watch sexy videos at nza-vids!

Situs Cerita Sex Dewasa




Cerita Dewasa Skandal
www.ceritakita.hexat.com

Kamar Rahasia

Kulit Ratna putih, halus dan lembut:
layaknya gadis keturunan pada
umumnya. Wajahnya tidak seberapa
cantik: polos dan berkacamata.
Seorang mahasiswi yang cerdas dan
rajin — typical seorang gadis nerd.
Tidak ada yang istimewa dari Ratna
— tubuhnya kurus, dada dan pantat
yang relatif kecil, selain itu —
orangnya juga alim dan sopan.
Ratna yang saat ini sedang
menempuh kuliah di salah satu
universitas swasta di kota S tinggal
bersama ci Donna yang
menyewakan salah satu dari 2
kamarnya yang kosong kepada
Ratna. Penampilan ci Donna berbeda
sekali dengan Ratna: di usianya yang
hampir 30, ci Donna boleh dibilang
sangat pandai merawat tubuhnya —
kulit putih halus dengan ukuran toket
sedang: 34. Parasnya cantik, rambut
panjang bergelombang.
Rupanya, ci Donna yang sudah lama
tidak merasakan belaian pria —
menyimpan; lebih tepatnya
menimbun libido yang secara
perlahan-lahan telah menggerogoti
moralnya (walaupun belum sampai
mengenai akal sehatnya). Selama
ditinggalkan kekasihnya sejak 7
tahun yang lalu, ia sering merasa
kesepian — tak jarang ia berusaha
memuaskan dirinya sendiri dengan
berbagai peralatan dan VCD yang
disewanya/dibeli melalui
pembantunya, karena ia sendiri
sebenarnya malu kalau harus terang-
terangan membeli atau menyewa
benda-benda seperti itu.
Demikian pula untuk bermain dengan
pria yang tidak dikenal, ci Donna
menganggap mereka tidak bersih
sehingga ia takut untuk berhubungan
badan dengan mereka. Namun
demikian, ini tidak mengurangi
fantasi ci Donna dalam
membayangkan bentuk seks yang
diinginkannya. Bahkan sejak 2 tahun
yang lalu, ia juga mulai tertarik untuk
melakukan hubungan seks dengan
sesamanya. Ini dapat dilihat dari
reaksinya terhadap Ratna sehari-hari,
tak jarang ia menelan air ludah dan
menjilati kedua bibirnya apabila
melihat Ratna mengenakan kaos
ketat apabila ia ke kampus. Padahal,
bentuk tubuh Ratna begitu biasa —
apalagi apabila dibandingkan dengan
dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.
Apa yang dilihat pada diri Ratna
adalah dirinya sendiri 10 tahun silam;
ketika ia masih berada di awal-awal
usia 20 tahun: alim dan rajin —
namun begitu naif. Ci Donna sendiri
bertekad untuk memberinya
‘pelajaran’ suatu saat. Namun —
sesudah agak lama tinggal bersama
Ratna, barulah Ci Donna mengetahui
bahwa ia sudah tidak perawan lagi:
ketika ia masih SMP dulu — pacarnya
sendiri memperkosanya dan sejak
saat itu, Ratna begitu minder dan
seringkali menhindar dari pergaulan
sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci
Donna mengetahui hal ini dari Ratna
sendiri yang memandang Ci Donna
sebagai wanita yang sabar, bijaksana
dan dewasa.
Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu
yang lalu — adik ci Donna yang laki-
laki tiba dan hendak menginap untuk
satu bulan karena suatu urusan.
‘Sekali tepuk 2 lalat’ — inilah yang
ada dalam pikiran ci Donna melihat
adiknya sendiri dan Ratna.
Suatu sore sejak 3 hari kedatangan
adiknya — Ci Donna sudah
mempersiapkan rencana yang baik:
pertama adiknya, kemudian Ratna.
Biasanya, Ratna tiba di kos pukul
19:00 dan ia hendak memulai
rencananya itu pukul 18:30 dengan
melakukan ‘pemanasan’ terhadap
adiknya. Pukul 18:30, Donna
memanggil adiknya untuk masuk ke
kamarnya. Tanpa berprasangka apa-
apa, adiknya masuk ke kamarnya.
Dilihatnya Ci Donna yang
mengenakan celana pendek jins
ketat dan kaos tanpa lengan yang
ketat pula — ia sedang menghadap
ke cermin dan mengikat rambutnya
yang bergelombang halus itu.
