat pinggang
kulit dan bersiap-siap
mengayunkannya lagi ke pantatnya!
"Bangun! Bangun!" ia berteriak,
kemudian mengayunkan lagi ikat
pinggangnya. Sebuah garis merah
timbul di pantat Desy. Desy berusaha
berguling melindungi pantatnya yang
terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi
tidak peduli, ia kembali mengayunkan
ikat pinggang tadi yang sekarang
menghajar perut Desy.
"Bangun! naik ke sini!" berandal tadi
menyapu barang-barang yang ada di
atas meja layan hingga berjatuhan ke
lantai. Desy berusaha bangun tapi
tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan
menghajar buah dadanya. Desy
berguling dan berusaha berdiri dan
berhasil berlutut dan berdiri. Berandal
tadi memberikan ikat pinggang tadi
kepada temannya. "Kalo dia gerak,
pukul aja!"
Langsung saja Desy mendapat
pukulan di pantatnya. Berandal-
berandal yang lain tertawa dan
bersorak. Mereka lalu mendorong dan
menarik tubuhnya, membuat ia
bergerak-gerak sehingga mereka
punya alasan lagi buat memukulnya.
Berandal yang pertama tadi kembali
dengan membawa segulung plester
besar. Ia mendorong Desy hingga
berbaring telentang di atas meja.
Pertama ia melepaskan tangan Desy
kemudian langsung mengikatnya
dengan plester di sudut-sudut meja,
tangan Desy sekarang terikat erat
dengan plester sampai ke kaki meja.
Selanjutnya ia melepaskan sepatu,
jeans dan celana dalam Desy dan
mengikatkan kaki-kaki Desy ke kaki-
kaki meja lainnya. Sekarang Desy
berbaring telentang, telanjang bulat
dengan tangan dan kaki terbuka lebar
menyerupai huruf X.
"Waktu Pesta!" berandal tadi lalu
menurunkan celana dan celana
dalamnya. Mata Desy terbelalak
melihat penisnya menggantung,
setengah keras sepanjang 20 senti.
Berandal tadi memegang pinggul Desy
dan menariknya hingga mendekati
pinggir meja. Kemudian ia menggosok-
gosok penisnya hingga berdiri
mengacung tegang.
"Waktunya masuk!" ia bersorak
sementara teman-teman lainnya
bersorak dan tertawa. Dengan satu
dorongan keras, penisnya masuk ke
vagina Desy. Desy melolong
kesakitan. Air mata meleleh turun,
sementara berandal tadi mulai
bergerak keluar masuk. Temannya
naik ke atas meja, menduduki dada
Desy, membuat Desy sulit bernafas.
Kemudian ia melepaskan celananya,
mengeluarkan penisnya dari celana
dalamnya. Plester di mulut Desy
ditariknya hingga lepas. Desy
berusaha berteriak, tapi mulutnya
langsung dimasuki oleh penis berandal
yang ada di atasnya. Langsung saja,
penis tadi mengeras dan membesar
bersamaan dengan keluar masuknya
penis tadi di mulut Desy. Pandangan
Desy berkunang-kunang dan merasa
akan pingsan, ketika tiba-tiba
mulutnya dipenuhi cairan kental, yang
terasa asin dan pahit. Semprotan demi
semprotan masuk, tanpa bisa
dimuntahkan oleh Desy. Desy terus
menelan cairan tadi agar bisa terus
mengambil nafas.
Berandal yang duduk di atas dada
Desy turun ketika kemudian, berandal
yang sedang meperkosanya di pinggir
meja bergerak makin cepat. Ia
memukuli perut Desy, membuat Desy
mengejang dan vaginanya
berkontraksi menjepit penisnya. Ia
kemudian memegang buah dada Desy
sambil terus bergerak makin cepat, ia
mengerang-erang mendekati klimaks.
