watch sexy videos at nza-vids!

Situs Cerita Sex Dewasa





Cerita Panas Dewasa
Penyiksaan Cerita
www.ceritakita.hexat.com

Hutan Nikmat

Sebenarnya aku hanya mau jalan-jalan saja hari itu. Karena di rumahku
suntuk, akhirnya kuputuskan untuk
jalan-jalan di hutan sekedar
refreshing. Setelah lama jalan-jalan
dan hari sudah menjelang sore, hutan
itu juga sudah mulai gelap, aku
melihat ada sosok yang sedang
berjalan ke arahku. Makin lama,
semakin jelas ternyata dia wanita,
kutebak umurnya tidak lebih dari 15
tahun, malah mungkin kurang karena
tubuhnya masih langsing dan dadanya
juga belum begitu besar. Dia memakai
celana pendek dan T-shirt.
Ya ampun, pahanya yang putih itu
membuatku menelan ludah. Pasti dia
anak orang kaya yang sedang
berkemah atau menginap di salah
satu villa yang ada di sekitar hutan ini.
Aku tidak tahu kenapa dia bisa
sampai masuk hutan, sendirian lagi,
yang jelas aku tidak tahan kalau
harus melepaskan kesempatan yang
baik ini, karena aku kebetulan sudah
lama tidak pernah merasakan
bagaimana nikmatnya tidur bersama
anak di bawah umur.
Aku cepat-cepat merunduk ke semak-
semak yang ada sambil menunggu dia
lewat. Begitu dia lewat langsung
kusergap dari belakang sambil
menutup mulutnya, soalnya biar sudah
malam tapi kami masih ada di
pinggiran hutan, jadi aku tidak mau
ambil resiko orang-orang mendengar
teriakan anak ini. Sambil meronta-
ronta, kubawa dia masuk lebih jauh
ke tengah hutan. Kalau sudah masuk
di dalam hutan, aku jamin tidak ada
yang bisa dengar teriakan dia, soalnya
orang-orang di sekitar situ percaya
kalau hutan itu angker, padahal
mereka tidak tahu kalau ada tempat
seukuran yang agak lapang tempat
aku biasa menyepi. Ketika aku sampai
ke tempat pribadiku, ada sinar bulan
purnama yang menerangi tempat itu,
kebeneran juga soalnya sekitarku
sudah gelap gulita.
"Lepaskan! Lepaskan! Jangan Om!" dia
langsung berteriak-teriak ketika
mulutku lepas dari mulutnya. Om?
Enak aja dia panggil aku Om,
langsung saja aku kepalkan tanganku
dan kupukul keras-keras di perut. Dia
langsung tersungkur ke tanah sambil
memegang perutnya dan mengerang.
Tidak hanya itu, langsung kutendang
punggungnya sampai dia berguling-
guling menabrak batang pohon yang
sudah roboh. Setelah itu kutarik
rambutnya yang sebahu sampai
wajahnya dekat dengan wajahku.
"Sekarang dengerin anak kecil!"
kataku pelan tapi pasti.
"Aku bukan om elo, tapi elo sebaiknya
jangan banyak tingkah, kalo tidak
mau mati! aku hanya pengen ngajarin
elo kesenengan yang belon pernah elo
dapetin di sekolah elo! Tau?!" Dia
hanya menangis sambil mendorong-
dorongku, tapi tenaganya sudah
lemah gara-gara kutendang tadi.
"Jawab goblok!" bentakku sambil
menampar pipinya berkali-kali sampai
memerah.
"Ampuun, ampun!" dia menjerit
kesakitan karena tamparanku tadi.
Aku langsung saja tidak buang waktu,
dia langsung kudorong ke batang
kayu roboh tadi, sambil kutindih,
kutelanjangi dia. Mulai dari T-shirtnya
terus celana pendeknya, kutarik BH-
nya sampai putus. Terakhir kulepaskan
juga celana dalamnya sekaligus
sepatu dengan kaos kakinya. Akhirnya
dia telanjang bulat sambil meronta-
ronta karena tangannya kupegangi
dengan tangan kiriku. Wow, kulitnya
benar-benar putih mulus, dadanya
belum begitu besar tapi sudah
