watch sexy videos at nza-vids!

Situs Cerita Sex Dewasa




Cerita Dewasa Panas
www.ceritakita.hexat.com

Celana Dalam Bude Murni

Saat liburan sekolah tahun lalu, Seno
teman karibku di SMP 1XX di kota
Surabaya mengajak aku ikut berlibur
di rumah Pakde dan Budenya di kota
Malang. Dia bilang tempat Pakde dan
Budenya ada kebon apel yang luas
dengan sungai kecil yang mengalir di
tengahnya. Seno akan mengajakku
mancing seharian di sana, dan kalau
lapar boleh memetik apel sesukanya.
Yaahh.., aku bayangkan betapa
senangnya. Mancing seharian dan
makan apel sesukanya.
Kami sepakat akan tinggal 3 hari di
rumah Pakde dan Budenya itu. Ayah
dan ibuku tidak keberatan untuk
memenuhi keinginanku. Beliau sudah
sangat mengenal Seno. Bahkan orang
tua Seno dan bapak ibuku sering
saling kunjung mengunjungi apabila
yang satu ada keperluan atau punya
sesuatu hajat.
Begitulah pada hari yang ditetapkan
kami berangkat pagi dari Surabaya
dan sekitar jam 3 sore kami sudah
sampai di rumah Pakde dan Bude
Seno di kota Malang yang sejuk itu.
Pakde Darmo dan Bude Murni adalah
nama Pakde dan Budenya Seno.
Ternyata mereka berdua itu masih
muda. Jauh lebih muda dari bapak
ibunya Seno. Pakde Darmo adalah
saudara sepupu ibunya Seno. Usianya
sekitar 35 tahunan. Sekitar 5 tahun
lebih muda dari ibunya Seno.
Dan tentu saja Bude Murni lebih muda
lagi. Mungkin sekitar 28 tahunan.
Sudah lebih dari 5 tahun Pakde dan
Bude Seno itu berumah tangga, tetapi
hingga kini belum punya anak. Oleh
karenanya mereka nampak gembira
saat kami datang.
Bude Murni orangnya cantik. Aku
senang melihat wanita cantik seperti
Budenya Seno ini. Walaupun masih
dibilang ABG, aku sudah punya
kesukaan melihat yang cantik-cantik.
Bahkan kalau aku ingat-ingat sejak
Taman Kanak-kanak aku sudah tahu
anak-anak mana yang cantik. Atau
dari ibu-ibu yang mengantarkan
anaknya ibu mana yang paling cantik.
Pada waktu itupun aku sudah bisa
berfantasi. Aku suka membayangkan
untuk mencium teteknya, atau pipinya
atau bibirnya yang cantik-cantik itu.
Tapi Bude Murni yang Budenya Seno
ini benar-benar cantik. Kalau aku
bandingkan, kecantikan Bude Murni
tidak kalah dengan kecantikannya
para bintang iklan atau sinetron.
Tulang pipinya, merah bibirnya, anak
rambutnya yang lembut pada
belakang lehernya yang jenjang,
duuhh.. Semuanya itu benar-benar
menampilkan daya sensual dan
kecantikan yang sempurna. Rasanya
mirip dengan Shirley Margaretha atau
yang biasa dipanggil Shirley itu. Tentu
Bude Murni sedikit lebih tuaan. Kalau
lagi bicara aku suka sekali
memperhatikan gerak bibirnya yang
tipis itu.
Aku lantas membayangkan
seandainya Bude Murni meludahi aku,
ahh.. biarlah. Akan kujilati ludahnya
dan kutelan. Bahkan aku bayangkan
seandainya Bude Murni meludahnya
langsung ke mulutku. Uuhh.. dengan
segala kesukaanku, aku akan
mengucapkan beribu-ribu terima kasih
padanya. Penis kecilku ini jadi
langsung ngaceng.
Sesudah kami diterima dengan ramah
oleh Pakde dan Budenya Seno,
kemudian sedikit ngobrol sana-sini.
Tentang sekolah, tentang cita-cita mau
jadi apa kalau sudah gede nanti dan
sebagainya, kami disuruh istirahat dulu
atau kalau mau mandi, boleh.
Silahkan. Aku pikir ngapain istirahat.
Mendingan mandi saja, nanti ngobrol
lagi dan melihati lagi cantiknya Bude
Murni. Rasanya enak kalau penisku
ngaceng terus saat
mengkhayalkannya.
