watch sexy videos at nza-vids!

Situs Cerita Sex Dewasa




Cerita Daun Muda
www.ceritakita.hexat.com
Anak Ibu Kost
Aku tinggal di Jakarta waktu aku
diterima untuk masuk ke Universitas
Indonesia. Karena aku berasal dari
daerah, maka aku tinggal di rumah
kost di Kelapa Gading. Yang tinggal di
sana perempuan semua, dan mereka
memanggilku Mara, kependekan dari
Tamara.
Kejadian ini pada siang hari, waktu
aku mendapat liburan pendek karena
ada perbaikan komputer network di
tempat kerjaku. Aku bangun agak
siang dan sehabis mandi, aku bedaki
badanku dengan bedak bayi Johnson
dan aku cuma membelitkan
handukku di pinggang.
Tiba tiba pintu terbuka, dan Asri, anak
ibu kostku masuk dengan membawa
pakaian bersihku yang telah rapi
terlipat. Asri kaget melihatku
setengah telanjang.
Dengan terbata-bata dia berkata,
“Oh.., oh.., maaf Mbak, Asri kira Mbak
pergi kerja..”, dan dia terlihat tersipu-
sipu.
Aku menenangkan dia, “Nggak apa-
apa kok, tolong dong bedakin
punggung Mbak.., taruh aja
pakaiannya di atas laci”.
Dengan agak ragu-ragu, dia datang
mendekat dan masih memandangi
buah dadaku yang menggantung
dengan bebasnya. Aku berikan botol
bedak ke tangannya. Dia mulai
mengusap punggungku dengan
perlahan dan hati-hati, seolah-olah
takut akan menggores punggungku.
Matanya masih terpaku di buah
dadaku, yang aku boleh berbangga,
dengan putingnya yang kelihatan
mendongak ke atas dan berwarna
coklat muda. Waktu tangannya
membedaki pinggangku, aku
menggeliat kegelian, dan handuk
yang dari tadi bertengger di
pinggangku jatuh ke lantai, aku
dapat melihat mukanya merah
menahan malu, tapi matanya masih
melihat ke liang kewanitaanku yang
berambut tidak begitu lebat. Dan
tanpa disadari, dia masih mengusap-
usap pinggangku dan malah turun ke
pantatku yang padat, tidak terlalu
besar, tapi mempunyai bentuk yang
nikmat dipandang, pacarku juga
bilang juga nikmat diremas. Aku
tidak yakin dia melakukannya
dengan sengaja, atau karena
terbawa emosi.
Lalu kutanya dia, “Asri mau dibedakin
juga?”.
Dia tidak menjawab, hanya
mengangguk pelan. Lalu aku suruh
dia untuk melepas kaosnya, dan juga
BH-nya. Buah dadanya tidak sebesar
punyaku, tapi mempunyai bentuk
yang bagus, seperti buah pear
dibelah dua, dengan putingnya yang
berwarna kemerah-merahan
menonjol keluar, warnanya serasi
sekali dengan warna kulitnya yang
kecoklatan.
Aku bedaki dadanya, dan kurasakan
buah dadanya yang empuk dan
lembut. Tanganku tidak berhenti
sampai di situ, aku usap perut, dan
dengan nakalnya jariku bermain-
main di pusarnya, Asripun menggeliat
kegelian. Dan aku menaikkan
tanganku kembali ke buah dadanya,
yang kuusap dan setengah kuremas
juga, dia hanya menggeliat.
“mmbak.., aah..”. Putingnya tidak
ketinggalan kupilin, dan kucubitin
kecil, tidak terlalu keras. Kusuruh dia
untuk berbalik supaya aku bisa
mengusap punggungnya, hanya
kuusap sebentar saja. Dari belakang
tanganku pergi ke dadanya lagi,
sedangkan dadaku menempel di
punggungnya, sesekali dia bergoyang
dan aku merasa punggungnya
bergesekan dengan putingku yang
mulai mengeras. Dan dari kaca aku
bisa melihat bahwa dia senyum-
senyum keenakan, tanganku bukan
hanya mengusap lagi, tapi sudah
mulai meremas buah dadanya yang
bergantung indah, lebih keras dari
sebelumnya, dan putingnya kucubit
perlahan lalu kupilin-pilin.
Asri hanya menggeliat sambil
mengeluarkan suara, “Ah.., ehm..,
nikmat Mbak.., ahaa.., jangan keras-
keras dong Mbak..!”, dan aku hanya
tersenyum melihat kelakuannya.
Kucium tengkuknya, dan kugigit kecil
dari samping, dan dia masih, “Ah..,
ua..”, dengan tertahan.
Lalu aku bertanya, “Celananya
dibuka ya..?”, sebelum dia berkata
apa-apa, tanganku telah membuka
kancing dan retsleting celananya, dan
kuturunkan sekalian celana
dalamnya, aku bisa melihat bercak
basahnya telah menembus ke celana
dalamnya.
“Tiduran aja di ranjang Mbak.., saja..,
ya..”, kataku dan Asri hanya menurut
saja, kakinya kugeser sehingga
bergantung di sisi ranjang. Aku mulai
menciumi paha dalamnya, tercium
bau sabun LUX yang dipakainya,
bertanda dia belum lama mandinya.
Kugigit kecil antara paha dalam
kanan dan kiri. Mulutku mulai
bergerak menuju liang
kewanitaannya, dengan rambut yang
jarang, bau aroma birahinya sangat
terasa sekali. Aku mulai menjilati
pinggiran hutannya, dan kemudian
perlahan kutaruh lidahku di tengah-
tengah vaginanya. Kakinya kuangkat
ke pundakku supaya aku dapat lebih
leluasa menjilatinya. Rasanya agak
anyir tapi setelah lidahku masuk lebih
dalam rasanya berubah menjadi asin
dan gurih. Asripun bertambah
menggeliatnya. Tanganku dengan
merangkul pahanya mencari bibir
vaginanya lalu kubuka dengan
menariknya ke samping, supaya
lidahku bisa merasakan lendirnya
yang lebih dalam. Asri juga tidak
mau kalah kepalaku mulai didorong
dan ditariknya karena gemas dan
kegelian.