Melihat bayangan adiknya di cermin,
Ci Donna tersenyum dan berkata:
“Masuk saja, cici cuman sebentar
koq.” Diam-2, adiknya
memperhatikan cicinya dan berpikir:
“Cantik juga, walaupun sudah kepala
tiga. Badannya juga begitu padat dan
seksi..” Ci Donna yang mengerti
bahwa dirinya sedang diperhatikan
adiknya sendiri hanya tersenyum
simpul — tiba-tiba ia berdiri,
mendekati adiknya dan
menggandeng tangannya. Adiknya
kaget sekali namun ia tidak berkata
apa2. Ci Donna membimbing adiknya
menuju sebuah pintu sambil sesekali
melirik ke belakang dan tersenyum
simpul ke arah adiknya.
Ci Donna membuka pintu kamar
tersebut dan menyalakan lampunya.
Ternyata, apa yang dilihat adiknya
adalah sesuatu yang menakjubkan
namun juga membuatnya sedikit
shock: sebuah kamar yang cukup
luas — dengan seluruh dinding
ditutupi bahan kedap suara berwarna
pink. Ranjang yang terletak di tengah
ruangan, sebuah TV lengkap dengan
stereo-setnya yang mewah: juga 3
teve hitam-putih kecil yang
menampakkan situasi di ruang tamu,
kamar Ratna dan kamarnya sendiri.
Namun yang membuatnya begitu
kaget dan sedikit takut adalah
koleksi VCD, video dan DVD porno
yang berserakan di lantai. Berbagai
alat bantu seksual, dan sebuah
manekin lengkap dengan penis
palsunya segala. Tahulah ia apa yang
diinginkan dari cicinya — tanpa
disadarinya, Ci Donna sudah
mengunci pintu kamar dan mulai
melepaskan pakaiannya satu persatu.
Namun ia berhenti sampai pakaian
dalam saja. Jadilah Ci Donna hanya
mengenakan bra dan celana-dalam
warna hitam, ia berdiri begitu seksi
dan menggoda dengan rambutnya
terikat (untuk memudahkannya saat
permainan nanti, begitulah yang ada
di pikiran Ci Donna). “Sudahlah, kamu
menurut saja — toh kamu disini
hanya sebulan. Masa kamu tidak
kasihan sama cici yg sudah lama
tidak merasakan hangatnya tubuh
pria?”
Adiknya masih ragu. Ci Donna tahu
ini — dan tanpa membuang banyak
waktu, ia segera maju ke depan
membuka celana pendek adiknya
dengan mudah (entah bagaimana,
adiknya tidak mampu melawan
cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral
batang kemaluan adiknya itu. Ci
Donna mempercepat gerakan
mengocoknya dengan tangan kanan,
dia menengadah dan menatap wajah
adiknya dengan tatapan tajam penuh
birahi — ia mendesis sambil berkata:
“Sss.. awas kalau kamu berani keluar
sebelum aku. Lebih baik kamu cari
kos lain saja, meskipun kamu
adikku!”
Sesudah berkata demikian, ci Donna
memasukkan seluruh batang
kemaluan adiknya ke dalam
mulutnya. Ia menggerakkan
kepalanya maju mundur — membuat
batang kemaluan adiknya keluar-
masuk dengan sangat cepat. Adik ci
Donna hanya dapat mengerang
nikmat mendapat perlakuan seperti
itu dari cicinya yang ternyata sangat
berpengalaman dalam hal
memuaskan pasangan mainnya, ia
berusaha sekuat tenaga untuk tidak
mengecewakan cicinya. Di tengah-
tengah permainan, Ci Donna
melepaskan branya dengan tangan
kirinya yang masih bebas. Diliriknya
teve hitam putih yg secara rahasia
memonitor kamar Ratna. Ternyata ia
baru saja datang, dan waktu
menunjukan pukul 18:55. Tepatlah
perhitungannya: adiknya yang
nafsunya sedang menanjak pasti
akan mau diajaknya berkompromi.