Akhirnya Seno sepakat kalau aku
mandi dulu. Sementara dia akan
menunggu sambil sekedar tidur-
tiduran. Kamar mandi Bude Murni tidak
begitu luas. Di sana-sini nampak
bergantungan baju atau celana kotor.
Aku jadi sedikit kesulitan untuk
menggantung handuk dan bajuku.
Terpaksa aku geser-geser untuk
mendaptkan gantungan.
Pada saat itulah aku melihat ada
celana dalam wanita. Tak salah lagi,
pasti ini adalah celana dalam Bude
Murni. Siapa lagi?! Perempuan di
rumah ini kan hanya Bude Murni.
Darahku tiba-tiba berdesir. Meyakini
bahwa itu adalah celana dalam Bude
Murni membuat nafsu birahiku
bangkit. Kenapa celana dalam kumal
ini jadi begitu nampak indah di
mataku. Kudekatkan wajahku ke
arahnya. Lihatlah, bukankah warna
celana ini putih. Celana yang terbuat
dari bahan yang lembut ini tadi siang
atau mungkin tadi pagi atau kemarin
sore telah dipakai oleh Bude Murni.
Dan sekarang tidak begitu putih lagi.
Pinggirannya nampak ke-kuning-
kuningan, mungkin disebabkan
keringat di selangkangan Bude.
Kemudian kulihat bagian bawah yang
bertepatan dengan vaginanya,
warnanya semakin kuning yang
pekat. Mungkin itu adalah sisa-sisa air
kencing campur keringat Bude yang
tertinggal.
Ah.. Darah birahiku kembali berdesir.
Penis kecilku mulai tegang. Hidungku
kepingin tahu bagaimana bau celana
dalam orang secantik Bude Ambar
yang mirip bintang sinetron Shirley ini.
Dengan agak gemetar tanganku
mendekatinya. Pelan dan hati-hati aku
pungut celana dalam itu. Aku
merasakan seakan ada stroomnya
saat ujung jariku menyentuhnya.
Darahku naik ke kepala membuat
wajahku terasa sembab dan ubun-
ubunku memanas. Dengan
mempertemukan ibu jari dan jari
telunjuk aku mengambil tepian celana
dalam dengan cara menjepitnya.
Rasanya aku tak ingin celana dalam
Bude Murni ini ter-kontaminasi oleh
tangan-tanganku.
Kembali darahku berdesir. Mataku
menatap tajam. Kusaksikan lebih
dekat kain lembut yang beberapa
waktu sebelumnya telah menutupi
bagian milik Bude Murni yang paling
rahasia. Tanpa ragu dengan jantungku
yang berdegup-degup sambil setengah
menutup mata kudekatkan celana
Bude Murni itu ke hidungku. Aku
segera menangkap baunya.
Oohh.. Sepertinya aku dibawa
melayang. Bau pesing kencing dan
asem keringat selangkangan Bude
Murni membuat aku serasa terbang.
Aku terayun dan terlempar dalam
awang nikmat surgawi. Bau pesing
dan asem itu seketika menjadi
wewangian memabukkan. Tak pernah
kutemui wewangian senikmat ini.
Ahh.. Kini aku merasakan betapa
hasrat birahiku meledak dan terbakar
menyala. Nafsu syahwatku
menggelegak. Aku nanar dan menjadi
liar.
Khayalanku tak mampu kukendalikan.
Dia terbang menuntunku menciumi
selangkangan Bude Murni. Bibir dan
lidahku melata di seluruh pori-porinya.
Kurasakan seakan Bude Murni telah
menantikan jilatan dan kecupan
bibirku pada vagina dan
selangkangannya. Dia
mengangkangkan lebih lebar kedua
pahanya yang putih bersih itu agar
bibir dan lidahku lebih leluasa
menjelajahinya. Jari tanganku dengan
terburu-buru melepasi anak kancing
celanaku. Kukeluarkan penis kecilku.
Kini aku mulai mengelus-elus dan
memijatinya. Kemudian mengocok-
ocoknya. Dengan segenap jari-jari
tanganku akhirnya celana dalam Bude
Murni kugenggam erat. Kemudian
dengan tanpa ragu serta penuh nafsu
syahwat birahi kubekapkan celana
dalam itu ke mukaku.