www.ceritakita.hexat.com
Pada saat itu aku masih belum
menemukan clitorisnya, lidahku
masih menjilati dan mencari-cari,
bagian atas dari vaginanya, aku
masukkan lidahku dalam vaginanya,
dan menari-nari di dalamnya, dan
membuat dia keenakan dan kegelian,
pinggulnyapun mulai bergoyang.
Sekitar 5 menit lidahku bermain-main
di situ. Sampai pada suatu saat aku
merasa ada benjolan kecil, aku
mencoba untuk menguak hutannya,
dan akhirnya aku temukan
clitorisnya, kulihat dia mulai
meremas-remas buah dadanya, dan
tanpa membuang waktu kuhisap
clitorisnya perlahan, dan saking
gemasnya dia mengepit kepalaku di
antara kedua pahanya, dan
menggeliat pada waktu yang
bersamaan. Dengan jariku clitorisnya
kuusap, dan gesek, lidahkupun
masuk ke dalam vaginaya yang
masih basah, aku juga merasakan
makin banyak cairan yang keluar
setelah aku gesek clitorisnya. Lidahku
masih menari-nari di dalam
vaginanya sambil sekali-kali aku
hisap lendir dari dalam vaginanya.
Penutup clitorisnya kubuka, dan
kujilati juga waktu masih basah
kutiup clitorisnya dari dekat, dan dia
rupanya kedinginan.
“Mbak Mara jangan ditiup dingin..”,
Karena clitorisnya sudah ketemu
maka kuhisap lagi sambil tanganku
membantu untuk meremas dadanya,
satu tangan meremas dadanya, dan
tangan satunya aku mainkan
vaginaku. Aku sendiri sudah basah
dan waktu aku lihat di lantai,
ternyata ada beberapa tetes lendirku
sudah menetes di lantai.
Kali ini aku hisap clitorisnya dan lendir
Asri keluar lebih banyak, dan akupun
masih dengan semangat
menjilatinya. Aku masukkan jari
kecilku di lubangnya yang masih
perawan. Lendir Asri masih keluar
juga, dan jari kecilkupun berganti
dengan jari telunjuk, kudengar, “Ah..,
Mbak.., Mbak Mara, pegel Mbak, ah..”,
aku tahu dia sudah hampir keluar,
hisapanku tidak berhenti sampai
disitu, aku hisap sambil kugeleng-
gelengkan kepalaku yang mana
membuat Asri kegelian, badannyapun
mulai mengejang, dan aku masih
mengisap, dan kadang-kadang
menjilati bagian dalam vaginanya.
Aku merasa himpitan pahanya tiba-
tiba mengejang, dan vaginanya
memuntahkan lendir yang berwarna
putih bening, kuhisap dan jilati, tapi
aku tidak menelannya. Masih dalam
mulutku, aku naik di atas Asri, dan
aku ciumi bibirnya sambil
kukeluarkan lendirnya sedikit demi
sedikit, biar dia juga ikut
merasakannya. Kita mulai berciuman
dan lidahnya bermain pedang di
dalam mulutnya, kemudian bergatian
di mulutku, kadang-kadang
dihisapnya lidahku olehnya yang
membuatku terangsang sekali. Kita
berpelukan sambil tiduran selama 20
menit, sambil mengatur napas, dan
beristirahat.
Sejak itu jika dia sedang libur atau
suntuk Asri sering main ke kamarku,
aku tidak keberatan, karena
terkadang aku juga merasa kesepian
kalau dia tidak mampir.
1 | 1 | 7129




Home
Cerita-XXX
Cerita Stim
Cerita Erotis
Sumber Cerita
Thai Stories


© 2009 - 2014 CeritaKita-X
Cerita mesum dan Artikel seks