Ci Donna menghentikan oralnya, dan
tahulah ia bahwa adiknya agak
kecewa. “Tunggu sebentar — aku
ada tugas buat kamu: bawalah Ratna
ke kamar ini.” Adiknya mengerti apa
yang diinginkan ci Donna. Sementara
adiknya pergi memanggil Ratna — ia
segera mematikan monitor2-nya,
melepas celana dalamnya yang
sedikit basah dan bersembunyi di
sebelah pintu. Begitu adiknya masuk
bersama Ratna — ia segera mengunci
kamarnya lagi dan mendorong Ratna
hingga jatuh ke ranjang. Ratna yang
bertubuh kurus dan lelah sehabis
kuliah tidak dapat memberikan
perlawanan yang berarti terhadap
perlakuan Ci Donna yang begitu tiba-
tiba tersebut. Ci Donna melucuti kaos
ketat yang dikenakan Ratna dengan
buas.
“Kyaa..!!” Ratna menjerit, namun
percuma karena ruangan tersebut
kedap suara. Adik Ci Donna hanya
diam saja karena shock melihat
keganasan cicinya — apalagi dengan
sesama jenis! Ci Donna telah sampai
pada branya. Dengan kasar, ia
merenggut bra Ratna dan
melemparkannya ke lantai. Ci Donna
melihat sepasang toket Ratna yang
kecil. “Seharusnya kamu tidak usah
pakai bra sama sekali. Toh tidak
memberi perbedaan yang berarti..” Ci
Donna melanjutkan dengan melepas
kancing celana jins Ratna dan
membuka ritsluitngnya dan
melepaskannya.
“Pahamu putih dan mulus juga yah..”
Terakhir, Ci Donna menurunkan
celana dalam Ratna. Ratna tak dapat
berbuat apa-apa terhadap Ci Donna
yang terus menggerayangi tubuhnya
dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba
Ci Donna berdiri dan berjalan menuju
lemari. Diambilnya sebuah penis
palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia
mengolesi dildonya dengan lotion
tersebut dan memberikannya kepada
adiknya, “Kamu pakai juga. Aku tidak
mau dia berteriak-teriak kesakitan.”
Adik Ci Donna menurut — ia melepas
seluruh pakaiannya dan mulai
mengolesi batang kemaluannya
dengan lotion yang diberikan cicinya.
“Jangan ci.. saya takut.” Ratna yang
sudah lemas berkata dengan penuh
kekuatiran, melihat ci Donna
mengenakan penis palsu (dildo)
bergerigi dengan ukuran yang cukup
mengerikan seperti mengenakan
celana dalam. Ci Donna dengan cepat
bergerak ke arah Ratna. “Diam. Mana
lotionnya.” Sesudah mendapatkan
lotion, ia mulai mengolesi dinding
vagina Ratna sambil berkata: “Kamu
jangan takut, percaya sama cici saja.
Sesudah itu, ia membalikkan tubuh
Ratna dan melumasi lubang
pantatnya pula.
“Ayo — kamu lubang yang satunya!!”
ci Donna memerintahkan adiknya
untuk mengentot Ratna yang malang
di lubang anusnya. Adiknya menurut,
ia berpindah — duduk di atas
ranjang. Ci Donna memapah tubuh
Ratna dengan lembut dan
menempatkannya di atas adiknya.
Ratna yang tidak berdaya hanya
dapat memandang sorot mata penuh
nafsu ci Donna yang sedari tadi sibuk
mengatur posisi dan membantu
adiknya memasukkan batang
kemaluannya ke dalam lubang anus
Ratna. Bles! Batang kemaluan adik ci
Donna akhirnya berhasil masuk ke
dalam anus Ratna yang sudah tidak
keruan bentuknya karena sedari tadi
diobok-obok oleh ci Donna.
Rasa sakit bercampur nikmat
membuat Ratna membelalakkan
matanya, ia membuka mulutnya dan
merintih “Aaa..” Ci Donna
membaringkan Ratna dari posisi
terduduk menjadi terlentang dengan
adiknya di bawahnya (dan batang
kemaluannya yang sudah menancap
ke dalam lubang anus Ratna). “Ratna,
aku yakin kamu akan menyukai ini
dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci
Donna memasukkan dildo-nya ke
dalam lubang kemaluan Ratna.
Ratna yang berada di tengah dengan
keadaan tak berdaya, berusaha
menahan nikmat bercampur nyeri di
lubang kemaluan yang sudah
dihujami dildo dari ci Donna — serta
batang kemaluan adik ci Donna yang
menancap di lubang anusnya.
Mulailah ranjang bergoyang..
mulanya perlahan, namun semakin
lama semakin cepat.. demikian pula
dengan rintihan-rintihan Ratna.. “Aaa..
aa..” Ratna masih mengenakan kaca
mata minusnya
www.ceritakita.hexat.com
ketika permainan ini
dimulai.
