watch sexy videos at nza-vids!

Situs Cerita Sex Dewasa




Cerita Dewasa Panas
www.ceritakita.hexat.com

Kenikmatan Jepitan Susu Lydia

Lega rasanya aku melihat pagar
rumah kosku setelah terjebak dalam
kemacetan jalan dari kampusku.
Kulirik jam tanganku yang
menunjukkan pukul 21.05 yang berarti
aku telah menghabiskan waktu satu
jam terjebak dalam arus lalu-lintas
Jakarta yang begitu mengerikan.
Setelah memarkir mobilku, bergegas
aku menuju ke kamarku dan
kemudian langsung menghempaskan
tubuh penatku ke ranjang tanpa
sempat lagi menutup pintu kamar.
Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba
saja aku dikejutkan oleh ketukan
pada pintu kamarku yang disertai
dengan teriakan nyaring dari suara
yang sudah sangat aku kenal.
"Ko, loe baru pulang yah?" gelegar
suara Voni memaksa mataku untuk
menatap asal suara itu.
"iya, memangnya ada apa sih teriak-
teriak?" jawabku sewot sambil
mengucek mataku.
"Ini gue mau kenalin sepupu gue yang
baru tiba dari Bandung" jawabnya
sambil tangan kirinya menarik tangan
seorang cewek masuk ke kamarku.
Kuperhatikan cewek yang disebut
Voni sebagai sepupunya itu, sambil
tersenyum aku menyodorkan tangan
kananku kearahnya "Hai, namaku Riko"
"Lydia" jawabnya singkat sambil
tersenyum kepadaku.
Sambil membalas senyumannya yang
manis itu, mataku mendapati sesosok
tubuh setinggi kira-kira 165 cm,
walaupun dengan perawakan sedikit
montok namun kulitnya yang putih
bersih seakan menutupi bagian
tersebut.
"Riko ini teman baik gue yang sering
gue ceritain ke kamu" celetuk Voni
kepada Lydia.
"Oh.."
"Nah, sekarang kan loe berdua udah
tau nama masing-masing, lain kali
kalo ketemu kan bisa saling
memanggil, gue mau mandi dulu yah,
daag.." kata Voni sambil berjalan
keluar dari kamarku.
Aku menanggapi perkataan Voni
barusan dengan kembali tersenyum
ke Lydia.
"Cantik juga sepupu Voni ini" pikirku
dalam hati.
"Lydia ke Jakarta buat liburan yah?"
tanyaku kepadanya.
"Iya, soalnya bosen di Bandung
melulu" jawabnya.
"Loh, memangnya kamu nggak kuliah?"
"Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-
bantu Papa aja, males sih kuliah."
"Rencananya berapa lama di Jakarta?"
"Yah.. sekitar 2 minggu deh"
"Riko aku ke kamar Voni dulu yah,
mau mandi juga "
"Oke deh"
Sambil tersenyum lagi dia berjalan
keluar dari kamarku. Aku memandang
punggung Lydia yang berjalan pelan
ke arah kamar Voni. Kutatap BH
hitamnya yang terlihat jelas dari balik
kaos putih ketat yang membaluti
tubuhnya yang agak bongsor itu
sambil membayangkan dadanya yang
juga montok itu. Setelah menutup
pintu kamarku, kembali kurebahkan
tubuhku ke ranjang dan hanya dalam
sekejab saja aku sudah terlelap.
"Ko, bangun dong"
Aku membuka kembali mataku dan
mendapatkan Voni yang sedang
duduk di tepi ranjangku sambil
menggoyangkan lututku.
"Ada apa sih?" tanyaku dengan nada
sewot setelah untuk kedua kalinya
dibangunkan.
"Kok marah-marah sih, udah bagus
gue bangunin. Liat udah jam berapa
masih belom mandi!"
Aku menoleh ke arah jam dindingku
sejenak.
"Jam 11, emang kenapa kalo gue
belum mandi?"
"Kan loe janji mau ngetikin tugas gue
kemaren"
"Aduh Voni.. kan bisa besok.."
"Nggak bisa, kan kumpulnya besok
pagi-pagi"
Aku bergegas bangun dan mengambil
peralatan mandiku tanpa
menghiraukan ocehan yang terus
keluar dari mulut Voni.
"Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain
tuh komputer!"
*****
Tulisan di layar komputerku sepertinya
mulai kabur di mataku.
"Gila, udah jam 1, tugas sialan ini
belum selesai juga" gerutuku dalam
hati.
"Tok.. Tok.. Tok.." bunyi pintu kamarku
diketok dari luar.
"Masuk!" teriakku tanpa menoleh ke
arah sumber suara.
Terdengar suara pintu yang dibuka
dan kemudian ditutup lagi dengan
keras sehingga membuatku akhirnya
menoleh juga. Kaget juga waktu
kudapati ternyata yang masuk adalah
Lydia.
"Eh maaf, tutupnya terlalu keras"
sambil tersenyum malu dia membuka
percakapan.
"Loh, kok belum tidur?" dengan heran
aku memandangnya lagi.
"Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa
tidur"
"Voni mana?" tanyaku lagi.
"Dari tadi udah tidur kok"
"Gue dengar dari dia katanya elo lagi
buatin tugasnya yah?"
"Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi
sih"
"Emang ngetikin apaan sih?" sambil
bertanya dia mendekatiku dan berdiri
tepat disamping kursiku.
Aku tak menjawabnya karena
menyadari tubuhnya yang dekat
sekali dengan mukaku dan posisiku
yang duduk di kursi membuat
kepalaku berada tepat di samping
dadanya. Dengan menolehkan
kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat
melihat lengannya yang mulus karena
dia hanya memakai baju tidur model
tanpa lengan. Sewaktu dia
mengangkat tangannya untuk
merapikan rambutnya, aku dapat
melihat pula sedikit bagian dari BHnya
yang sekarang berwarna krem muda.
"Busyet.. loe harum amat, pake
parfum apa nih?"
"Bukan parfum, lotion gue kali"
"Lotion apaan, bikin terangsang nih"
candaku.
"Body Shop White Musk, kok bikin
terangsang sih?" tanyanya sambil
tersenyum kecil.
"Iya nih beneran, terangsang gue nih
jadinya"
"Masa sih? berarti sekarang udah
terangsang dong"
Agak terkejut juga aku mendengar
pertanyaan itu.
"Jangan-jangan dia lagi memancing
gue nih.." pikirku dalam hati.
"Emangnya loe nggak takut kalo gue
terangsang sama elo?" tanyaku iseng.
"Nggak, memangnya loe kalo
terangsang sama gue juga berani
ngapain?"
"Gue cium loe ntar" kataku
memberanikan diri.
Tanpa kusangka dia melangkah dari
sebelah kiri ke arah depanku sehingga
berada di tengah-tengah kursi tempat
aku duduk dengan meja komputerku.
"Beneran berani cium gue?" tanyanya
dengan senyum nakal di bibirnya yang
mungil.
"Wah kesempatan nih" pikirku lagi.
Aku bangkit berdiri dari dudukku
sambil mendorong kursiku sedikit ke
belakang sehingga kini aku berdiri
persis di hadapannya.
Sambil mendekatkan mukaku ke
wajahnya aku bertanya " Bener nih
nggak marah kalo gue cium?"
Dia hanya tersenyum saja tanpa
menjawab pertanyaanku.
Tanpa pikir panjang lagi aku segera
mencium lembut bibirnya. Lydia
memejamkan matanya ketika
menerima ciumanku. Kumainkan
ujung lidahku pelan kedalam
mulutnya untuk mencari lidahnya
yang segera bertaut dan saling
memutar ketika bertemu. Sentuhan
erotis yang kudapat membuat aku
semakin bergairah dan langsung
menghujani bibir lembut itu dengan
lidahku.
Sambil terus menjajah bibirnya aku
menuntun pelan Lydia ke ranjang.
Dengan mata masih terpejam dia
menurut ketika kubaringkan di
ranjangku. Erangan halus yang
didesahkan olehnya membuatku
semakin bernafsu dan segera saja
lidahku berpindah tempat ke bagian
leher dan turun ke area dadanya.
Setelah menanggalkan bajunya,
kedua tanganku yang kususupkan ke
punggungnya sibuk mencari kaitan BH-
nya dan segera saja kulepas begitu
aku temukan. Dengan satu tarikan
saja terlepaslah penutup dadanya dan
dua bukit putih mulus dengan pentil
pink yang kecil segera terpampang
indah didepanku. Kuremas pelan dua
susunya yang besar namun sayang
tidak begitu kenyal sehingga terkesan
sedikit lembek.
Puting susunya yang mungil tak luput
dari serangan lidahku. Setiap aku jilati
puting mungil tersebut, Lydia
mendesah pelan dan itu membuatku
semakin terangsang saja. Entah
bagaimana kabar penisku yang sedari
tadi telah tegak berdiri namun terjepit
diantara celanaku dan
selangkangannya.
Putingnya yang kecil memang sedikit
menyusahkan buatku sewaktu
menyedot bergantian dari toket kiri ke
toket kanannya, namun desahan serta
gerakan-gerakan tubuhnya yang
menandakan dia juga terangsang
membuatku tak tahan untuk segera
bergerilya ke perutnya yang sedikit
berlemak.
Namun ketika aku hendak melepas
celananya, tiba-tiba saja dia menahan
tanganku.
"Jangan Riko!"
"Kenapa?"
"Jangan terlalu jauh.."
"Wah, masa berhenti setengah-
setengah, nanggung nih.."
"Pokoknya nggak boleh" setengah
berteriak Lydia bangkit dan duduk di
ranjang.
Kulihat dua susunya bergantung
dengan anggunnya di hadapanku.
"Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari
tadi, masa disuruh bobo lagi?" tanyaku
sambil menunjuk ke arah penisku
yang membusung menonjol dari balik
celana pendekku.
Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja
Lydia meloroti celanaku plus celana
dalamku sekalian.
Aku hanya diam ketika dia melakukan
hal itu, pikirku mungkin saja dia
berubah pikiran.
Tetapi ternyata dia kemudian
menggenggam penisku dan dengan
pelan mengocok penisku naik turun
dengan irama yang teratur.
Aku menyandarkan tubuhku pada
dinding kamar dan masih dengan
posisi jongkok dihadapanku Lydia
tersenyum sambil terus mengocok
batang penisku tetapi semakin lama
semakin cepat.
Nafasku memburu kencang dan
jantungku berdegub semakin tak
beraturan dibuatnya, walaupun aku
sangat sering masturbasi, tapi
pengalaman dikocok oleh seorang
cewek adalah yang pertama bagiku,
apalagi ditambah pemandangan dua
susu montok yang ikut bergoyang
karena gerakan pemiliknya yang
sedang menocok penisku bergantian
dengan tangan kiri dan kanannya.
"Lyd.. mau keluar nih.." lirih kataku
sambil memejamkan mata meresapi
kenikmatan ini.
"Bentar, tahan dulu Ko.."jawabnya
sambil melepaskan kocokannya.
"Loh kok dilepas?" tanyaku kaget.
Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia
mendekatkan dadanya ke arah
penisku dan tanpa sempat aku
menebak maksudnya, dia menjepit
penisku dengan dua susunya yang
besar itu. Sensasi luar biasa aku
dapatkan dari penisku yang dijepit
oleh dua gunung kembar itu
membuatku terkesiap menahan
napas. Sebelum aku sempat bertindak
apa-apa, dia kembali mengocok
penisku yang terjepit diantara dua
susunya yang kini ditahan dengan
menggunakan kedua tangannya.
Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-
sendi di sekujur tubuhku pun turut
merasakan kenikmatan yang lebih
besar daripada kocokan dengan
tangannya tadi.
"Enak nggak Ko?" tanyanya lirih
kepadaku sambil menatap mataku.
"Gila.. enak banget Sayang.. terus
kocok yang kencang.."
Tanganku yang masih bebas
kugerakkan kearah pahanya yang
mulus. Sesekali memutar arah ke
bagian belakang untuk merasakan
pantatnya yang lembut.
"Ahh.. ohh.." desahnya pelan sambil
kembali memejamkan matanya.
Kocokan serta jepitan susunya yang
semakin keras semakin membuatku
lupa daratan.
"Lyd.. aku keluar.."
Tanpa bisa kutahan lagi semprotan
lahar panasku yang kental segera
menyembur keluar dan membasahi
lehernya dan sebagian area dadanya.
Seluruh tubuhku lemas seketika dan
hanya bisa bersandar di dinding
kamar. Aku memandang nanar ke
Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan
mencari tissue untuk membersihkan
bekas spermaku. Ketika menemukan
apa yang dicari, sambil tersenyum lagi
dia bertanya
"Kamu seneng nggak"
Aku mengangguk sambil membalas
senyumannya.
"Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi
sama
www.ceritakita.hexat.com
Voni " katanya
memperingatkanku sambil memakai
kembali BH dan bajunya yang tadi
kulempar entah kemana.
"Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti
kamu nggak mau lagi ngocokin gue"
Lydia kembali hanya tersenyum
padaku dan setelah menyisir rambut
panjangnya dia pun beranjak menuju
pintu.
"Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu
mau bobo" ujarnya sebelum
membuka pintu.
"Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi
yah" balasku sambil menatap pintu
yang kemudian ditutup kembali oleh
Lydia.
Aku memejamkan mata sejenak
untuk mengingat kejadian yang
barusan berlalu, mimpi apa aku
semalam bisa mendapat
keberuntungan seperti ini. Tak sabar
aku menunggu besok tiba, siapa tahu
ternyata bisa mendapatkan lebih dari
ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa
merasakan kenikmatan dari lubang
surga Lydia, yang pasti aku harus
ingat untuk menyediakan kondom di
kamarku dulu.
E N D
1 | 1 | 1 | 1728




Home
Cerita-XXX
Cerita Stim
Cerita Erotis
Sumber Cerita
Thai Stories


© 2009 - 2014 CeritaKita-X
Cerita mesum dan Artikel seks