Tangannya meremas dan menarik
buah dada Desy ketika tubuhnya
bergetar dan sperma pun menyemprot
keluar, terus-menerus
www.ceritakita.hexat.com
mengalir masuk
di vagina Desy. Sementara itu
berandal yang lainnya berdiri di
samping meja dan melakukan
masturbasi, ketika pimpinan mereka
mencapai puncaknya mereka juga
mengalami ejakulasi bersamaan.
Sperma mereka menyemprot keluar
dan jatuh di muka, rambut dan dada
Desy.
Desy tidak tahu apa yang terjadi
selanjutnya, ketika tahu-tahu ia
kembali sendirian di toko tadi, masih
terikat erat di atas meja. Ia tersadar
ketika menyadari dirinya terlihat jelas,
jika ada orang lewat di depan
tokonya. Desy meronta-ronta
membuat buah dadanya bergoyang-
goyang. Ia menangis dan meronta
berusaha melepaskan diri dari plester
yang mengikatnya. Setelah beberapa
lama mencoba Desy berhasil
melepaskan tangan kanannya.
Kemudian ia melepaskan tangan
kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu
lagi.
"Wah, wah, wah!" terdengar suara laki-
laki di pintu depan. Desy terkejut dan
berusaha menutupi dada dan
vaginanya dengan kedua tangannya.
"Tolong saya!" ratap Desy.
"Tolong saya Pak! Toko saya dirampok,
saya diikat dan diperkosa! Tolong saya
Pak, panggilkan polisi!"
"Nama lu Desy kan?" tanya laki-laki
tadi.
"Bagaimana bapak tahu nama saya?"
Desy bingung dan takut.
"Gue Roy. Orang yang kerjaannya di
toko ini lo rebut!".
"Saya tidak merebut pekerjaan bapak.
Saya tahu dari iklan di koran. Saya
betul-betul tidak tahu pak! Tolong saya
pak!".
"Gara-gara lo ngelamar ke sini gue
jadi dipecat! Gue nggak heran lo
diterima kalo liat bodi lo".
Desy kembali merasa ketakutan
melihat Roy, seseorang yang belum
pernah dilihat dan dikenalnya tapi
sudah membencinya. Desy kembali
berusaha melepaskan ikatan di kaki
kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia
menyambar tangan Desy dan
menekuknya ke belakang dan
kembali diikatnya dengan plester, dan
plester itu terus dilitkan sampai
mengikat ke bahu, hingga Desy betul-
betul terikat erat. Ikatan itu membuat
Desy kesakitan, ia menggeliat dan
buah dadanya semakin membusung
keluar.
"Lepaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak
memecat bapak! Kenapa saya diikat?"
"Gue tadinya mau ngerampok nih
toko, cuma kayaknya gue udah
keduluan. Jadi gue rusak aja deh nih
toko".
Ia kemudian melepaskan ikatan kaki
Desy sehingga sekarang Desy duduk
di pinggir meja dengan tangan terikat
di belakang. Kemudian diikatnya lagi
dengan plester.
Kemudian Roy mulai menghancurkan
isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-
rak ditendang jatuh. Kemudian Roy
mulai menghancurkan kotak pendingin
es krim yang ada di kanan Desy. Es
krim beterbangan dilempar oleh Roy.
Beberapa di antaranya mengenai
tubuh Desy, kemudian meleleh
mengalir turun, melewati
punggungnya masuk ke belahan
pantatnya. Di depan, es tadi mengalir
melalui belahan buah dadanya, turun
ke perut dan mengalir ke vagina Desy.
Rasa dingin juga menempel di buah
dada Desy, membuat putingnya
mengeras san mengacung. Ketika Roy
selesai, tubuh Desy bergetar
kedinginan dan lengket karena es
krim yang meleleh.
"Lo keliatan kedinginan!" ejek Roy
sambil menyentil puting susu Desy
yang mengeras kaku.
"Gue musti kasih lo sesuatu yang
anget."