Ci Donna tertawa melihat Ratna
berusaha bertahan: “Jangan ditahan
dan jangan dilawan Ratna — nikmati
saja, sayang!!” Perlahan-lahan rintihan
Ratna mulai berubah menjadi jeritan
nikmat penuh birahi.. “Ah.. ah.. yess..
mmhh.. MM.. AAHH..” Kenikmatan
disetubuhi di kedua lubangnya secara
bersamaan membuat Ratna
kehilangan kendali. Ratna yang sopan
dan alim perlahan larut.. perlahan
berubah menjadi Ratna yang liar,
sifat liar yang seakan ditularkan dari
ci Donna — meracuni pikiran Ratna
yang semula begitu bersih dan polos.
“Yah.. teruskan!! LEBIH CEPAT LAGI CI
DONNA..!! AA.. AA.. MMHH.. MM..”
Ratna menggenggam seprei ranjang
dengan sangat kuat, keringat
meluncur deras dari sekujur tubuhnya
— membuat kulitnya tampak
mengkilat di bawah cahaya lampu.
Hal ini membuat Ci Donna semakin
bernafsu mempercepat gerakan
pinggulnya. Ratna semakin
menikmatinya — ia memejamkan
matanya sambil memegang rambut
ci Donna. “AGH.. Enak sekali.. Ci.. aa..
aku.. belum pernah.. uuh.. senikmat
ini..” Adik Ci Donna menganal lubang
pantat Ratna sambil meremas-remas
kedua toket Ratna dari belakang,
walaupun ukuran toket Ratna relatif
kecil — namun ini tidak mengurangi
rangsangan demi rangsangan yg
diterimanya. “Auuh.. ah..” mulut Ratna
menganga dan mengeluarkan
teriakan-teriakan yg semakin tidak
jelas. Tubuhnya pun mulai menegang;
tahulah Ci Donna bahwa “anak
didiknya” saat ini hampir mencapai
puncak kenikmatan.
Ci Donna mengurangi kecepatan
bermainnya dan mengubah gerakan
maju-mundurnya menjadi gerakan
mengaduk dengan menggoyangkan
pinggulnya. Ratna secara alami
mengikuti gerakan Ci Donna dengan
menyesuaikan gerakan pinggulnya.
Hal ini justru menambah kenikmatan
bagi Ratna. Sampai akhirnya — tubuh
Ratna benar-benar menegang dan
Ratna melepaskan teriakan yang
cukup panjang dan memenuhi
seluruh ruangan kedap suara
tersebut. Sesudah itu, teriakan
berhenti dan seluruh ruangan
menjadi sepi. Ci Donna mencabut
dildo dari lubang vagina Ratna,
ternyata dildo tersebut sudah ditutupi
cairan kental dan bahkan saat Ci
Donna menariknya keluar — ada
sebagian dari cairan tersebut
menetes dan adapula yang masih
merekat antara dinding vagina Ratna
dengan dildo Ci Donna.
Adik Ci Donna juga mencabut
dildonya dari lubang anus Ratna dan
merebahkan Ratna yang sudah lemas
di ranjang. Ratna masih
memejamkan kedua matanya — Ci
Donna melepas kacamata Ratna
yang masih dikenakannya dan
meletakkannya di meja yg terletak di
tepi ranjang. “Lain kali, kalau mau
main — jangan lupa lepas dulu
kacamatanya..” Ci Donna tersenyum
dan mencium Ratna, kemudian ia
melepaskan dildonya dan
menggelatakannya begitu saja di
lantai. Ia memandang adiknya dan
berkata: “Kamu jangan bengong saja,
kamu masih punya tugas satu lagi.”
Sesudah berkata demikian, ia duduk
di lantai — melebarkan kedua
pahanya: mengarahkan lubang
vaginanya yang sudah basah ke arah
adiknya.
Kemudian ia menunjuk ke arah
vaginanya: “Ayo: gunakan lidahmu.”
Adiknya mengerti apa yg harus
dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang
kemaluan ci Donna dengan hati-hati.
Keenakan, c ci Donna memejamkan
matanya — nafasnya tak beraturan:
desahan- desahan nikmat meluncur
keluar tak terkontrol dari mulutnya.