Bagian bawahnya yang paling kuning
pekat kumasukkan ke mulut. Aku
melumat-lumatnya. Aku ingin kencing
atau keringatnya yang kuning pekat
itu larut dalam ludahku. Aku ingin
mengecap-ecap dan mengisep-
isepnya. Aku ingin merasai kencing
dan keringat Bude Murni. Aku ingin
menelannya.
Kocokkan tangan pada penisku
semakin kupercepat. Aku merasakan
kenikmatan syahwat yang tak
terhingga. Bayangan Bude Murni yang
menggeliat-geliat sambil mendesah-
desah karena kegatalan menerima
kecupan dan jilatanku melipatkan
hasrat birahiku. Bahkan dia merenggut
kepalaku. Dia tarik wajahku dan
ditenggelamkannya lebih dalam ke
selangkangannya. Genggaman
kocokkanku semakin kuperketat. Aku
tahu air maniku terus mendesak ingin
muncrat.
Kurasakan asin pada lumatan di
mulutku. Kencing dan keringat
selangkangan Bude Murni telah larut
dalam ludahku. Sepertinya tangan
Bude Murni meremas-remas rambutku.
Tubuhnya bergoyang. Pantatnya maju
mundur menahan nikmat syahwatnya.
Kudengar dia mendesah, merintih atau
meracau,
"Terus Wan. Enak Wan. Jilati terus
vagina Bude Wan. Ayyoo.."
Aaacchh.. Tanganku merasakan urat
penis kecilku berkedut dan
mengangguk-angguk. Air maniku
muncrat menembaki dinding kamar
mandi Bude Murni. Aku merapat ke
pintu. Kenikmatan sperma yang
merambati saraf-saraf di seputar
penisku begitu terasa nikmatnya.
Celana dalam Bude Ambar masih
nyumpal di mulutku. Bagian yang di
arah vaginanya telah kuyup oleh
ludahku. Aku balik dari awang-awang
setelah menjilat dan melumati
selangkangan dan vaginanya Bude
Murni.
Kini khayalanku memerosotkan
tubuhku. Aku jongkok sambil
bersandar ke kloset. Dengan hati-hati
celana dalam Bude Ambar
kukembalikan ke gantungannya.
Kutaruh kembali dan kutata-tata
sesuai semula agar tidak
menimbulkan kecurigaan Bude Murni.
Sehabis mandi Seno mengajak aku
keliling kebon apel yang berada di
belakang rumahnya. Aku melihat
sungai yang mengalir di dalamnya.
Airnya sangat jernih. Nampak ikan-
ikan kecil pada berseliweran. Tetapi
saat aku mendekat dan
mengamatinya yang nampak
hanyalah celana dalam Bude Murni
yang wangi air kencing dan
keringatnya itu. Aku sama sekali
kehilangan dorongan untuk makan
apel atau mancing. Aku masih berada
dalam jerat birahiku. Aku masih
terseret dalam obsesi syahwatku pada
celana dalam Bude Murni.
Pagi harinya kami bangun kesiangan.
Bude Murni sibuk meladeni suaminya
yang hendak berangkat kerja. Dia
juga telah membuatkan minuman dan
sarapan untuk kami.
"Mandinya entar, ya nak. Sekarang
cuci muka saja dulu terus sarapan.
Bude sudah kegerahan nih. Habis
Pakde berangkat, biar Bude yang
mandi dulu, ya",
"Ya, Bude", sahut Seno. Kebeneran..!!
Memang itu mauku, begitu sorak kata
hatiku.
Aku sendiri diam saja. Aku bergaya
acuh. Hanya mataku yang mencuri
pandang bagaimana bibir Bude
membuka dan mengatup dengan
indahnya saat bicara. Aku juga
terpesona pada penampilan Bude
yang belum mandi ini. Dari lehernya
yang jenjang turun ke bahunya yang
hhuhh.. Aku tak bisa
mengucapkannya. Sangat aduhai. Dia
hanya memakai blus lembut dan tipis
tanpa lengan. Lubang lengan blusnya
itu sangat pas hingga nge-jepit
ketiaknya. Nampak sepintas olehku
lipatan ketiaknya. Di tempat yang
sama kusaksikan tepian blusnya
basah oleh keringatnya. Aku langsung
melayang. Benar kata orang,
perempuan yang cantik akan tampak
sangat cantik sebelum mandi. Rasanya
hasrat birahiku menyergapku di pagi
ini. Dan penis kecilku kembali ngaceng.