Roy kemudian mendekati wajan
untuk mengoreng hot dog yang ada di
tengah ruangan. Desy melihat Roy
mendekat membawa beberapa buah
sosis yang berasap. "Jangaann!" Desy
berteriak ketika Roy membuka bibir
vaginanya dan memasukan satu sosis
ke dalam vaginanya yang terasa
dingin karena es tadi. Kemudian ia
memasukan sosis yang kedua, dan
ketiga. Sosis yang keempat putus
ketika akan dimasukan. Vagina Desy
sekarang diisi oleh tiga buah sosis
yang masih berasap. Desy menangis
kesakitan kerena panas yang
dirasakannya.
"Keliatannya nikmat!" Roy tertawa.
"Tapi gue lebih suka dengan mustard!"
Ia mengambil botol mustard dan
menekan botol itu. Cairan mustard
keluar menyemprot ke vagina Desy.
Desy menangis terus, melihat dirinya
disiksa dengan cara yang tak
terbayangkan olehnya.
Sambil tertawa Roy melanjutkan
usahanya menghancurkan isi toko itu.
Desy berusaha melepaskan diri, tapi
tak berhasil. Nafasnya tersengal-
sengal, ia tidak kuat menahan semua
ini. Tubuh Desy bergerak lunglai jatuh."
"Hei! Kalo kerja jangan tidur!" bentak
Roy sambil menampar pipi Desy.
"Lo tau nggak, daerah sini nggak
aman jadi perlu ada alarm."
Desy meronta ketakutan melihat Roy
memegang dua buah jepitan buaya.
Jepitan itu bergigi tajam dan
jepitannya keras sekali. Roy
mendekatkan satu jepitan ke puting
susu kanan Desy, menekannya hingga
terbuka dan melepaskannya hingga
menutup kembali menjepit puting
susu Desy. Desy menjerit dan
melolong kesakitan, gigi jepitan tadi
menancap ke puting susunya.
Kemudian Roy juga menjepit puting
susu yang ada di sebelah kiri. Air mata
Desy bercucuran di pipi.
Kemudian Roy mengikatkan kawat
halus di kedua jepitan tadi,
mengulurnya dan kemudian
mengikatnya ke pegangan pintu
masuk. Ketika pintu itu didorong Roy
hingga membuka keluar, Desy merasa
jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan
membuat buah dadanya tertarik dan
ia menjerit kesakitan.
"Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu
depan ini bisa buka ke dalem ama
keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa
dibuka dengan cara ditarik bukan
didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu,
terus nanti gue pasang biar pintu itu
cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti
kalo ada orang dateng, pas dia dorong
pintu kan nggak bisa, pasti dia coba
buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu
alarmnya akan bunyi!"
"Jangan! saya mohoon! mohon!
jangan! jangan! ampun!"
Roy tidak peduli, ia keluar dan tidak
lupa memasang kunci pada pintu itu
hingga sekarang pintu tadi hanya bisa
dibuka dengan ditarik. Desy menangis
ketakutan, puting susunya sudah
hampir rata, dijepit. Ia meronta-ronta
berusaha melepaskan ikatan. Tubuh
Desy berkeringat setelah berusaha
melepaskan diri tanpa hasil. Lama
kemudian terlihat sebuah bayangan di
depan pintu, Desy melihat ternyata
bayangan itu milik gelandangan yang
sering lewat dan meminta-minta.
Gelandangan itu melihat tubuh Desy,
telanjang dengan buah dada
mengacung.
Gelandang itu mendorong pintu
masuk. Pintu itu tidak terbuka.
Kemudian ia meraih pegangan pintu
dan mulai menariknya.
Desy berusaha menjerit "Jangan!
jangan! jangan buka! jangaann!", tapi
gelandangan tadi tetap menarik pintu,
yang kemudian menarik kawat dan
menarik jepitan yang ada di puting
susunya. Gigi-gigi yang sudah
menancap di daging puting susunya
tertarik, merobek puting susunya.
Desy menjerit keras sekali sebelum
jatuh di atas meja. Pingsan.
Desy tersadar dan menjerit. Sekarang
ia berdiri di depan meja kasir.