membulat, kemaluannya juga masih
jarang rambutnya. Dia mengerang
lemas ketika kuraba dan remas
dadanya.
"Hei, lo suka ya! Sabar aja entar aku
tunjukin yang lebih enak!" aku melihat
sekelilingku, dan aku akhirnya
menemukan cabang pohon dengan
diameter sekitar 5 cm. Dia sudah tidak
bisa bergerak karena kesakitan gara-
gara pukulanku, tapi untuk amannya
kupukuli juga perutnya berkali-kali
sampai perutnya membiru. Dia masih
sadar tapi yang pasti dia tidak
mungkin bisa bergerak untuk lari
dariku.
"Nah, enaknya aku mulai dari mana
nih?" tanyaku pada dia.
"Dari depan atau dari belakang?" dia
hanya bisa mengeluarkan desahan
sakit, sambil mengeleng-gelengkan
kepalanya.
"Aku mulai dari depan aja ya? Pasti lo
masih perawan kan?"
Selesai berbicara begitu, aku langsung
mendorong cabang pohon tadi masuk
ke liang kewanitaannya. Karena
sempit aku sampai harus melebarkan
bibir kemaluannya supaya cabang tadi
bisa masuk sedikit. Dia merintih-rintih
ketika cabang tadi mulai masuk
sedikit demi sedikit. Aku terus
mendorong cabang tadi sambil
memutar-mutarnya. Dia langsung
menjerit kesakitan ketika kulakukan
itu. Itu yang aku ingin dengar dari tadi,
batang kemaluanku langsung tegang
sekali. Ketika dia menjerit sekeras-
kerasnya aku merasa cabang pohon
tadi tidak bisa masuk lebih dalam lagi.
Lalu aku mulai menarik dan
mendorong cabang tadi sambil
memutar-mutarnya, yang pasti akan
membuat dia lebih kesakitan kalau
kudengar dari jeritannya. Kepalanya
mengeleng-geleng sampai terantuk-
antuk ke batang pohon tempat dia
berbaring sampai memohon aku agar
aku berhenti. Bodoh benar dia, tentu
saja aku tidak akan berhenti.
Setelah beberapa kali tusukan, cabang
pohon tadi mulai berubah jadi merah,
karena darah yang keluar dari
kemaluannya. Ada juga yang meleleh
keluar dan mengalir turun lewat
pahanya. Aku terus menusuk-nusuk
liang kemaluannya sampai sekitar 10
menit, sampai dia tidak bisa
mengerang hanya bisa mendesah dan
mengigit bibir kesakitan. Kulihat ada
darah juga di sekitar bibirnya gara-
gara digigit terlalu keras olehnya.
Akhirnya aku tidak bisa tahan lagi,
aku harus masukan batang
kemaluanku. Langsung saja kubuka
celanaku, kemaluanku langsung
bergoyang-goyang tegang. Lalu
kucabut cabang pohon tadi dari liang
kemaluannya, kulihat bibir-bibir
kemaluannya langsung menutup lagi,
diiringi tarikan nafas anak itu. Karena
aku sudah tidak tahan lagi, langsung
saja kubalikkan badannya yang sudah
lemah lunglai itu sehingga pantatnya
menghadap ke arahku. Kubuka
belahan pantatnya, kulihat lubangnya
kecil sekali, wah dia akan kesakitan
kalau kumasukan batang kemaluanku,
tapi aku tidak perduli, yang jelas aku
tidak bisa membayangkan bagaimana
nikmatnya jepitan lubang itu. Sambil
membuka belahan pantatnya
kuarahkan kepala kemaluanku ke
lubang kecil tadi, lalu kupegang bahu
anak tadi erat-erat sambil mulai
mendorong masuk.
Ya ampun, sempit sekali, aku sampai
meringis-ringis, dia juga mulai meronta-
ronta begitu sadar apa yang telah
kukerjakan di pantatnya. Tapi pelan-
pelan, lubang tadi mulai membuka
membuat batang kemaluanku mulai
masuk sampai kepala kemaluanku
dan terus maju pelan-pelan. Ketika
kudorong kemaluanku, dia kembali
merintih-rintih seakan-akan kehabisan
nafas.