"Ayo, Wan. Jangan ngelamun.
Makanlah. Ambil itu telor mata
sapinya. Pakai sambal? Suka pedes?",
aku agak kaget.
Bude Murni begitu perhatian dan
menyayangi kami berdua. Kemudian
kuperhatikan pula apa yang dipakai di
bagian bawahnya. Dia tidak memakai
rok. Rupanya pagi tadi bersama
suaminya Bude Ambar melakukan
jogging. Dia hanya memakai 'short
pant' yang ketat dengan tubuhnya.
Aku seakan ingin pingsan karena tak tahan melihat betapa seksinya tubuh
Budenya Seno ini. Aku nggak mampu
menyaksikan paha dan betisnya. Aku
sampai heran pada diriku sendiri,
kenapa paha dan betis Bude Murni itu
begitu merangsang nafsuku.
Khayalku terus membawa aku
terbang melayang-layang. Aku ingin
dia lekas pergi mandi. Aku ingin apa
yang kini dipakainya, yang kini
membungkus tubuhnya itu dia
tinggalkan di gantungan kamar mandi.
Aku ingin hidungku menghirupi
apapun yang dia pakai ini. Aku ingin
hidungku lebih banyak menyedoti bau
tubuhnya Bude Murni.
Aku menjadi sangat bergairah. Aku
berusaha Seno tidak mendahuluiku.
Aku ingin merasakan bau ketiak yang
masih segar dari blus Bude Murni itu.
Wwoowww.. Mudah-mudahan dia
meninggalkan seluruh pembungkus
tubuhnya yang membuat aku puyeng
itu di gantungan kamar mandinya.
Dengan berusaha keras untuk tenang,
begitu selesai sarapan aku mengambil
handuk dan siap untuk mandi. Sambil
bergaya membaca majalah yang
tercecer di meja, mataku tak lekang
mengawasi pintu kamar mandi,
menunggu Bude Murni selesai mandi.
Kudengar suara air dari gayungnya.
Kubayangkan betapa bahagianya air
itu. Bisa menjelajahi lekuku lekuknya
tubuh Bude Murni.
Sesaat dia keluar dari kamar mandi
aku segera meletakkan bacaanku,
berdiri, menggeliat kecil sambil
menguap dan bergegas untuk mandi.
Segala hal tadi kulakukan untuk
menghindarkan segala bentuk
kecurigaan Seno atau Bude Murni
pada tingkah polahku. Kamar mandi
terasa hangat dan wangi bau sabun
sesaat seseorang selesai mandi.
Mataku jelalatan ke arah gantungan
baju. Dan kudapatkan apa yang
kuimpikan..
Pertama kusaksikan 'short pants'-nya
ngegantung menindih blusnya.
Kemudian disampingnya kutang lusuh
bekas pakai. Nampak talinya
menjuntai ke bawah. Dan di belakang
kutangnya itu ada terlihat celana
dalam Bude Murni. Wwoow.. Aku
pesta, nih.
Sepertinya aku sedang menyaksikan
sebuah karya pop art-nya seniman
Andy Wharol yang menggantungkan
celana dan BH seronok dalam ruang
pamer di New York Modern Art
Museum. Hasrat seksualku demikian
terpukau menyaksikan apa yang
kuimpikan itu.
Tapi kini aku berusaha lebih tenang.
Kubuka dulu bajuku, celana pendekku
dan celana dalamku. Aku telanjang.
Aku tidak langsung meraih benda-
benda perangsang nikmat syahwat
milik Bude Murni itu. Aku akan
memanjakan mataku untuk
menikmatinya lebih dulu. Sambil pelan-
pelan aku mengelusi penisku yang
semakin tegang dan keras aku
mengamati short pants itu. Beberapa
menit yang lalu short pants ini berada
di selangkangan dan pinggul Bude
Murni dan membungkus milik Bude
Murni yang paling indah.
Nampak lipatan kain yang timbul
karena tertekan pantatnya saat
duduk. Ah, seakan aku sedang
mengamati pantatnya dari jarak yang
sangat dekat. Aku perhatikan tepian
celananya. Pasti pahanya terus
bergesekkan dengan tepian itu dan
meninggalkan keringat di sana.
Rasanya aku tidak ingin mengedipkan
mataku. Dan ketika aku mengusapkan
short pants pada arah pantatnya ke
hidungku, aku serasa sedang mencium
bokong Bude Murni. Duh, nikmatnyaa..