Tangannya terikat ke atas di rangka
besi meja kasir. Sedangkan kakinya
juga terikat terbuka lebar pada kaki-
kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan.
Puting susunya sekarang berwarna
ungu, dan menjadi sangat sensitif.
Udara dingin saja membuat puting
susunya mengacung tegang. Memar-
memar menghiasi seluruh tubuhnya,
mulai pinggang, dada dan pinggulnya.
Desy merasakan sepasang tangan
berusaha membuka belahan
pantatnya dari belakang. Sesuatu
yang dingin dan keras berusaha
masuk ke liang anusnya. Desy
menoleh ke belakang, dan ia melihat
gelandangan tadi berlutut di
belakangnya sedang memegang
sebuah botol bir.
"Jangan, ampun! Lepaskan saya pak!
Saya sudah diperkosa dan dipukuli!
Saya tidak tahan lagi."
"Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon."
gelandangan itu berkata tidak jelas.
"Jangan!" Desy meronta, ketika penis
gelandangan tadi mulai berusaha
masuk ke anusnya. Setelah beberapa
kali usaha, gelandangan tadi
menyadari penisnya tidak bisa masuk
ke dalam anus Desy. Lalu ia berlutut
lagi, mengambil sebuah botol bir dari
rak dan mulai mendorong dan
memutar-mutarnya masuk ke liang
anus Desy.
Desy menjerit-jerit dan meronta-ronta
ketika leher botol bir tadi mulai masuk
dengan keadaan masih mempunyai
tutup botol yang berpinggiran tajam.
Liang anus Desy tersayat-sayat ketika
gelandangan tadi memutar-mutar
botol dengan harapan liang anus Desy
bisa membesar.
Setelah beberapa saat, gelandangan
tadi mencabut botol tadi. Tutup botol
bir itu sudah dilapisi darah dari dalam
anus Desy, tapi ia tidak peduli.
Gelandang itu kembali berusaha
memasukan penisnya ke dalam anus
Desy yang sekarang sudah membesar
karena dimasuki botol bir. Gelandang
tadi mulai bergerak kesenangan,
sudah lama sekali ia tidak meniduri
perempuan, ia bergerak cepat dan
keras sehingga Desy merasa dirinya
akan terlepar ke depan setiap
gelandangan tadi bergerak maju. Desy
terus menangis melihat dirinya
disodomi oleh gelandangan yang
mungkin membawa penyakit kelamin,
tapi gelandangan tadi terus bergerak
makin makin cepat, tangannya
meremas buah dada Desy, membuat
Desy menjerit karena puting susunya
yang terluka ikut diremas dan dipilih-
pilin. Akhirnya dengan satu erangan,
gelandang tadi orgasme, dan Desy
merakan cairan hangat mengalir
dalam anusnya, sampai gelandangan
tadi jatuh terduduk lemas di belakang
Desy.
"Makasih ya Mbak! Saya puas sekali!
Makasih." gelandangan tadi
melepaskan ikatan Desy. Kemudian ia
mendorong Desy duduk dan kembali
mengikat tangan Desy ke belakang,
kemudian mengikat kaki Desy erat-
erat. Kemudian tubuh Desy
didorongnya ke bawah meja kasir
hingga tidak terlihat dari luar.
Sambi terus mengumam terima kasih
gelandangan tadi berjalan
sempoyongan sambil membawa
beberapa botol bir keluar dari toko.
Desy terus menangis, merintih
merasakan sperma gelandangan tadi
mengalir keluar dari anusnya. Lama
kemudian Desy jatuh pingsan
kelelahan dan shock. Ia baru tersadar
ketika ditemukan oleh rekan kerjanya
yang masuk pukul 6 pagi.
TAMAT
1 | 1 | 1 | 10858
BACK




Home
Cerita-XXX
Cerita Stim
Cerita Erotis
Sumber Cerita
Thai Stories


© 2009 - 2014 CeritaKita-X
Cerita mesum dan Artikel seks