Ia menjambak rambut adiknya dan
menekan-nekan wajah adiknya itu
ke lubang vaginanya: “Errghh..
aaghh.. niikkmmaatt sekkaallii.. ss..!!”
Ci Donna benar-benar menikmati
setiap hisapan dan jilatan yang
diberikan adiknya ke liang
kewanitaannya, namun di tengah
ambang sadar dan tidak — Donna
ingat bahwa ia tidak ingin mencapai
orgasme dengan cara seperti ini.
“Aah.. tunggu say — bee.. berhentii
duluu.. mmh.. sekarang giliran.. cici
ngerjain punya kamuu..”
Adik Ci Donna menurut dan berhenti.
Ci Donna bergerak kemudian
berjongkok membelakangi adiknya,
sekarang ia dalam keadaan
berjongkok menghadap pantat
adiknya. Adiknya agak kebingungan
dengan tingkah laku cicinya. Namun
Donna cuek saja: tangan kirinya ia
lewatkan di antara kaki adiknya, dan
dengan tangannya itu ia
mencengkeram buah pelir adiknya
dengan halus dan mulai memijat-
mijatnya. “Tenang saja, sayang —
kujamin kamu akan suka sekali..” Ci
Donna tersenyum penuh nafsu, dan
dengan tangan kiri masih memegang
buah pelir adiknya — ia mengangkat
telapak tangannya,
menghadapkannya ke arah
wajahnya — dan meludahi
tangannya sendiri kemudian
mengerut-ngerutkan tangannya.
Kemudian ia melingkarkan tangan
kanannya dari pinggang sebelah
kanan adiknya — langsung menuju
ke arah kontol adiknya. Dan mulailah
ia mengocok-ngocoknya batang
kemaluan adiknya itu dengan tangan
kanannya yang sudah dilumasi air
ludahnya sendiri. “Aaaghh.. duh, enak
sekali ci..” Ci Donna meneruskan
gerakan tangannya sampai ia merasa
batang kemaluan adiknya sudah
cukup keras. Sesudah itu, ia
membalikan badannya dan
mengambil posisi nungging di lantai.
Tahulah adik ci Donna apa yang
diinginkan cicinya ini. Ia juga
mengatur posisi di belakang cicinya:
“Awas ya — pokoknya aku nggak
mau anal. Maenin lubangku yang
biasa aja.” Adiknya menurut, dan
permainan dimulai.
Adik ci Donna memulai gerakannya
dengan perlahan, “Mmm.. masih
kurang, lagi dong!” Gerakan
dipercepat, Ci Donna memejamkan
matanya keenakan. Ia menambah
kenikmatan dengan menggesek-
gesek klit-nya sendiri, dengan
sebelumnya membasahi jari-jarinya
dengan cara mengulumnya sendiri.
“Uuuaah.. enaakk sayaang.. Mmmh..”
Permainan ini berlangsung agak lama
sampai ci Donna minta ganti posisi
lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan
posisi tubuh menyamping. Ci Donna
menyampingkan tubuhnya yang
seksi dan sudah mandi keringat tadi
ke arah kanan, sementara adik Ci
Donna mengangkat paha mulus
cicinya sebelah kanan dan
menyandarkannya ke bahu sebelah
kirinya.
Dengan demikian, ia dengan leluasa
dapat memasukkan batang
kemaluannya ke lubang ci Donna. Ia
mulai bergerak maju mundur,
“Aaahh.. mm..” Untuk sekedar
menambah kenikmatan, ia
mengarahkan tangan kanannya ke
arah pantatnya sendiri dan
menggerakan jari tengahnya keluar-
masuk lubang pantatnya. “Kyyaahh..
uuhh..” Tubuh ci Donna terus
bergoyang-goyang — toketnya pun
bergerak naik turun tak beraturan
mengkuti irama tubuhnya. Adik ci
Donna yg sedari tadi bergitu
terangsang dengan gerakan toket
cicinya sendiri itu sudah tak tahan
lagi, ia memajukan tangan kanannya
guna meremas toket kanan cicinya
itu. “Oh — susumu begitu empuk ci..”
Ci Donna hanya tersenyum, ia
mencabut tangannya dari lubang
pantatnya — dan ikut meremas
toketnya bersama-sama dengan
tangan adiknya itu. Permainan terus
berlangsung, Ci Donna merasakan
tubuhnya sendiri mulai menegang —
ia sendiri sudah tidak mampu berpikir
jernih lagi.
Hanya kenikmatan yang dirasakan
sekujur tubuhnya sekarang. “AAHH..