Pasti lebih nikmat dari sekedar
mancing dan makan apel.
www.ceritakita.hexat.com
Berikutnya tanganku meraih blus
tanpa lengan itu. Kucari lubang
lengannya yang sempit. Kuamati.
Kulihat ada noda peta di sekitar
pinggiran lubang lengannya. Aku yakin
itu keringat Bude Murni. Pelan
kudekatkan ke hidung dan kuciumi
tepian lengan blus itu. Ini bau asem
keringat Bude Murni. Hasrat birahiku
melonjak naik.
Jari-jari tanganku semakin sering
memijat-pijat penis kecilku. Enak
banget rasanya.. Aku terbang di
awang nikmat birahi. Hidungku
kembali nyungsep ke ketiaknya Bude
Murni. Aku merem setengah melek.
Oochh.. Bude Murnii.. Bude Murni..
Ijinkan aku menjilati ketiakmu Budee..
Berikutnya aku mendekatkan
hidungku ke arah gantungan. Kuendus
kutang dan celana dalam Bude Murni.
Aku rasakan lintasan aroma
keringatnya yang asem dan
kencingnya yang pesing itu. Pasti
asem keringat itu nempel pada
kutangnya. Mungkin buah dada Bude
Murni berkeringatan saat kegerahan.
Keringatnya itu pasti terserap kain
kutangnya dan tertinggal di sana. Dan
bau pesingnya pasti dari celana
dalamnya yang nampak lusuh
sesudah di pakainya.
Mungkin saat kencing ada serpihannya
yang terciprat ke celana dalamnya.
Warna ke-kuning-kuningan yang
pekat pada bagian arah bawah celana
dalam itu menunjukkan air kencing
yang kering itu yang mungkin
tercampur dengan keringatnya pula.
Aku membayangkan betapa nikmat
apabila kencing dan keringat dari
selangkangan atau vagina Bude Murni
bisa kujilati atau larutkan dalam
ludahku agar aku bisa menelannya.
Membayangkan itu semua membuat
elusan tangan pada penisku berubah
menjadi kocokkan. Dan kocokkan itu
kuselingi dengan pijatan pada urat-
uratnya. Rasanya tak pernah puas
mengendusi kutang dan celana dalam
Bude Murni itu. Kini saatnya mulutku
melumati apa yang kurang dari 30
menit yang lalu masih nempel di
tubuh Bude Murni ini.
Aku mengunyah-kunyah bagian
celana dalamnya yang nampak
bernoda kuning pekat. Saat telah
membasah, kencing dan keringat yang
larut bersama ludahku itu kuserap dan
kusedoti untuk mengaliri
tenggorokanku. Penisku semakin kaku
mengiringi lumatan mulutku.
Kemudian kukunyah pula tepian
lubang lengan blusnya. Rasa asin dan
asem dari ketiak Bude Murni yang
larut dalam ludahku kutelan pula.
Dduhh.. Duhh.., tanganku semaki cepat
mengocok-ocok penisku. Nafsu
birahiku telah mendesak naik ke ubun-
ubunku. Aku ingin secepatnya
memperoleh orgasmeku. Aku
membayangkan nikmat saat air
maniku nyemprot ke dinding kamar
mandi seperti kemarin. Mungkin kali
ini aku agak tegang kurang santai.
Sesudah ngocok penis sekian lama
orgasme dan ejakulasiku belum juga
hadir. Sedangkan khayalan seksualku
sudah melayang ke mana-mana. Ke
ketiak kanan dan kiri Bude Murni.
Bahkan kemudian aku pindahkan ke
ketiaknya Shirley. Kuteruskan lebih
kebawah lagi, bibirku menciumi sambil
lidahku melata dan merambah paha
dan selangakangan Bude Murni.
Kemudian pindah pula ke Shirley.
Belum juga.
Tapi akhirnya datang juga. Saat
khayalanku membayangkan Bude
Murni mengencingi mulutku, tak
tertahan lagi, air maniku langsung
muncrat berlimpah-limpah
berhamburan. Aku mendesah dan
merintih tertahan menerima nikmat
luar biasa itu. Jakunku bergerak-gerak
seolah-olah benar-benar menelan air
kencing Bude Murni yang hangat itu.
Kunyahan dan sedotanku pada celana
dalam dan lubang ketiak blus Bude
Murni tak pernah kuhentikan. Aku tak
menghitung lagi kemungkinan kain-
kain eksotik dan erotis yang lembut
itu tercabik-cabik oleh gigiku.