Akhirnya dengan dorongan terakhir
yang keras masuk juga batang
kemaluanku ke lubang pantatnya. Lalu
aku tidak menunggu-nunggu lagi,
langsung saja aku maju mundur. Aku
tidak pelan-pelan lagi sekarang,
kugerakan pinggulku cepat dan keras.
Sampai badan anak tadi terguncang-
guncang, terdorong maju mundur.
Kulihat dada dan perutnya mulai
berdarah-darah karena bergesekan
dengan kulit pohon yang kasar. Lama-
kelamaan kemaluanku jadi kemerah-
merahan, selain gara-gara sempit
sekali, ada juga darah yang
menempel ke batang kemaluanku.
Sekitar 15 menit kugerakan pinggulku,
darah yang keluar sudah ada di mana-
mana. Sampai meleleh turun lewat
pahanya ke tanah.
Aku merasa aku akan keluar tidak
lama lagi, begitu sudah hampir
puncaknya, aku langsung mencabut
kemaluanku dan langsung kutarik
rambut anak itu. Dia langsung
mengerang sakit, dan saat itu juga
aku masukan kemaluanku ke
mulutnya yang terbuka. Dia langsung
tersengal-sengal karena kemaluanku
masuk langsung masuk ke
kerongkongannya, membuatnya sulit
bernafas. Dia berusaha menarik
kepalanya tapi tidak bisa, malah gara-
gara gerakannya itu dan gesekan
kemaluanku dengan lidahnya aku
tidak bisa menahan lagi. Sambil
mengerang kukeluarkan spermaku ke
mulutnya langsung masuk lewat
kerongkongan. Kulihat dia melotot
ketika ada cairan ketal masuk ke
dalam kerongkongannya. Kutahan
kemaluanku di mulut anak itu sampai
sekitar satu menit, sampai spermaku
habis kukeluarkan ke mulutnya, ada
juga yang kulihat meleleh keluar,
mengalir lewat dagu, leher dan
menempel di puting susunya.
Akhirnya kutarik kemaluanku yang
sudah mulai lemas dari mulutnya. Dia
langsung tersungkur ke tanah dan
muntah-muntah mengeluarkan isi
perutnya.
"Dasar lu goblok tidak tau barang
enak!" kataku.
"Muka lu kotor tuh, aku bersiin ya?"
sambil berkata itu aku langsung
kencing ke mukanya, air seniku
membasahi seluruh wajah, rambut
sampai dadanya. Langsung saja dia
muntah-muntah lagi sampai lemas
tidak berdaya, karena tidak ada lagi
yang bisa dikeluarkan dari perutnya.
Jamku sudah menunjukan jam 2 pagi,
ketika aku kembali berpakaian. Aku
hampiri dia yang tergolek lemas,
kulihat air matanya mengalir terus
walaupun dia tidak mengeluarkan
suara tangisan.
"Lu mau lagi?" tanyaku.
Dia tidak bergerak hanya kulihat
wajahnya yang pucat bertambah
pucat lagi.
"Ah, tapi punya lu udah rusak gara-
gara ini. Aku jadi tidak nafsu!" kataku.
"Lain kali aja deh!" kataku sambil
menunjukan cabang pohon yang
berlumuran darah ke wajahnya.
Setelah selesai aku berbicara itu,
langsung saja kupukul dadanya pakai
cabang pohon yang kupegang,
kupukul punggungnya, pahanya,
kemaluannya. Kadang juga kutendang
perutnya sampai dia tidak bergerak
lagi, matanya melotot ngeri.
www.ceritakita.hexat.com
Kuraba
nadinya, ternyata masih ada
denyutan. Aku langsung berdiri dan
berjalan meninggalkan dia keluar
hutan. Aku tidak peduli mau ada yang
menemukan dia atau tidak, kalau dia
tidak kuat dia bakalan mati juga.
Lagipula siang nanti aku mau ke
Jepang, jadi tidak ada yang bisa
menemukan aku.
TAMAT


1 | 1 | 8987
BACKHOME
© 2010 CeritaKita.Hexat.Com
Kumpulan Cerita Dewasa




Home
Cerita-XXX
Cerita Stim
Cerita Erotis
Sumber Cerita
Thai Stories


© 2009 - 2014 CeritaKita-X
Cerita mesum dan Artikel seks