AAKKUU.. MMH..” Keluarlah Ci Donna,
mencapai orgasme yang diidam-
idamkannya dalam posisi
menyamping. Tercapailah segala
keinginannya selama ini.
Demikian pula adik ci Donna, ia
segera berdiri karena sudah tidak
tahan lagi, dan ci Donna mengetahui
hal ini — karena ia sudah berhasil
meraih orgasme, maka ia berniat
membantu adiknya untuk
mengeluarkan seluruh peju yang
sangat ia inginkan itu. Ci Donna
berjongkok, tersenyum menggoda ke
arah adiknya dan mulai mengocok
batak kemaluan adiknya “Nah,
sekarang cici ingin merasakan
nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo
sayang.. keluarkan — jangan ragu..
ayo!” Ci Donna memainkan batang
kemaluan adiknya naik turun dengan
gerakan memutar sambil sesekali
menjilat pangkal kemaluan adiknya.
“Aih.. masih belum keluar juga..
sebentar..” Sambil mengocok batang
kemaluan adiknya dengan
menggunakan tangan kanannya, ci
Donna memijat buah pelir adiknya.
“Ah.. ci.. aku mau keluar nih..!!” Ci
Donna langsung mengarahkan ujung
batang kemaluan adiknya ke arah
mulutnya, menyambut cairan peju
yang segera muncrat masuk ke
dalam mulutnya.
Ratna yang sedari tadi tergeletak
lemas berusaha bangkit dan
merangkak menuju ci Donna dan
adiknya. “Ci Donna.. saya juga
mau..”, kata Ratna sambil menunjuk
ke arah mulutnya sendiri. Tetes peju
terakhir sudah habis meluncur turun
ke dalam mulut ci Donna yang seksi.
Ci Donna menelan sedikit peju
adiknya dan menahan sisanya di
dalam mulutnya. Ia tersenyum
dengan mulut belepotan peju
adiknya, membelai Ratna, kemudian
membaringkannya, dan meletakkan
kepala Ratna di pangkuannya. Ratna
yang sudah lemas hanya menurut
seperti anak kecil. Dengan gerakan
yang lembut, ci Donna menyentuh
bibir Ratna dan menggerakannya ke
bawah dengan jari telunjuknya.
Ratna mengerti apa yang dimaksud ci
Donna, ia membuka mulutnya.
Bibirnya bergetar. Ci Donna kembali
tersenyum — ia mengarahkan
mulutnya tepat di atas bibir Ratna
yang sudah merekah, kemudian
membuka dan memuntahkan peju
lengket yang sudah bercampur
dengan air liur ci Donna, turun
memasuki mulut Ratna.
Peju dalam mulut ci Donna sudah
habis dipindahkan ke dalam mulut
Ratna. Ci Donna tersenyum lebar
dengan sedikit sisa peju bercampur
liur pekat yang menetes dari ujung
bibirnya.
Kembali, dengan gerakan lembut — ci
Donna memberi isyarat kepada Ratna
untuk menutup mulutnya. Ratna
menuruti dan tersenyum bersamaan
dengan ci Donna. “Nah, aku tidak
pernah pelit kepada gadis manis
seperti kamu. Ambillah bagianmu dan
nikmatilah.” Ratna menelan peju
yang sudah diberikan ci Donna
kepadanya. “Terima kasih ci..”
Kemudian ia bangkit dan duduk —
Ratna menyentuh wajah ci Donna
dengan lembut. Ratna kembali
membuka mulutnya, bergerak maju
ke arah bibir ci Donna sambil
menjulurkan lidahnya. Ci Donna yang
mengerti maksud Ratna segera
menyambut ciuman Ratna dengan
menjulurkan lidahnya pula. Mereka
berciuman sampai lama — dan saling
menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.
Sejak saat itu, kehidupan ci Donna
dan Ratna selalui dipenuhi dengan
petualangan: hampir setiap bulan
Ratna ‘menjebak’ teman kuliahnya —
entah itu pria atau wanita. Mungkin
dalam kesempatan lain, Ratna dapat
membagi kisah petualangannya
disini..
1 | 1 | 5850
BACKKumpulan Cerita Dewasa




Home
Cerita-XXX
Cerita Stim
Cerita Erotis
Sumber Cerita
Thai Stories


© 2009 - 2014 CeritaKita-X
Cerita mesum dan Artikel seks