Seno mengetok-ketok pintu. Minta aku
cepetan, dia kebelet untuk buang air.
Ah, nih teman.. Secepatnya aku
menyelesaikan mandiku.
Hari itu kami seharian mancing di kali.
Saat pulang kantongku penuh buah
apel yang ranum. Ternyata apel yang
langsung dipetik dari pohon rasanya
sungguh lezat dan segar. Bude Murni
menggoreng ikan hasil pancingan
kami. Malam itu kami tidur sangat
lelap.
Pagi berikutnya adalah hari ke. 2 kami
nginap di rumah Pakde Darmo. Aku
bangun dengan penuh ngaceng dan
penuh harap. Aku berharap untuk bisa
mengulangi kenikmatan orgasme dan
ejakulasi macam kemarin. Seluruh
obyek dan sasaranku ada dalam
kamar mandi itu. Tokoh sentralnya
tetap Bude Murni yang cantiknya
mengingatkanku pada Shirley
Margaretha.
Seperti kemarin, pagi ini kulihat Bude
Murni sibuk meladeni suaminya
bersiap ke kantornya. Wanita yang
sangat cantik saat bangun tidur itu
mempertontonkan bahunya yang
aduhai dengan memakai blus lembut
tanpa lengan macam yang dia pakai
kemarin. Kecuali warnanya yang pagi
ini ke kuning dan merah-an penuh
motif kembang-kembang.
Dan seperti kemarin pula, Bude Murni
menyuruh kami cuci muka dulu
kemudian sarapan. Dia akan mandi
duluan karena kota Malang yang bagi
kami cukup dingin ini bagi beliau
membuat sangat kegerahan. Mungkin
karena sudah sehari-harinya sebagai
orang Malang. Dan sekali lagi seperti
kemarin, aku telah siap dengan
handukku sambil membaca apa saja
yang terserak di meja menunggu
Bude Murni keluar dari kamar
mandinya.
Pagi ini mandiku sungguh-sungguh
sukses. Disamping aku mendapatkan
celana dalam dan blus lusuh bekas
pakainya Bude Murni, dia juga
gantungkan kutangnya. Tentu saja
kutang Bude ini lebih melengkapi dan
menunjang dalam melancarkan
khayalan seronokku. Pagi itu aku
seakan menciumi tubuh Bude yang
telanjang bulat. Aku sudah atur,
khayalanku akan merangkaki tubuh
Bude mulai dari bagian atas hingga
bagian bawah tubuh cantiknya.
Saat aku menciumi dan melumat-
lumat lubang lengan blusnya,
khayalanku terbang mengantarkan
hidung, lidah dan bibirku untuk
menjilati ketiaknya. Dan saat aku
mulai melumat kutangnya, aku
merambah buah dada dan pentil-
pentilnya, Dan saat aku melumat-
lumat celana dalamnya, lidahku
menjilati paha, selangkangan dan
vaginanya. Nafsu birahiku terbakar
menggelora. Aku kini menunggu Bude
Murni kencing di mulutku macam
kemarin pula. Dan khayalanku untuk
hal macam itu tak pernah menemui
hambatan.
"Wan.., kamu minum ya kencing
Bude.., ayoo, minum Wan.. Buka
mulutmu.." demikian khayalan rintihan
dan desah Bude Murni. Aku juga
membayangkan betapa tangan-
tangan Bude dengan erat memegangi
kepalaku agar air kencingnya bisa
tepat masuk ke mulutku.
Pagi itu aku sempat mengulangi lintas
khayalanku hingga aku bisa meraih 2
kali orgasme dan ejakulasi. Aku puas
banget. Pada saat muncrat yang
terakhir, aku disergap nikmat syahwat
tak terhingga. Tubuhku jatuh nge-
gelesot ke lantai. Air maniku muncrat
dari penis kecilku dengan tubuhku
yang telentang di lantai dan
menggeliat-geliat menahan gelinjang.
Air sejuk Malang dengan cepat bisa
mengembalikan tenagaku. Selesai
mandi badanku sangat segar. Aku
mengajak Seno kembali menyusuri
kali mencari ikan. Kami bikin tambak
kemudian mengurasnya. Ratusan ikan-
ikan uceng dan wader dapat kami
tangkap. Bude Murni menggorengkan
ikan itu untuk lauk makan siang kami.
Aku kesengsem dengan tampilannya
yang sangat seksi di siang hari ini. Bu
Murni memakai kaos tipis berlambang
salah satu partai pemenang Pemilu
2004. Kaos itu berwarna merah yang
ketat. Tepat pada arah dadanya
nampak tanda putih. Iklan partai itu
menghimbau masyarakat untuk
menusuk pada tanda putihnya itu. Aku
membayangkan seandainya boleh
menusuk di tanda itu sekarang,
artinya aku mesti mendesak-desakkan
penis kecilku ke celah dua bukit indah
milik Bude Murni yang kukagumi ini.
Untuk bawahannya Bude Murni
memakai celana pendek 'hot pants'.
Aku yakin beliaunya menganggap
kami ini hanyalah anak-anak kecil.
Oleh karenanya beliau tidak perlu
canggung dengan pakaiannya yang
ternyata sangat merangsang naluri
birahiku. Edaann..!! Aku nggak sabar
menunggu saat mandi. Sambil
menunggu gorengan ikan mateng, aku
ke kamar mandi. Aku bilang pada
Seno perutku mules. Ternyata segala
pakaian kotor tak nampak lagi di
gantungannya. Bude Murni telah
mencucinya. Aku agak kecewa.
Kuamati di seputar kamar mandi. Tak
ada yang bisa membantuku.
Kuperhatikan sabun, odol, sikat gigi,
busa untuk menggosok kaki. Ah, sama
saja.
Tetapi karena perasaanku demikian
kebelet, kubuka saja celanaku. Aku
mulai saja mengelusi penis kecilku
sambil mataku setengah merem.
Untung ada daya khayal yang
membantu aku. Tiba-tiba saja
hidungku telah nyungsep di ketiak
Bude Murni yang basah oleh
keringatnya. Lidahku menjilat dan
mengecapi keringat asin ketiaknya itu.
Bibirku melata merambah dadanya.
Entah kemana kaos oblong bergambar
partai tadi. Yang ada kini adalah
gundukkan ranum buah dada Bude
Murni. Dd.. Duuhh.. Wangii.. Banget..
Tanganku dengan terampil mengocok-
ocok penis kecilku. Belum sampai ke
menit ke 5 aku sudah merasakan air
maniku akan tumpah.
Dengan penuh nafsu bibir dan lidahku
menyapu bukit dan lembah-lembah
dari dada melintasi perut dengan
pusernya menuju ke selangkangan
Bude Murni.
Saat kutemukan bukit indah yang
menggumuk, yaitu vaginanya, aku tak
tahan untuk membiarkannya. Lidahku
mencoba menembusi gumuk itu. Aku
rasakan banget bagaimana jepitan
bibir kemaluannya menghalangi
tusukkan lidahku. Aku juga
merasakan ada lengket-lengket di
ujung lidahku. Aku juga mengendus-
endus dan menjilati selangkangannya.
Air maniku muncrat saat Bude Ambar
mengencingi mulutku. Kenapa aku
semakin pengin dan terobsesi air
kencingnya ya? Ah, masa bodo,
pokoknya aku sangat terangsang
kalau mikir air kencing Bude Murni.
Dan dengan cara itu orgasmeku cepat
hadir yang disertai tumpahnya air
maniku yang berlimpah.
Aku agak terhuyung saat keluar
kamar mandi. Bude Murni sempat
nampak cemas meilhat keadaanku.
Tetapi itu hanya sesaat. Bukankah aku
tak apa-apa. Kami makan siang
dengan sangat nikmat. Bude Murni
membuatkan lalap dan sambal. Ikan
uceng dan wadernya sungguh
menjadi santapan yang tak ada
bandingnya.
Aku masih penasaran, kenapa tak bisa
kudapatkan celana dalam atau baju
yang lain dari bekas pakai Bude Murni
saat di kamar mandi tadi. Mungkinkah
nanti sore atau yang pasti besok pagi
bisa kudapatkan apabila beliau selesai
mandi sore? Yaa.. Aku belajar sabar.
Malam itu aku nonton TV sampai
tertidur. Besok pulang. Jam berapa
Sen, besok? Seno bilang besok Pakde
dan Bude akan nganter kami sampai
terminal bus. Kami akan berangkat
jam 8 pagi dari rumah. Waahh..
Jangan-jangan kami aku nggak
sempat menikmati kembali celana
dalam Bude Ambar nih. Kok pagi, sih?!
Kok Pakde pake ikut nganter sih?!
Emangnya Pakde nggak kerja? Wah,
kacau nih, batinku kesal.
Besoknya, jam 5 pagi aku sudah
terbangun. Aku tidak langsung mandi.
Aku pikir toh nggak ada gunanya
mandi pagi-pagi. Paling-paling Bude
Ambar juga belum mandi. Dengan
alasan nyari udara pagi yang sehat
aku ajak Seno keluar rumah dan
jogging di kebon apel belakang
rumah. Kulihat Bude Murni sudah sibuk
di dapur. Tentu dia sedang nyediain
sarapan buat kami yang akan pulang.
Lewat jam 6 pagi kami balik ke
rumah. Kulihat Bude Murni sudah
dandan rapi. Waahh.., kalau begitu
sudah mandi dong?! Aku buru-buru lari
kekamarku untuk mengambil
handukku. Aku sungguh penasaran
dan kehilangan kesabaran. Rasanya
bukan pagi yang baik nih. Dengan
banyak kehilangan keyakinan diri aku
langsung masuk ke kamar mandi.
Semerbak dan hangatnya bau sabun
dan tubuh Bude Anisa langsung
menyergap hidungku. Mataku
jelalatan dan.. Hahh.. Sungguh sebuah
kejutan..
Rasanya kamar mandi ini menjadi
demikian indahnya. Lihatlah apa yang
ada di gantungannya. Semua
impianku menjadi kenyataan. Ini
pesta besar yang kudapat di Malang.
Gantungan baju itu penuh dengan
pakaian kotor milik Bude Murni yang
bekas dipakainya. Kulihat kutangnya
yang nge-gelantung, celana dalamnya
yang nampak lusuh setelah dipakai
sejak semalaman. Blus lembut
berlengan pendek yang lusuh pula.
Short pants yang sangat lecek
sesudah dipakai tidur dan kena
keringat bokongnya saat sibuk di
dapur tadi. Aku langsung
menelanjangi diriku. Tangan-tangan
terampilku mulai mengelusi penis
kecilku. Terkadang juga kuselingi
dengan remasan atau pijatan.
Birahiku terdongkrak tinggi dengan
apapun yang kini nampak tergantung
di depan mataku. Celana dalam,
kutang, blus lembut atau short pants
punya Bude Murni yang bekas
dipakainya itu telah menerbangkan
aku ke awang-awang nikmat birahiku.
Setiap detail pakaian kumal Bude
Murni itu melemparkan aku ke lembah
syahwatku dan mengajak hidung,
bibir dan lidahku berkelana
menjelajahi tubuh Bude Murni. Aku
kembali melumati noda-noda keringat
atau serpihan kencing pada pakaian
kotor Bude Murni itu.
Aku memasuki jerat nikmat yang tak
bertara. Hingga dengan penuh histeris
aku mengerang dan mendesah
tertahan. Aku kembali berguling ke
lantai. Tubuhku bergetar hebat
mengikuti gelinjangku. Aku mengocok
penis kecilku dengan cepat. Makin
cepat.. Cepat.. Cepat..
OowWCchh.. Air maniku tumpah.
Berkali-kali penisku berkedut keras
menembakkan cairan-cairan kentalku
hingga membasahi dan meleleh di
kamar mandi Bude Murni ini. Aku
tersungkur.
Kudengar Pakde Darmo memanaskan
mobilnya. Seno menggedor pintu
kamar mandi. Aku bilang tunggu, aku
lagi buang air, perutku agak mules.
Aku cepat segar apabila air menyiram
tubuhku. Aku mandi sepuasku.
Itulah sekilas kenikmatan yang
kudapatkan selama liburanku. Pasti
aku akan selalu mengenang dan
mengulang nikmat macam itu. Dan
kini, pada setiap liburan aku selalu
berharap bisa pergi ke suatu tempat
untuk kemungkinan mengalami
peristiwa sejenis. Ketemu perempuan
cantik macam Bude Murni dan
menciumi celana dalam kotornya.
Atau kutangnya, atau blusnya.
E N D
1 | 1 | 1 | 6738




Home
Cerita-XXX
Cerita Stim
Cerita Erotis
Sumber Cerita
Thai Stories


© 2009 - 2014 CeritaKita-X
Cerita mesum dan Artikel seks